Hari yang melelahkan. Tadi siang aku berurusan dengan tiga orang bodoh dan sekarang aku sedang di nasehatin oleh Reina di ruang konseling. Aku tidak mendengar apa yang dikatakan Reina karena dari tadi aku hanya melihat wajahnya sambil menyanyikan lagu Natsu Wa Kinu walaupun musim panas sudah lewat.
Sudah sore dan jam menunjukkan pukul 5. Aku ada janji dengan Aoyama untuk mencarikan buku berharganya di perpustakaan.
"Reina-Sensei sudah selesai menasehati aku?".
Reina melihatku dengan tatapan marah. "Dasar, yang penting ngerti kan apa yang aku katakan tadi?".
"Iya ngerti kok. Jangan berkelahi lagi."
Aku mengambil tasku dan saat aku ingin keluar Reina menahan tanganku. "Ada apa Reina?".
"Malam ini mau makan apa?".
"Seperti biasa, yang enak saja."
"Baiklah."
lalu Reina memberikan aku kertas yang berisikan sanksi yang akan kuterima mulai besok sampai 3 hari kedepan. Sanksi yang kuterima adalah membersihkan sampah setelah pulang sekolah, menyirami bunga yang ada di taman, dan aku tidak boleh ke atap sekolah selama waktu yang telah ditentukan.
Selama tiga hari tidak bisa pergi ke atap sekolah itu merupakan hukuman yang lumayan berat karena aku harus menikmati angin sejuk setiap harinya. Tapi yah mau bagaimana lagi, yang memberi sanksi untukku adalah orang yang sama sekali tidak bisa kukalahkan.
***
"Aoyama?".
Aku sudah berada di perpustakaan tapi tidak menemukan sosok imut nya Aoyama. Aku pergi ke meja komputer perpustakaan dan melihat satu kertas kecil.
'Kazuto-Senpai, maaf ya aku pulang duluan karena ada urusan. Terus Senpai aku minta bantuan untuk mencarikan buku ku ya! Nanti aku bikinin teh bunga matahari buat Senpai.'
Ya sudahlah aku akan mencari buku Aoyama sendirian. Terus dapat teh bunga matahari yang aku inginkan dari dulu lagi!. Aku beruntung punya adik kelas sebaik Aoyama.
"Lama tidak bertemu denganmu, Kigahara Kazuto."
Aku melihat sosok yang jarang sekali muncul di perpustakaan yaitu ketua komite kedisiplinan, Urukawa Kotone.
Aku pernah memiliki masalah dengan Urukawa waktu kelas satu karena itu lebih baik aku hiraukan saja dia dan mulai mencari buku milik Aoyama. Dia sedang membaca buku tentang kedisiplinan, melihat tampangnya itu saja membuatku kesal. Argh! Aku jadi ingat perbuatannya waktu kelas satu kepadaku! Tenanglah Kazuto! Sekarang kamu harus fokus mencari buku Aoyama untuk sekantung bubuk teh bunga matahari.
"Tidak sopan jika tidak membalas salam dari orang lain, Kigahara Kazuto."
Biarkan saja Kazuto. Biarkan saja orang gila itu yang berusaha menganggu mu. Sekarang kamu harus fokus mencari buku Aoyama demi teh yang kau inginkan sejak lama.
Aku mengambil kardus buku yang sudah tidak digunakan dan mengangkat satu-satu buku—Dan tiba-tiba ada yang menendang kakiku.
"JAWAB DONG! AKU JADI MALU TAU!".
Orang ini…aku sama sekali tidak ingin berurusan dengan orang semacam dia. Aku harus membiarkan dia agar aku tidak mengalami kejadian yang pernah terjadi waktu aku kelas satu dulu.
Aku meninggalkan Urukawa dan pergi ke rak buku lalu melihat satu persatu buku—Dan untuk kedua kalinya dia menendang kakiku.
Aku melihat kearahnya yang seperti ingin menangis karena tidak ku perhatikan. Wajahnya seperti mengatakan 'Notice Me Senpai'.
Aku kembali membiarkan dia dan pergi ke meja komputer untuk memeriksa orang-orang yang ingin konsultasi besok setelah pulang—dan kali ini dia mematikan sirkuit pemutus listrik perpustakaan. Kali ini dia benar-benar keterlaluan, aku hampir kehilangan kesabaran untuk menghadapi orang satu ini.
Aku harus berbicara kepadanya agar dia berhenti mengganggu ku. "Ada maumu? Urukawa Kotone?".
Wajahnya langsung senang saat aku berbicara dengannya. Dia langsung mendatangiku dengan wajah yang sangat bahagia.
"Lama tidak bertemu Kazuto! Bagaimana kabarmu?"
Serius, kalian jangan terpengaruh dengan sifatnya yang seperti ini. Dia hanya berakting. Dia adalah orang paling kejam dan paling jahat yang pernah ada di sekolah ini. Karena itu jangan pernah tertipu dengan sifatnya yang seperti ini.
"Lama tidak bertemu juga Urukawa Kotone. Bagaimana dengan mu? Sudah berhasil menghilangkan hal-hal buruk di sekolah ini?".
"Te-Tentu saja belum! Mari kesampingkan itu, aku memiliki beberapa pertanyaan untukmu dan kamu harus menjawabnya!".
Apa ini? Pertanyaan jebakan lagi seperti tahun lalu? Maaf saja, kali ini aku tidak akan tertipu dengan pertanyaan jebakan mu lagi Urukawa Kotone!.
"Silahkan saja," Ucapku dengan nada yang menantang.
"Apa kau memiliki hubungan khusus dengan Kigahara Reina-Sensei?".
Baiklah aku harus berhati-hati dalam menjawab pertanyaan ini. Urukawa Kotone merupakan murid andalan sekolah ini yang dikenal dengan kemampuannya menganalisa perkataan seseorang. Urukawa Kotone bisa mengetahui orang berkata bohong dan berkata jujur dari apa yang dikatakan orang lain kepada nya. Karena itu aku harus berhati-hati saat menjawab pernyataan nya.
"Aku dan Reina-Sensei? Kami kakak dan adik. Ada lagi yang ingin kau tanyakan? Urukawa Kotone?."
"Baiklah, kalau begitu bisa kau jelaskan foto ini?".
Urukawa memberiku handphone nya dan menunjukan sebuah foto. Difoto itu ada aku dan Reina sedang berada di festival musim panas kemarin…dan foto itu menunjukan kami berdua sedang berciuman di kerumunan walaupun angle foto itu dari belakang Reina.
"Jadi kamu ada di festival itu juga ya?" Aku berusaha tenang dan memperbaiki cara berbicara ku agar tidak bisa di analisa Urukawa. "Waktu itu kerumunan ramai sekali sampai aku dan Reina-Sensei terjepit. Wajah kami memang berdekatan tapi kami tidak sampai ciuman seperti yang ada di foto. Lagian aku dan Reina-Sensei itu kakak adik gak mungkin kami melakukan hal seaneh itu!".
Urukawa kembali mengambil handphone nya. "Syukurlah kukira kalian ada hubungan."
"Syukurlah?".
"M-Maksudku baguslah! Ya baguslah kalian tidak punya hubungan terlarang."
Apa ini? Tsundere tipe baru? Sudahlah aku juga tidak peduli, aku harus melanjutkan mencari buku milik Aoyama sekarang juga.
***
Jam sudah menunjukkan jam 6:30 sore dan aku belum juga menemukan buku milik Aoyama. Apakah buku Aoyama sudah dihancurkan oleh tiga orang bodoh itu tadi siang? Sepertinya aku harus menemui tiga orang bodoh itu lagi untuk menanyakan buku Aoyama.
Aku juga harus pulang karena sebentar lagi gerbang sekolah akan ditutup. Namun saat aku ingin meninggalkan perpustakaan, Leon masuk ke perpustakaan dan mendatangiku sambil membawa sebuah bungkus kado.
"Leon? Belum pulang lu?".
"Belum. Aoyama mana?".
"Udah pulang jam 5 tadi. Kenapa memangnya?".
Leon menyerahkan aku bungkus kado yang dia bawa. "Aku titip ini ya ke Aoyama."
Aku memegang bungkus kado itu dan aku bisa merasakan kalau bungkus kado ini isinya adalah sebuah buku bergambar.
Leon pun pergi meninggalkan ku tapi sebelum dia pergi aku menahannya. "Ada apa Kazuto?".
Aku menyuruhnya duduk dan aku berdiri didepannya sambil membuka bungkus kado yang dia berikan kepadaku.
Dan isi kado yang dia bawa adalah buku bergambar milik Aoyama yang sudah kucari selama berjam-jam.
"Kenapa buku ini ada di tanganmu, Leon?".
Leon tersenyum lalu dia mengeluarkan sebuah kertas yang bertuliskan 'Leon, aku serahkan Saya kepadamu. By Masato.'
"Aku adalah teman baik Masato sejak kecil. Lalu saat aku mengunjungi nya terakhir kali dirumah sakit dia memberikan kertas ini kepadaku."
"Jadi kamu membantu kami tadi siang karena—".
"Iya, aku membantu Aoyama dan kamu karena pesan terakhir nya Masato. Lalu saat membantu kalian membersihkan buku-buku yang berserakan, aku menemukan buku yang dibuat Masato dulu."
Aku mulai membuka buku gambar milik Aoyama dan melihat halaman terakhir buku ini. Aku melihat kembali tulisan (S.L.I) dan tanggal 02-02-2010.
"Nama aslimu…Leon…sebutkan nama aslimu…"
"Shimakura Leon Ibakura."
Jadi singkatan (S.L.I) ini adalah singkatan nama dari Leon? Lalu yang harus melanjutkan cerita buku gambar ini adalah Leon?.
"Apa kamu berniat melanjutkan buku ini Leon?".
Leon mengambil buku itu dari tanganku dan mengusap-usap singkatan namanya. "Tergantung, jika Aoyama ingin tahu kebenarannya maka akan ku lanjutkan. Tapi kalau Aoyama tidak mau kebenarannya, maka akan kubiarkan saja buku ini."
Kebenarannya? Apa maksudnya?.
"Kazuto, aku mohon rahasiakan pertemuan ini dari Aoyama."
"Baiklah…."
Kemudian Leon pergi dari perpustakaan dan meninggalkan aku dengan buku gambar milik Aoyama. Sepertinya ada yang disembunyikan Leon tentang Masato dan Aoyama. Apa yang dia maksud kebenaran? Walaupun aku penasaran setengah mati sekarang ini tapi aku tidak boleh memaksa Leon untuk menceritakan kebenaran yang dia maksud. Aku harus menunggu dia yang menceritakannya kepadaku.
Tapi entah kenapa firasat ku mengatakan jika ada sebuah masalah besar yang akan menimpaku sebentar lagi. Semoga saja firasat ku ini tidak benar. Semoga saja!.