Chereads / Me And My Teacher Relationship?! / Chapter 33 - Buku Kenangan

Chapter 33 - Buku Kenangan

"Kazuto-Senpai!".

Sepertinya aku mendengar suara samar-samar Aoyama yang memanggil ku. Mungkin salah dengar, apa juga yang dinginkan Aoyama di lantai kelas 2?.

"Tu-Tunggu aku Kazuto-Senpai!".

Tidak ini bukan salah dengar, Aoyama memang memanggilku. Aku berbalik badan dan melihat tubuh kecil Aoyama yang berlari mengejar ku.

"A-Akhirnya ke kejar!".

"Ada apa Aoyama? Kau terlihat seperti dikejar anjing galak."

Aoyama menarik tanganku. "Se-Senpai tolong aku!".

Aoyama terus menarik-narik tanganku tapi dia tidak bisa karena aku menahannya. Aku jadi penasaran apa yang membuat Aoyama seperti ini.

"Senpai jangan main-main! Kumohon bantu aku!".

Sial dia memasang wajah memelas! Ini adalah salah satu kekalahan ku! Aku tidak bisa menolak permintaannya! Sialan! Aku terlalu lemah kepada mahluk-mahluk lucu dan imut seperti Aoyama.

"Baiklah, nanti jelaskan kepadaku ya."

"Ya!".

Setelah itu Aoyama menarik tanganku lagi dan berlari menuju lantai satu, tepatnya menuju perpustakaan. Sebenarnya apa yang terjadi di perpustakaan hingga Aoyama bertindak tidak seperti biasanya.

Sesampainya kami di depan pintu perpustakaan, Aoyama berhenti dan tidak membuka pintu perpustakaan. Rasa penasaran ku semakin membesar, apa yang sebenarnya terjadi di perpustakaan?.

Aku pun membuka pintu perpustakaan…dan alangkah terkejutnya aku melihat perpustakaan hancur seperti kapal pecah karena di tembak meriam. Buku semua sobek, rak buku patah semua, teh-teh racikan Aoyama yang sangat enak hilang, dan kertas peminjaman buku sobek semua. Tapi komputer perpustakaan aman. Kok bisa ya semua barang di perpustakaan hancur semua begini terkecuali komputer?.

"A-Aoyama sebenarnya apa yang—".

"Ada apa hah?! Kigahara Kazuto!!".

Seseorang muncul dibelakang ku dan Aoyama. Aku menoleh kebelakang dan melihat tiga orang berpenampilan preman melihatku rendah seperti sampah. Wah-wah mereka sepertinya sedang mencari masalah denganku.

"Terkejut tuan muda?! Inilah ganjaran kalian telah ikut campur dalam urusan ku!".

"Kalian…yang melakukan semua ini?".

"Tentu saja! Siapa lagi yang bisa melakukan hal keren seperti ini selain kami bertiga!".

Dilihat dari dasi hijau yang mereka pakai, mereka bertiga adalah kakak kelas yaitu kelas tiga. Mereka juga sudah mengakui kalau mereka lah yang membuat tempat suci ini hancur lebur. Aku tidak pernah marah, tapi jangan pernah memancing kemarahan ku dan mereka bertiga telah berhasil memancing kemarahan ku.

"Mari kita bicara di belakang halaman sekolah," Ucapku dengan santai sambil menahan amarahku.

"Mengerti juga ya tuan muda! Kalau begitu ayo kampret!".

Mereka mulai berjalan di belakang sekolah dan aku pun mengikutinya. Aoyama berusaha menahan ku untuk tidak ikut bersama mereka tapi amarahku sudah memuncak. Satu-satunya cara melepaskan amarahku adalah lewat satu pukulan.

"Se-Senpai…."

"Tenang saja Aoyama, aku akan baik-baik saja. Mereka hanyalah orang-orang bodoh yang telah salah memilih lawan."

Kemudian aku meninggalkan Aoyama yang masih berdiri di depan pintu perpustakaan.

***

Aku sudah berada di belakang halaman sekolah bersama tiga orang yang merasa paling hebat di sekolah ini karena telah menghancur leburkan perpustakaan. Aku tidak memiliki dendam kepada mereka bertiga, tapi mereka memulai duluan.

Aku harus menahan amarahku. Aku harus berkonsentrasi penuh agar dapat mengalahkan tiga orang ini tanpa buang-buang tenaga.

Aku menutup mataku dan berusaha melepaskan amarahku sementara…

"Woi-woi orang ini sudah gila! Dia menutup matanya waktu berhadapan dengan kita?!".

"Dia meremehkan kita! Boss! Mari kita pukuli dia sampai mati."

Mereka bertiga mulai berjalan mendatangi ku. Aku bisa tau karena suara langkah mereka sangat terdengar ditelinga ku. Satu membawa pisau, satu membawa tongkat baseball, dan satu lagi membawa sebuah tali. Aku mengetahui apa yang mereka bawa lewat penciuman ku yang tajam ketika aku berkonsentrasi penuh. Walaupun mereka membawa banyak senjata yang dapat melukai aku tapi aku yakin bisa mengalahkan mereka dalam satu serangan.

Mereka bertiga sudah mengelilingi aku. Yang memegang tongkat baseball mulai mengangkat tongkat nya setinggi kepalanya. Dia ingin memukul kepalaku dengan tongkat baseball itu, tapi….

"Satu."

Sebelum dia memukul ku dengan tongkat baseball, aku menusuk lehernya dengan kedua jari tanganku untuk melumpuhkan untuk beberapa saat. Dia terjatuh dengan tongkat baseball yang masih dia pegang.

"W-Woy?! Ada apa denganmu?!".

Aku berkonsentrasi lagi untuk bersiap dengan serangan mereka berikutnya.

Yang membawa pisau mengeluarkan pisau yang dia simpan di saku bajunya. Dia berniat untuk menusuk perutku.

"Dua."

Dengan cepat aku menendang perutnya lalu memukul wajahnya dengan kuat. Kujamin dia tidak bisa bergerak setelah tendangan dan pukulan dariku.

Aku membuka mataku dan melihat satu orang yang masih berdiri. Sepertinya dia adalah boss dari mereka bertiga. Tadi dia berlagak keren dan sok hebat, sekarang setelah kedua temannya telah kalah dariku dia tampak ketakutan. Makanya aku tidak suka dengan orang-orang seperti ini.

Aku mendekati orang itu dan menendang selangkangannya hingga dia berteriak. Ini sedikit tips untuk para perempuan. Jika ada laki-laki yang megang-megang kalian seenaknya, maka tendang saja selangkangan nya sekeras yang kalian bisa.

"Aku hanya punya satu pertanyaan untuk kalian" Aku mendekati orang yang ku tendang selangkangan nya tadi. "Apa tujuan kalian menghancurkan perpustakaan?".

"I-Ini karena kalian! Karena kalian telah membuat Alisa berpacaran dengan orang yang tidak pantas!".

Oh jadi mereka fans fanatiknya Alisa? Apakah gaya mereka seperti preman tadi sekedar formalitas? Sungguh orang-orang bodoh.

"Hah, aku buang-buang tenang telah berurusan dengan kalian."

Setelah itu aku pergi meninggalkan mereka yang masih tergeletak di tanah. Aku tidak peduli dengan kondisi mereka, karena mereka telah mencari masalah denganku.

Aku kembali ke perpustakaan untuk membereskan kekacauan yang dibuat oleh ketiga orang bodoh itu. Aku melihat Aoyama sendirian membersihkan perpustakaan, aku jadi kasihan padanya. Dia pasti sedih karena tempat kesukaannya dirusak oleh orang bodoh.

"Aoyama mari—".

Tiba-tiba aku melihat seseorang yang mengangkat beberapa buku yang masih kelihatan bagus. Pintanya berwarna hijau, berarti dia kelas 3.

"Senpai!".

Aoyama melihatku lalu dia berlari ke arah ku dan memeluk ku. Jika Mamoru atau Reina melihat ini maka aku akan dicap lolicon oleh mereka berdua.

"Syukurlah Senpai! Aku khawatir banget tau!".

"Mereka bertiga bukan apa-apa dihadapan ku."

Lalu laki-laki yang membantu Aoyama tadi mendatangi aku juga. Wajahnya kelihatan sangat ramah dan sangat bersahabat. Senyumannya juga bukan senyuman palsu, orang ini benar-benar orang baik.

"Jadi kamu Kigahara Kazuto?".

"Iya aku Kigahara Kazuto, terus Senpai siapa?".

"Oh aku? Aku anggota Komite Kedisplinan. Namaku Simakura Leon Ibakura, panggil aja Leon."

Nama yang lumayan panjang. Dilihat dari nama 'Leon' sepertinya dia blasteran. Tapi kenapa ya wajahnya seperti orang Jepang asli?.

"Jadi Leon apa kamu membantu Aoyama membereskan perpustakaan yang sudah jadi kapal pecah ini?".

"Iya, aku membantunya karena tidak tega melihat gadis sekecil dia membersihkan tempat yang sangat berantakan ini."

Aoyama langsung menggembungkan pipinya yang menandakan kalau dia marah. "Jangan anggap aku anak kecil! Hmph!".

Aku dan Leon menertawakan Aoyama yang tidak ingin dianggap seperti anak kecil. Mau bagaimana lagi, Aoyama memang seperti anak kecil jadi seru aja mempermainkan dia.

Setelah perbincangan itu, kami bertiga bergegas untuk membersihkan perpustakaan. Buku-buku rusak kami singkirkan, rak buku yang hancur kami bakar, dan aku membuat kertas peminjaman buku yang baru lewat komputer perpustakaan.

1 jam kami membersihkan perpustakaan dan akhirnya selesai juga. Aku dan Leon sudah terbujur kelelahan di meja baca. Aoyama membuatkan kami teh agar stamina kami kembali terisi.

"Enak…," Ucap Leon yang baru pertama kali menyeruput teh buatan Aoyama.

"Benarkan? Ini adalah teh eksklusif yang hanya bisa didapatkan di perpustakaan."

"Kalau begitu aku akan ke perpustakaan setiap hari demi menikmati teh yang sangat enak ini."

Satu orang lagi yang ketagihan dengan teh racikan Aoyama. Tapi tidak baik juga orang datang ke perpustakaan hanya untuk meminum teh Aoyama. Sepertinya aku harus buat peraturan tegas kedepannya.

Selagi aku menyeruput teh, aku melihat Aoyama yang berjalan kesana kemari tidak bisa diam seperti cacing kepanasan.

"Ada apa Aoyama?," Tanyaku.

"Senpai ada liat buku bersampul domba punya ku gak?".

Buku bersampul domba? Oh buku bergambar buatan kakaknya Aoyama. "Gak liat."

"Semoga terselip di antara buku. Kalau itu hilang, peninggalan kakakku bakal hilang."

Tak lama kemudian Leon berdiri. "Maaf ya Aoyama, Kazuto aku baru ingat ada rapat dengan anggota komite Kedisiplinan."

Lalu Leon pergi menuju keluar pintu perpustakaan. Dia juga membawa gelas teh yang dibuatkan Aoyama tadi. Sepertinya dia telah ketagihan dengan teh racikan Aoyama.

"Nanti setelah pulangan akan kubantu mencari buku mu itu" Aku melihat jam tangan. "Aku harus masuk kelas, kalau tidak Reina-Sensei akan memarahiku."

"Baiklah Senpai, terima kasih telah membantuku."

Kemudian aku berjalan menuju lantai 2 untuk masuk ke kelas. Di saat aku menaiki tangga, ada Reina sedang menungguku sambil membawa absensi kelas.

"Aku dengar perpustakaan diserang?".

"Iya, diserang sama orang bodoh."

"Terus?".

"Ya…," Sial Reina tau kalau aku menghabisi tiga orang bodoh itu.

Reina mendekati aku dan memukul kepalaku dengan buku absensi yang dia bawa. "Setelah pulang ke ruangan konseling!".

"T-Tapi sayang—".

"Kita berada di lingkungan sekolah. Karena itu, apapun caramu untuk meluluhkan hatiku tidak akan mempan," Ucap Reina sambil tersenyum yang membuatku ngeri.

Kemudian dia mendekati aku lagi dan mencium pipiku. "Kalau ini pengecualian, hehe."

Kemudian Reina berlari ke lantai dua sambil tersenyum kecil.

Aku memegang pipiku yang Reina cium.

"Ini baru Reina yang kukenal."