Chereads / Me And My Teacher Relationship?! / Chapter 35 - Buku Kenangan 3

Chapter 35 - Buku Kenangan 3

"Kumohon jadikan aku muridmu!".

Jadi begini, orang yang meminta aku menjadikan dia muridku adalah salah satu dari tiga orang bodoh yang mencari masalah denganku kemarin. Mana dia meminta permintaan bodoh ini dikelas lagi, orang-orang memperhatikan aku apalagi Mamoru dan Rize yang dari tadi cengegesan.

"Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?".

"Menjadi muridmu!".

Sialan.

"Aku bukan orang hebat yang bisa kau jadikan guru atau panutanmu!," Ucapku dengan nada tinggi.

"Aniki adalah orang hebat! Kemarin saja Aniki dapat mengalahkan aku hanya dalam satu serangan!," Balasanya dengan nada tinggi dan membuat orang yang mendengarnya terkejut.

Ah sial! Sial! Sial! Aku benci situasi ini! Semua orang di kelas melihat ku dengan pandangan curiga sekarang ini.

Tanpa pikir panjang, aku menarik kerah bajunya dan mengajaknya ke belakang halaman sekolah lagi. Kali ini akan kubunuh dia menggunakan teknik rahasia yang diajarkan kakek Hirata!.

"Tu-Tungggu! Aku tidak mengajak Aniki berkelahi lagi!".

"Tapi kau membuatku malu di kelas tadi. Sekarang rasakan lah amarahku—".

"Tidak!!".

Tiba-tiba ada yang menahan tanganku saat aku ingin memukul orang ini. Yang menahan tanganku ini sepertinya kuat, dan aku tau siapa yang menahan tanganku.

Aku melihat wajahnya dan betul saja, yang menahan tanganku adalah Mamoru. Jangan kalian pikir Mamoru itu lemah. Walaupun dia bodoh dan suka berbuat hal aneh, dia sebenarnya lebih kuat dari pada aku.

"Dasar, sudah kupikir kamu akan menghajar dia. Dia masih kelas satu, mungkin dia mengagumi mu."

"Kelas satu? Apa maksudmu? Coba lihat dasinya—".

Aku melihat kearah dasinya dan ternyata dasinya berwarna biru yang artinya dia kelas satu. Bukannya kemarin dia memakai dasi hijau….

"Sudah mencari masalah, sok-sokan lagi jadi anak kelas tiga" Aku kembali menarik kerahnya dan menarik dasinya hingga lepas. "Kenapa kau memakai dasi hijau? terus bagaimana kau mendapatkan dasi hijau itu?".

Walaupun yang kutanyakan ini sebenarnya tidak berguna tapi tidak ada salahnya juga bertanya bukan? Setidaknya, dari pertanyaan ku ini aku bisa mengetahui motifnya menggunakan dasi hijau.

"A-Aku memakai dasi hijau kemarin karena aku pikir Aniki bakal takut dan tidak berani melawan aku dan teman-teman ku" Lalu dia mengeluarkan dasi hijau dari kantung celananya. "L-Lalu aku mendapatkan dasi ini dari kakakku yang telah lulus 3 tahun lalu."

Dia kira aku dapat takut kalau lawanku adalah kakak kelas? Kalau aku takut, dimana aku akan membawa harga diri sebagai keluarga Kigahara dan sebagai murid kakek Hirata. Ah sudahlah, dia hanya orang bodoh yang berpikiran sempit. Tidak ada gunanya harus meladeninya. Lebih baik aku pergi dan mencari udara segar untuk bersantai.

"Woi Kazuto kamu mau kemana?".

"Mencari udara segar."

"Terus gimana dengan adik kelas ini?".

Tiba-tiba aku kepikiran sesuatu yang dapat aku lakukan kepada orang bodoh itu. Aku kembali mendekati dia dan mengangkat dia berdiri.

"Katanya kamu mau jadi muridku?".

"Benar Aniki!".

Aku tersenyum lebar. "Kalau begitu, jika kau ingin menjadi muridku maka bergabung dengan klub sosial."

Mamoru mendekati ku dan menepuk pundak ku berkali-kali. "Kau ini memang orang jahat."

"Kenapa? Lagian dia pasti mau."

"Tentu saja aku mau! Demi menjadi murid Aniki apapun akan aku lakukan," Jawab orang itu.

"Tuh kan?" Kemudian aku mendekati orang itu lagi. "Namamu siapa? Dari tadi aku hanya memanggilmu 'orang itu' dan 'orang bodoh itu' saja di narasiku."

"Namaku Shirakawa Rintaro, Aniki dan Mamoru-Senpai dapat memanggilku Rintaro."

Setelah Rintaro memperkenalkan dirinya, aku memberikannya kertas yang berisikan persetujuan untuk bergabung dengan klub sosial yang harus dia serahkan setelah pulang sekolah.

Setelah selesai dengan Rintaro, aku dan Mamoru pergi meninggalkannya. Kali ini aku akan bolos pelajaran karena pelajaran selanjutnya adalah bahasa Jepang yang membosankan. Karena aku tidak boleh ke atap sekolah, aku pergi ke perpustakaan dan berdiam di ruang berkas yang pengap dan panas. Walaupun pengap dan panas, aku bisa tidur disini tanpa ketahuan oleh siapapun.

"Terlalu banyak debu…," Ucapku dengan nada kecil.

Aku mengambil kemoceng yang berada di dekat meja komputer lalu membersihkan sebentar ruangan berkas ini agar tidak terlalu berdebu.

Setelah beberapa saat, akhirnya ruangan berkas ini lumayan layak untuk di tinggali olehku. Aku mengambil buku baru yang ada di rak buku lalu membacanya di ruangan berkas. Tapi saat aku ingin membaca buku itu, Reina datang dan berdiri di depanku. Aku tidak tahu dari mana dia datang, tapi yang lebih penting dia pasti akan menganggu waktu bolosku.

"Sudah kuduga Kazuto ada disini."

Aku menutup kembali buku yang ingin aku baca. "Bagaimana Reina bisa mengetahui aku berada disini?".

Kemudian Reina duduk disebelah ku. "Insting wanita itu kuat! Jangan meremehkan insting wanita ya Kazuto!".

Aku jadi bingung, harus kagum atau ngeri dengan insting wanita yang dimiliki Reina. "Jadi sekarang Reina ingin menyuruhku masuk ke kelas?".

"Tidak kok. Kali ini aku ingin berduaan dengan Kazuto."

Yah, lama juga kami tidak berduaan seperti selain di rumah. Di rumah juga terkadang kami selalu sibuk dengan aktivitas masing-masing.

"Ada apa Reina? Apa kamu punya masalah waktu mengajar?".

"Tidak. Aku hanya kepikiran dengan murid bernama Shimakura Leon Ibakura. Kazuto kenal dengannya."

Aku terkejut mendengar nama Leon dari Reina. "Iya aku baru mengenalnya. Ada apa dengan Leon?".

"Tadi waktu jam istirahat, orang tua Leon datang ke ruang guru untuk memenuhi panggilan dari Honda-Sensei. Saat orang tua Leon ditanya-tanya oleh Honda-Sensei orang tua Leon seperti orang linglung dan tidak tahu harus menjawab apa."

Honda-Sensei adalah guru olahraga kami. Dia guru yang sudah tua tapi stamina nya tidak tua.

"Setelah itu?".

"Setelah itu Honda-Sensei memperbolehkan orang tua Leon pergi. Karena penasaran dengan orang tua Leon, Honda-Sensei pun memeriksa kembali data berkas Leon" Reina memberikan handphone nya dan menunjukan biodata Leon. "Hampir semua data keluarga dan biodata Leon semua itu palsu."

Aku terkejut dan merasa tidak percaya kalau semua berkas dan biodata Leon ini palsu. Aku percaya kalau sistem pendidikan di negara ini betul-betul teliti dengan yang namanya keaslian data keluarga dan biodata calon muridnya saat mendaftar ke sebuah jenjang sekolah.

Oh, benar juga. Kepala sekolah di sekolah ini gila akan namanya uang. Aku saja mendapat akses khusus ke atap sekolah dengan sejumlah uang yang tidak bisa kusebutkan.

Aku tau perbuatan ku itu juga salah tapi aku tidak akan melakukan hal yang seperti yang dilakukan oleh Leon. Tapi aku penasaran dengan Leon. Kenapa dia memalsukan semua data keluarga dan biodata miliknya? Siapa dia sebenarnya.

"Jadi, apa yang kau ingin lakukan Reina?".

"Ini adalah tugas untuk klub sosial bukan? Karena itu Kazuto, setelah pulang sekolah kamu harus membawa Leon ke perpustakaan dan kita harus mengintrogasi dia."

"Sudah kuduga" Aku mencium pipi Reina. "Aku tidak bisa melawan mu, jadi aku akan mengajak Leon setelah pulang sekolah."

"Begitu dong."

Masalah baru lagi. Sepertinya aku tidak bisa lepas dari yang namanya masalah.