Aku sedang berada dirumah ku dan Reina yang sekarang sudah kosong karena tidak ada yang tinggal disini. Setelah kencan dengan Kizuna tadi aku langsung pergi kesini untuk merenungkan kembali apa yang telah aku perbuat selama ini.
Menolak Kizuna dan Chloe bukanlah perkara yang mudah untukku. Mereka berdua telah mengisi masa kecilku dengan kenangan-kenangan manis yang tidak bisa aku lupakan lagi.
Jika saja aku punya pilihan untuk memilih Kizuna, Chloe, dan Reina maka tidak ada yang berakhir dengan tangisan. Walaupun Chloe dan Kizuna mendukungku sekarang ini tetap saja mereka merasakan luka yang amat sakit di hati mereka.
Ah sudahlah, jika seperti ini aku akan terus bimbang dan lama-kelamaan aku tidak akan memilih Reina juga.
Sepertinya malam ini aku akan tidur di rumah kosong ini. Sudah lama sekali aku berada disini tanpa bergerak dan hanya berdebat dengan diri sendiri saja dari tadi. Aku akan mengajak Mamoru dan Ren untuk menemaniku dirumah ini.
—10 Menit kemudian
"KAZUTO! APA KAU TIDAK APA-APA?!".
Aku yang baru saja selesai mandi langsung pergi ke pintu depan rumah dan melihat Mamoru yang terlihat ngos-ngosan.
"Ada apa denganmu? Habis di kejar anjing liar?".
"K-Kan kamu bilang kamu sedang dikejar oleh pembunuh berantai…."
Huwahh ini anak percaya aja alasan aneh ku.
Sebenarnya tadi sebelum mandi aku menelpon Mamoru untuk menemaniku dirumah ini, tapi Mamoru tidak akan mau keluar dari rumah kalau sudah malam. Jadi aku menelpon nya dan berakting seolah-olah aku dikejar oleh pembunuh berantai yang ingin membunuhku. Awalnya aku tidak akan mengira dia akan percaya. Ternyata oh ternyata si bodoh ini percaya aja.
"KAU MENIPUKU?!".
Aku mengeringkan rambutku menggunakan handuk lalu melepas handuk itu kearah Mamoru. "Sudah, masuk ayo temani aku disini."
Pasrah karena telah ditipu, Mamoru pun masuk dengan memasang wajah marah kepadaku.
"Loh, ada Ren juga?".
"Iya, aku sudah dari tadi disini."
Dibandingkan Mamoru, Ren akan dengan sangat cepat jika aku meminta dia menemani aku. Namanya juga pelayan pribadi dan sepupu dekat makanya dia mau aja menuruti perintah ku.
Setelah itu kami berpesta dengan memakan potato chip dan meminum soda sampai kami puas. Malam itu aku seolah-olah melepas semua masalah yang ada dan menikmati kenikmatan dunia. Padahal kami cuman makan potato chips dan meminum soda rasanya sudah luar biasa enak.
Pagi hari, aku terbangun dengan wajah yang kusut dan mata yang masih 5 watt. Aku diam sebentar untuk mengumpulkan nyawaku kembali yang sempat pergi kemana saja saat aku tidur. Saat penglihatan ku sudah normal, aku melihat ruang tamu menjadi sangat bersih. Ren dan Mamoru sudah tidak ada, padahal tadi malam mereka ketiduran duluan dari pada aku. Terus kenapa ruang tamu yang tadi malam sangat kotor menjadi sangat bersih saat aku bangun?.
"Sudah bangun? Gimana pesta tadi malam? Seru?".
Su-Suara ini sangat tidak asing di telinga ku.
"Re-Reina…a-apa kabar?".
Reina mendatangi ku dari dapur sambil membawa centong sayur. Penampilan nya sangat cantik sekarang ini. Rambut yang dia ikat ponytail dan memakai jepit rambut di poni nya membuatku tersipu-sipu melihatnya.
"Ada apa?".
"Cantiknya…."
Aku langsung menutup mulutku dan Reina langsung tersipu mendengar ucapan ku yang keceplosan. Jujur, ucapan ku barusan itu betul-betul keceplosan.
"Huh, dasar."
Reina melepas celemek nya lalu dia duduk di sampingku. Dia menyandarkan kepalanya di bahuku lalu tersenyum manis kepadaku. Aku membiarkan dia seperti itu dan menikmati arus yang ada. Sudah lama sekali aku tidak berduan bersama Reina seperti ini sejak kedatangan Chloe dan Kizuna.
Aku memegang tangan kanan Reina dan aku masih melihat cincin pertunangan kami yang masih dia pasang di jari manisnya. Aku tersenyum. Setelah aku berbuat hal buruk kepada ny, Reina tetap menjaga cincin itu dan terus memasang nya di jari manisnya. Sepertinya dia memang mencintai ku dengan tulus tanpa ada rasa penyesalan di masa lalu.
"Jadi gimana selanjutnya? Mau diam gini aja terus sampai sore?," Tanyaku.
"Mau nya sih gitu."
Maunya sih gitu juga….
"Tapi, masih ada beberapa hal yang harus kita selesaikan kan Kazuto?".
Aku tersenyum kepada Reina dan mencium keningnya. "Benar, kita harus menyelesaikannya beberapa hal dan memulainya lagi dari awal."
"Dih, masa cium kening aja?" Reina menarik kedua kerah bajuku dan mencium bibirku.
Dalam tiga hari ini aku mendapat ciuman di bibir oleh tiga wanita yang menyukaiku. Ini bukan lah hal yang patut dibanggakan, tapi ini adalah hal yang patut untuk ditakutkan.
"Kalau begitu, kita pergi sekarang?," Tanyaku.
"Ayo," Jawab Reina.
Kami pergi ke rumah ayah untuk menghadap ayah sekali lagi untuk memutuskan pasangan yang akan menjadi pendamping hidup ku dan menjadi pendukung ku selama aku menjadi pemimpin keluarga Kigahara.
Aku dan Reina sedang menghadap ayah yang sedang menaruh katana kesayangan miliknya di samping nya. Dan yang membuatku lebih terkejut, ada kakek Hirata yang sepertinya sedang memperhatikan ayah.
Sedari tadi ayah hanya diam tidak seperti biasanya. Ah, ada kakek Hirata sih makanya ayah saat ini diam saja dan menjaga perilaku di depan kakek Hirata. Kalau ayah sedikit saja bertingkah konyol maka kakek Hirata tidak akan segan memukul ayah menggunakan pedang bambu andalan kakek Hirata.
"Ayah, aku telah memutuskan pasanganku."
Ayah membuka matanya dan menatapku dalam-dalam. Bukannya merasa kagum, aku merasa kasihan karena matanya seperti meminta pertolongan. Aku dan Reina melihat ayah hanya bisa tertawa dan kasihan.
"Bagus! Kalau begitu! Semoga kalian! Berbahagia!".
Cara ngomongnya juga seperti sangat berwibawa. Ayah, semoga usaha ayah ngomong dengan nada berwibawa itu berhasil membuat kakek Hirata kagum kepada ayah.
Setelah itu aku dan Reina bertunduk berterima kasih kepada ayah.
Saat kami ingin meninggalkan rumah ayah, ibu menghentikan kami di depan pintu gerbang rumah.
"Akhirnya juga dengan Reina. Dasar Kazuto, jadi laki-laki jangan bimbang!".
"Ya maaf karena telah menjadi laki-laki yang bimbang" Setelah itu aku memeluk ibu sebagai tanda terima kasih ku. "Makasih ya Bu, selama aku bimbang ibu terus mendukung dengan apapun pilihan ku."
"Sudah, tidak apa-apa Kazuto" Ibu mengelus kepalaku dengan sangat pelan. "Sudah sana, masih ada kan yang harus diselesaikan?".
Aku mengangguk lalu pergi menuju tempat terkahir sebelum menyelesaikan semua ini. Aku sebenarnya sangat takut menuju tempat terakhir ini karena tempat ini bagaikan last boss dalam game.
Reina memegang tanganku dengan erat. Dia tersenyum kepadaku dan berkata. "Tidak apa-apa, ayah bukan raja iblis kok."
Bagiku, sekarang ayah Reina bagaikan raja iblis yang mengincar kepalaku. Ayah Reina telah berkata kepadaku, jika aku membuat Reina sedih maka aku akan dicincang olehnya hidup-hidup.
"Ayo masuk," Ucap Reina yang membuka pintu pagar rumahnya.
Aku mengusap semua keringat yang ada di wajahku menggunakan sapu tangan dan bersiap menghadapi ayah Reina yang telah mengincar nyawaku. Jika aku keluar dari rumah ini hidup-hidup, maka aku akan rajin belajar dan hormat kepada kedua orang tua...