Chereads / Me And My Teacher Relationship?! / Chapter 28 - Janji Yang Harus Ditepati

Chapter 28 - Janji Yang Harus Ditepati

Sebenarnya pilihanku untuk bertemu dengan ayah Reina itu salah. Aku sama sekali tidak bisa tenang saat duduk dihadapannya. Wajahnya terlalu menyeramkan bahkan lebih menyeramkan dari kakek Hirata. Aku ingin Reina tetap disebelah ku agar tidak terjadi kekerasan, tapi Reina malah pergi ke dapur membantu ibunya memasak.

Aku terus berusaha tenang dan tidak terlihat ketakutan tapi tetap saja rasa khawatir akan dicincang terus ada dikepalaku. Jika aku berhasil selamat keluar dari rumah ini, aku akan menjadi orang yang lebih baik lagi kedepannya.

"Jadi, kau tetap memilih anakku?".

"I-Iya paman...."

"Kau masih ingat dengan janji mu untuk tidak membuat anak ku menangis?".

"I-Iya, aku ingat paman."

Ayah Reina berdiri dan memandang wajahku dengan pandangan yang menyeramkan. Keringat dingin keluar dari kelenjar keringatku. Aku tidak bisa berpikir dengan jernih lagi saat ayah Reina memandangi wajahku dengan pandangan yang menyeramkan.

"Ikut aku sebentar."

"Ke-kemana?".

Dia memukul meja dengan sangat keras. "Jangan banyak tanya! Ikut saja!".

Aku sudah menjadi ayam saat dia meneriaki ku dan memukul meja dengan keras. Aku sudah tidak berani lagi mengeluarkan suara didepannya.

"B-Baik!".

Setelah itu, dengan terpaksa aku mengikuti ayah Reina menuju sebuah taman kecil yang berada di dekat rumah ku dan Reina. Aku terkahir kali kesini saat kencan pertama ku dengan Reina yang diganggu oleh orang tua kami.

Ayah Reina membawa dua buah pedang bambu yang biasanya digunakan untuk sparing dan latihan Kendo.

"Aku akan memberikanmu sebuah tantangan" Ayah Reina melempar satu pedang bambu kepada ku. "Jika kamu berhasil menahan serangan ku dan menyerangku balik hingga membuatku terjatuh, maka akan ku maafkan kamu dan akan kubiarkan kamu tinggal bersama Reina lagi."

Aku sudah menduga jika hal ini akan terjadi. Mantan atlet binaragawan seperti ayah Reina memiliki kekuatan 5 kali lipat dibandingkan aku yang tidak memiliki otot sama sekali.

"Aku terima tantangan paman!".

Aku memasang kuda-kuda kamae dan aku langsung berkonsentrasi penuh serta tetap rileks dan fleksibel agar aku siap secara mental dan fisik menerima serangan yang akan dilancarkan ayah Reina.

Berkat latihan Kendo yang diberikan oleh kakek Hirata sejak kecil, aku dapat menerima tantangan yang sangat berat ini. Aku tidak boleh gagal, aku harus memenangkan tantangan ini demi Reina.

Ayah Reina melangkah Selangkah demi selangkah dan dia mulai mendekati ku. Aku masih berkonsentrasi penuh agar aku dapat membaca serangan yang akan dia lancarkan. Aku menutup mataku agar konsentrasi ku semakin lancar.

Ada sebuah pergerakan dari ayah Reina. Tangannya mengangkat pedang bambunya keatas kepalanya. Dan dia mengincar kepalaku untuk dia serang.

Huh…dia masih menahan pedang bambu yang dia pegang diatas kepala. Aku masih berkonsentrasi penuh…aku masih menunggu dia melancarkan serangannya.

Dalam hitungan 3….

2….

1….

Aku merasakan sedikit angin yang mengarah kepalaku. Pedang bambu yang dipegang ayah Reina sudah berada dikepalaku. Dengan refleks hasil dari konsentrasi penuh ku, aku bergeser kearah kiri ku dan menghindari serangan ayah Reina.

Sekarang saatnya menyerang balik.

Aku memegang pedang bambu ku dengan kedua tanganku lalu mengangkatnya setinggi bahuku. Aku membuka mataku dan dengan sangat cepat menusuk leher ayah Reina dengan ujung pedang bambu ku.

Aku yakin, orang yang terkena tusukan tadi tidak akan bisa melawan lagi karena itu adalah serangan yang mematikan yang diajarkan oleh kakek Hirata.

"Kukira kamu bukan apa-apa Kazuto. Paman mengaku kalah."

"Jadi—".

"Iya, paman merestui kalian berdua tapi ingat!".

Ayah Reina memegang kedua pundak ku dan meremasnya dengan sangat kuat. Rasanya sangat sakit tapi aku menahannya dan berusaha tidak kelihatan kesakitan.

"Jika kau membuat Reina menangis lagi maka akan ku cincang tubuhmu dan akan kuberikan kepada beruang madu di Kalimantan."

"B-Baik…."

Lalu Reina datang mendatangi ku. Dia terlihat sangat senang, sepertinya dia melihat semua yang kami lakukan tadi. Reina tersenyum kepadaku dan membuat hatiku rasanya ingin meledak melihat senyumannya.

"Syukurlah…Kazuto, aku mencintaimu."

Aku langsung blushing mendengar Reina mengatakan 'aku mencintamu'. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa tapi aku hanya membalasnya dengan senyuman.

"Sudahlah kalian berdua jangan bermesraan di depanku."

"Ayah, terima kasih banyak."

"Selama anak ayah bahagia, ayah juga bahagia! Huwahahaha."

Setelah itu kami kembali ke rumah Reina dan aku berbincang-bincang dengan ayah dan ibu Reina sampai malam.

Ibu Reina menyuruhku untuk menginap dulu malam ini untuk merayakan kembalinya hubungan kami.

"Akhirnya selesai semua masalah," Ucapku sambil merenggangkan badanku.

"Kazuto ayo makan bareng ayah dan ibu," ucap Ibu Reina.

"Baik bibi."

"Ah kamu ini masih aja manggil bibi. Panggil aja ibu gak papa."

Aku masih enggan memanggil ibu Reina dengan panggilan ibu. Tapi…. "Baiklah, ibu…," Sial aku malah blushing.

"Ibu! Jangan goda Kazuto!," Ucap Reina datang dari dapur.

"Ara, ibu juga ingin sekali-kali menggoda anak muda."

Tak lama kemudian aku merasakan hawa pembunuh dari arah belakang ku. "Jangan macam-macam dengan istirku ya…,"

"Baik, ayah," Ucapku dengan nada ketakutan.

Setelah berbagai keributan, kami semua pun makan malam bersama di meja makan. Setelah makan kami melanjutkan berbincang mengenai berbagai macam hal, dan disela aku asik berbincang dengan ibu Reina terjadi sebuah kejadian yang tidak kuduga yaitu Reina meminum sake bersama ayahnya.

Dan Reina langsung mabuk dan dia berusaha untuk menciumku tapi kuhalangi karena Ayah memasang wajah "Jika kau menciumnya didepan ku, akan kubunuh kau!" Kepadaku.

Karena Reina mabuk berat aku disuruh Ibu untuk mengantar Reina kekamarnya.

"Kau juga tidur di kamar Reina ya!".

"Heh?!".

Ibu berkata "Kau harus membuktikan nya malam ini ya Kazuto! Tidak apa-apa kami tidak akan marah jadi nikmati saja malam berdua kalian!".

"Aku yang keberatan!," Ucap ayah Reina.

Aku juga keberatan. Rei-chan mabuk dan jelas dia tidak punya kesadaran sepenuhnya, dan aku dikamarnya sedang melawan Reina yang ingin menciumku dari tadi.

"Reina tidur lah, jadi aku juga bisa tidur."

"...Kazuto sekarang ini aku bahagia sekali."

"Aku tau itu. Aku juga bahagia sekali hari ini."

"Kazuto aku sudah tidak apa-ap sekarang. Jadi lakukanlah kepadaku."

"Tidak terima kasih aku masih belum bisa menerima tanggung jawab yang sebesar itu!".

"Cih."

Wajahnya kusam dan kesal. Aku tidak munafik, aku hanya tidak ingin melakukan hal itu sekarang karena aku masih pelajar dan Rei-chan adalah seorang guru. Jika kami melakukan hal itu dan Rei-chan hamil maka akan banyak gosip yang tidak-tidak muncul. Hubungan kami tidak diketahui oleh orang-orang disekolah kecuali teman-teman dekatku dan kalau Rei-chan hamil maka akan menimbulkan pertanyaan "Siapa Ayah dari anak itu? Kan Kigahara-sensei belum menikah" Mati saja aku jika itu terjadi. Karena itu aku tidak mau melakukan nya demi kepentingan kami berdua juga.

"Sudahlah Rein aku ingin tidur jadi tidurlah."

"Tidur disampingku saja! Tidak masalahkan?!".

Aku tidur di kasur Rei-chan. Aku berusaha menjaga jarak darinya tapi dia selalu mendekat dan mendekat dan memelukku. Dia berusaha menggodaku, aku jadi tidak bisa tidur.

"Reina kau sudah sadar sepenuhnya bukan? Aku hanya ingin mengatakan ini, setelah lulus aku akan pergi ke Amerika dan berkuliah di sana selama 4 tahun untuk melanjutkan jalan Ayahku. Setelah itu aku ingin kita menikah dan tinggal sebentar di pedesaan sebelum menjadi Tuan dan Nyonya Kigahara. Jadi Reina aku ingin bantuan mu untuk membimbing ku agar aku bisa menjadi lebih baik untukmu."

"Kazuto...Aku mencintai mu."

Setelah itu kami tertidur pulas saling memeluk. Tidak terjadi apa-apa jadi aku merasa sangat tenang sekarang.

Keesokan harinya aku membawakan barang-barang Rei-chan kerumah kami berdua. Sepanjang perjalanan menuju rumah kami Rei-chan bersenandung kecil dengan wajah yang sangat bahagia.

Kebahagiaan yang di wajahnya ingin kujaga selamanya, aku sudah melakukan kesalahan dan aku berjanji tidak akan mengulangi nya lagi.

"Reina."

"Apa?".

"Aku mencintaimu!".

...

"Aku juga!".

Kami memulai kehidupan kami lagi dari awal. Untuk mendapatkan ini aku menerima banyaknya kesedihan namun aku sudah puas dengan itu, aku akan mengingat 2 orang yang menyukai ku. Chloe dan Kizuna mereka adalah teman yang berharga bagiku, tanpa mereka aku tidak bisa menjadi lebih baik seperti ini.

Semua akan dimulai lagi dari awal dan aku sudah siap dengan berbagai rintangan kedepannya.