Aku, Reina, Kizuna, Chloe, Misaki, Rize, Mamoru, Aoyama, dan Mizore sedang naik mobil Van menuju pantai pribadi yang dimiliki oleh keluarga Kigahara. Yang mengendarai mobil adalah Ren karena dia yang memiliki tugas menjadi pelayan pribadiku.
Sedari tadi kami semua diam saja di dalam mobil. Aku dan Aoyama sedang membaca buku, Reina tidur di sebelahku, Chloe sepertinya sedang memainkan boneka voodoo dengan wajah Reina, Kizuna asik mendengarkan lagu, Misaki sedang menahan amarah Rize, dan yang paling canggung dari awal masuk mobil hingga sekarang yaitu Mamoru dan Mizore.
Sesampainya kami di pantai, kami semua pergi ke ruang ganti untuk memakai pakaian renang. Saat aku ingin masuk keruang ganti, Mamoru menarik tanganku dan langsung membawaku ke sebuah tempat yang kosong dan memukul perutku dengan sangat kuat.
"Woi! Apaan dah?! Kok aku dipukul."
"Ke-Kenapa kamu mengajak Mizore wahai temanku yang baik dan tidak jahat Kigahara Kazuto?!".
"Baiklah akan kujelaskan. Aku membawa Mizore karena aku ingin hubungan kalian membaik lagi."
Mamoru langsung terdiam. Wajahnya langsung menunjukkan rasa bersalah karena telah memukul perutku. "B-Baiklah aku menghargai usahamu."
"Terus Mamoru, kenapa kau menolak Mizore?".
"Jadi Mizore menceritakannya kepadamu ya…," Ucap Mamoru dengan nada yang sedih. "Aku menolaknya karena aku tidak ingin dia menembak ku duluan. Rencananya aku menolaknya duluan baru aku nembak dia setelah aku menolaknya. Tapi tidak sesuai dengan ekspektasi ku, dia malah marah dan menamparku dengan sangat keras."
Huwahh dalam juga alasan Mamoru. Tapi tetap saja yang dilakukan itu sebenarnya bodoh karena pada akhirnya dia berakhir dengan mengenaskan. "Mumpung kita semua ada di pantai, maka tembaklah Mizore."
"T-Tapi—".
"Jangan banyak tapi! Kau menyukai Mizore kan?".
"Iya…."
"Karena itu tembak dia! Jangan menunda sebelum dia direbut oleh orang lain."
Aku harap perkataan ku tadi menjadi tamparan yang keras untuk Mamoru agar dia bisa dengan cepat menembak Mizore.
Setelah percakapan yang panjang, aku pun berganti pakaian dan langsung pergi ke pantai. Reina, Kizuna, dan Chloe sudah menungguku dan sepertinya mereka mengajakku bermain voli pantai. Aku juga harus berhati-hati jika berinteraksi dengan Reina agar hubungan kami tidak ketahuan oleh Mizore dan Aoyama.
Aku pergi ke tempat Aoyama yang sedang menyiapkan beberapa minuman segar. Aku duduk disebelahnya dan membuka buku yang tadi sempat kubaca di mobil. Sebenarnya aku tidak suka berada di pantai tapi karena tahun ini aku memiliki banyak teman jadi tidak masalah juga ikut ke pantai bersama teman-teman.
"Gak ikut main voli Aoyama?".
"Gak ah. Soalnya aku merasa di diskriminasi secara tidak langsung."
Ah, Aoyama itu pendek makanya dia minder seperti ini. Yah semua orang punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Sejauh ini pengamatan ku tentang kelebihan yang Aoyama punya adalah dia dapat membaca kata di buku sebanyak 360 kata/menit. Aku saja baru bisa 122 kata/menit kalau baca buku. Mungkin Aoyama sudah terbiasa membaca buku dari kecil hingga dia dapat membaca 360 kata/menit. Intinya aku kagum dengan kelebihan yang dimiliki Aoyama ini.
Saat aku asik membaca buku di bawah payung pantai, muncul Misaki yang membawakan aku sebotol Koko-Kola.
"Orang ke pantai buat bermain di laut. Kamu ke pantai buat baca buku."
"Semua orang memiliki cara tersendiri untuk menikmati pantai tau!," Balasku dengan nada sewot.
"Iya deh, maaf" Misaki membuka tutup botol Koko-Kola dan meminumnya dalam satu tegukan. Aku yang melihatnya meminum Koko-Kola jadi bingung, harus kagum atau ngeri melihat nya.
"Lama-lama lambung mu bakal bersih sebersih pembersih lantai."
"Ini adalah seni! Meneguk satu botol Koko-Kola itu adalah seni!".
Aku baru tau meneguk satu botol Koko-Kola itu adalah seni. Jadi kalau aku meminum obat sakit kepala tanpa minum air itu adalah seni juga?
"Gak ikut main voli Misaki?".
"Gak ah, aku kalah cantik sama cewek-cewek yang ada di sana."
Ada apa dengan Misaki kok dia minder kayak Aoyama sih? Ah sudahlah bukan urusanku juga. Yang penting sekarang aku membaca buku dengan tenang tanpa diganggu oleh siapapun.
Tak lama setelah Misaki datang mengganggu ku, sekarang giliran Kizuna menganggu ku dengan mengambil buku yang aku baca.
"Kazuto ayo main!".
"Males."
"Dih, dasar kutu buku."
Aku agak sewot juga kalau dibilang kutu buku. Tenanglah Kazuto, jika kau merespon perkataan Kizuna maka dia akan terus mengganggu mu.
Karena buku ku diambil. Aku pun memasang hoodie kemudian membalikkan badanku dan mulai tidur. Dengan begini tidak ada yang berani menganggu ku tidak terkecuali Reina—.
"AYO BANGUN!".
Aku barusan di siram air oleh seseorang. Aku tidak melihat orang yang menyiram aku dengan air tapi aku kenal suara ini.
"RIZE!!!!".
Aku bangun dan mengambil ember biru dan mengisinya dengan air lalu menyiram Rize sebagai tanda pembalasan dendam. Tapi siraman yang kuarahkan kepada Reina tidak sengaja mengenai Misaki dan Kizuna.
"Kazuto!," Teriak Misaki.
"Ngajak perang ya?!," Ucap Kizuna.
Kizuna dan Misaki mengambil pistol air di ruang ganti dan mulai menembakkan pistol air itu kepadaku. Karena tidak mau kalah, aku juga mengambil pistol air dan menembaki mereka berdua.
Melihat kami bertiga asik perang pistol air, Chloe, Reina, Aoyama pun ikut bergabung. Dan kami semua langsung perang pistol air.
"Wih kayaknya seru nih," Ucap Mamoru dari kamar kecil.
Melihat Mamoru, aku pun menembak wajahnya dengan pistol air. "Oh kau mau ya!".
Mamoru ikut bergabung dalam perang pistol air dan menembak aku duluan. Saat asik membalas tembakan air Mamoru, aku melihat Mizore yang sedang mendekati kami.
Aku punya rencana.
"Mamoru! Di kananmu ada cewek telanjang!".
"Heh?! Seriusan?!".
Dia terlalu bodoh makanya dia percaya aja kalau ada cewek telanjang.
Mamoru melihat kearah kanannya dan melihat Mizore. Mata mereka saling bertemu dan mereka berdua saling menatap. Baiklah, sekarang aku akan merusak suasana mereka berdua.
Aku menembak wajah Mizore. "Kazuto?!," Mizore melihat kearah ku dengan wajah yang kusam karena basah dengan air.
Mamoru pergi ke ruang ganti dan mengambilkan pistol air untuk Mizore. "Nih, kau ingin membalas nya bukan," Ucap Mamoru dengan wajahnya yang memerah.
"I-Iya," Jawab Mizore dengan wajah yang memerah juga.
Syukurlah rencana ku berhasil.
Lalu setelah itu kami semua perang air sampai sore hari. Berkat perang air ini juga aku dapat melihat Mizore dan Mamoru yang tertawa bersama-sama.
Sekarang ini aku berada di sebuah batu besar dan duduk di situ. Aku menatap langit sore dan mengingat kejadian lucu pas perang pistol air tadi. Mungkin hari ini aku tidak berbicara banyak dengan Reina, tapi menghabiskan waktu bersama teman juga tidak buruk.
Yang lain sedang barbekyu an di pinggiran pantai, sedangkan Mamoru dan Mizore sedang berada di sebuah tempat. Aku yang menyuruh Mamoru untuk membawa Mizore ke sebuah tempat untuk membicarakan hubungan mereka berdua. Setidaknya aku ada usaha untuk membantu percintaan teman baikku.
Sudah 30 menit sejak aku duduk di batu ini dan masih menikmati pemandangan langit sore yang sangat indah. Aku juga sedang menunggu hasil Mamoru yang berbicara dengan Mizore.
Dan baru saja diomongin orangnya dah muncul di sebelahku seperti biasa. "Gimana? Sudah kamu tembak?".
"Aku tidak menembaknya, soalnya dia bisa mati."
"Hahaha, lucu sekali lawakan mu."
Mamoru tertawa kecil juga. "Terima kasih Kazuto, berkatmu aku dapat memperjelas hubunganku dengan Mizore."
"Jadi kalian sudah pacaran?".
"Belum, tapi kami akan memulainya dari awal lagi."
Setidaknya ada perkembangan. Sepertinya aku telah berhasil membuat hubungan teman baikku membaik. "Ayo balik, yang lain sudah menunggu."
"Ayo."
Setelah itu aku berjalan bersama mamoru menuju tempat yang lain sedang barbekyuan.