Sudah 1 bulan sejak aku dirawat di rumah sakit dan sudah 1 bulan juga sejak kejadian dikediaman Miyazawa, sekarang semua masalah selesai Misaki dan Saigahara sudah bisa hidup bebas tanpa tekanan dari keluarga Miyazawa.
"Rei-chan bisa ambilkan air minum."
"Ah tunggu sebentar" Rei-chan selalu merawatku dirumah sakit.
Sekarang aku menikmati cahaya matahari yang muncul dikamar rawatku sambil membaca buku sastra yang baru saja dibelikan Rei-chan.
Semua anggota keluarga Miyazawa kecuali Misaki ditangkap dan divonis bersalah atas perbudakan manusia serta penyiksaan yang melanggar Hak Asasi Manusia. Sekarang keluarga Miyazawa berada ditangan dan pengawasan Ayahku, namun Ayah memberikan kekuasaan kepada Misaki untuk menjadi tetua keluarga Miyazawa dengan syarat persaudaraan ekonomi harus terjalin antara Miyazawa dan Kigahara.
"Besok aku bisa meninggalkan rumah sakit" aku memegang kepalaku yang masih diperban "Dokter mengatakan jika kepalaku sudah tidak apa-apa."
Rei-chan tersenyum kepadaku, itu membuatku sangat senang.
Ayah Misaki dan Saigahara sudah sadarkan diri dan sekarang masih berada dirumah sakit Kyoto untuk mendapat perawatan lebih lanjut sedangkan Ibu mereka berdua sudah dimakamkan dengan baik dibantu oleh Ayahku. Setelah semua urusan Miyazawa selesai Ayahku mendatangiku dirumah sakit dan mengelus kepalaku sambil memujiku karena dia merasa aku sudah berubah seperti yang Ayahku inginkan, itu sedikit membuatku senang. Namun setelah mengunjungi ku Ayah dan Ibu malah berlibur ke Bali katanya mau refreshing dari masalah yang ada! Sialan aku ingin juga kesana!.
"Kazu-kun sebentar lagi musim panas ya."
Aku melihat kearah luar jendela dan melihat pohon sakura yang daunnya sudah mulai berganti "Sudah sebulan ya kita tinggal bersama Rei-chan" aku memegang tangannya "Rei-chan aku mencintaimu "
Dia tersipu "A-Apasih tiba-tiba."
Bulan lalu aku masih belum terlalu mencintai Rei-chan namun sekarang rasa cintaku semakin besar setiap saat aku memikirkan Rei-chan "Oh ya Rei-chan aku punya hadiah darimu" Aku mengambil cincin tunangan yang diberikan oleh Ibuku, cincin ini bukan sembarang cincin karena cincin ini adalah warisan secara turun temurun keluarga Kigahara saat melamar seseorang "Mungkin terlambat namun aku ingin Rei-chan memakainya."
Rei-chan memasangnya dan menicumku langsung.
Kami berdua di pasangkan oleh kedua orang tua kami, bertunangan 1 bulan lalu, dan rasa cinta yang kami rasakan sekarang bukanlah paksaan. Ini adalah perasaan yang pertama kali aku rasakan, aku tidak ingin kehilangan perasaan istimewa ini.
Setelah itu Rei-chan pergi untuk kembali mengajar disekolah dan ruangan ini menjadi sepi. Aku akan melakukan kegiatan normalku yaitu Membaca buku.
Namun ketenangan yang baru saja kudapat tiba-tiba hilang seketika. Akibat ada orang yang membuka pintu kamar rawat secara paksa laku berteriak "Kazuto!!!!"
"Siapa sih?! Coba ketik dulu pintunya!" Aku melihat kearah pintu dan melihat sosok perempuan yang aku sangat kenal dan sekaligus yang aku sangat takuti "Kakak?! Ada apa kau kesini?!".
Kakakku melempar ukiran kayu kearah kepalaku "Kazuto kau semakin lancang kepada Kakak mu ini ya?!".
Dia Kakakku satu-satunya namanya Kigahara Taiga yang mengelilingi dunia untuk mewujudkan mimpinya yaitu bertarung dengan hewan buas "Apa yang membuat kakak kesini?".
Dia mengambil ukiran kayu tadi lalu menaruhnya di tasnya kembali "Aku mendengarmu terluka demi sesorang jadi aku menyempatkan mampir melihat kondisi mu!" Dia menarik juga dari tempat tidur "Kau sudah baik-baik saja. Baiklah ayo kita keluar dari tempat bau obat ini!".
Dia melempar ku ketempat ganti baju lalu melempar baju kepadaku "Sebelum kesini aku membelikan baju dari Jerman untuk mu! Pakailah."
Setelah aku mengganti baju dia menyeret ku keluar "Kakak aku belum boleh keluar loh!".
Dia mengeluarkan black card miliknya dan menunjukkan kepada ku "Dengan ini kau bisa keluar dari tempat ini."
Setelah keluar dari rumah sakit aku menemani keinginan egoisnya dimulai pergi ke menara Tokyo, ke akhibara, makan ramen, laku yang terakhir kesekolah ku katanya dia ingin bertemu dengan Rei-chan "Nah Kak hati-hati ngomong disini, jika Kakak keceplosan bilang Aku dan Rei-chan adalah pasangan maka reputasi kami berdua akan buruk disekolah ini!".
Dia memukul belakang sangat keras "Tenang saja Aku tidak sebodoh seperti kau!" Sebenarnya dia lebih bodoh dari pada aku ketika bertindak. Untung saja sudah sore jika kami datang siang hari maka akan sangat berbahaya bagiku.
Aku membuka pintu ruang guru dan melihat Rei-chan yang sedang memeriksa kertas ujian para murid "Rei-chan".
Rei-chan melihat kearah pintu "Kazu-kun?! Ke-Kenapa kau ada disini?".
Aku juga sebenarnya tidak ingin berada disini "Ada sesorang yang ingin bertemu dengan mu" aku menarik tangan Rei-chan keluar dari ruang guru.
"Yo Ricchan!".
Rei-chan tersenyum dan langsung meloncat kearah Kakak "Taiga-chan! Lama tidak bertemu" Kakakku berkeliling dunia saat berumur 18 tahun dan sekarang dia berumur 26 tahun, yah bisa dibilang dia orang yang tidak memikirkan apapun jadi dia terus maju tanpa mempedulikan resiko yang akan datang kepadanya.
"Ricchan juga lama tidak bertemu! Kau makin cantik aja bikin iri" dia melihat kearah jari Rei-chan "Ternyata Kazuto sudah melamarnya ya."
Kan sudah kubilang dia ini lebih bodoh dibanding aku, untung saja tidak ada satupun orang diruang guru "Kakak jaga omongan mu!".
Dia menutup mulutnya dan Kakak meminta maaf kepada Rei-chan karena keceplosan namun dia tidak minta maaf kepadaku. Aku sudah biasa dengan sifatnya yang seperti ini. Saat dia lulus sekolah dia bilang kepada Ayah jika dia tidak mau jadi penerus keluarga ini, karena dia ingin bebas untuk meraih mimpinya sendiri. Ayah awalnya menolak karena Ayah takut jika Anak Perempuan nya akan diganggu laki-laki jahat saat berkeliling dunia sendirian, Kakak ku mendengar alasan bodoh Ayah membuat nya melakukan sebuah gerakan terlarang yang dia buat dari gabungan bela diri yang dia kuasai untuk meyakinkan Ayah jika dia kuat. Ayah yang terkapar dilantai akibat gerakan terlarang Kakak akhirnya menyerah dengan satu syarat Ayah yang akan membiayai semua kebutuhan nya dengan memberi Black Card, Ayah memberi syarat yang sangat menggiurkan karena dia tidak ingin Anak Perempuan nya kecapekan bekerja demi mendapat uang untuk berkeliling dunia. Karena Kakakku yang ingin mewujudkan mimpi nya akhirnya aku yang akan menjadi penerus keluarga Kigahara, aku juga tidak keberatan karena ini sudah kewajiban Adik Laki-laki yang menerima tanggung jawab jika Kakaknya menyerah kan sesuatu yang sangat berharga
Setelah kami menemui Rei-chan disekolah, Kakak meminta kami berdua mengajaknya kerumah kami. Dia bilang tidak ingin bertemu dengan Ayah karena dia benci sifat Ayah yang selalu memanjakan Kakak "Wah rumah mu besar juga ya Kazuto,Ricchan."
"Yah jika Kakak ingin bermalam silahkan" Dia memelukku dan memujiku dengan paksaan yang aku tidak inginkan!.
Untuk membalas kebaikan Rei-chan yang selama dirumah sakit selalu merawatku, hari ini aku memasak makanan khas yang diajarkan Ayahku untuk menyenangkan hati perempuan namun masakan ini hanya untuk Rei-chan bukan untuk kakak.
"Wah kau juga bisa masak Kazuto?".
Aku membanggakan diriku didepan Kakakku "Hehe aku selangkah lebih maju dibandingkan mu Kakak" mendengar ucapan ku yang sombong dia melempar centong nasi kearah kepalaku. Padahal kepalaku ini masih belum sembuh total sudah kena pukul terus sama Kakakku.
Setelah makan Kakak meminum bir lalu tertidur di sofa. Aku tidak enak melihatnya akhirnya aku mengangkatnya dan membawa ke kamar tamu.
"Kazu-kun kau sepertinya senang ya dengan kedatangan Taiga-chan" Tidak bisa dipungkiri lagi jika aku memang senang dengan kedatangan Kakak ku satu-satunya, dia adalah sosok luar biasa bagiku sampai saat ini.
"Tapi aku benci sifatnya!" Rei-chan tertawa dan menghadapku.
"Kazu-kun kau juga berubah. Sifatnya dulu yang dingin sekarang sifatmu mulai terbuka kepada seseorang."
Aku tersenyum lalu memegang rambut hitam Rei-chan yang panjang dan indah "Ini semua berkatmu Rei-chan" Aku memegang pipinya dan mencium nya langsung.
Keesokkan harinya Pagi-pagi sekali Kakak Membangungkan Aku dan Rei-chan karena dia ingin melanjutkan perjalanan nya mengelilingi dunia "Kakak pagi sekali berangkat nya."
Dia tersenyum licik "Wah wah ternyata Adikku yang manis ini ingin Kakaknya lama-lama disini ya."
Aku muak dengan sifatnya ini, baiklah aku akan meladeni sifatnya ini "Iya-iya aku ingin Kakak tetap disini dan memanjakan aku."
Dia tersipu, yes aku berhasil "Dasar kau ini" dia mendekatiku dan meninju dadaku dengan pelan "Dengar Kazuto aku akan kembali sebentar lagi karena tinggal 2 negara yang akan dikunjungi dan setelah itu aku akan kembali bersama calon suamiku."
Akhirnya mimpi Kakak ku terwujud sebentar lagi sebagai Adik aku juga turut senang...Sebentar rasanya ada yang aneh dengan perkataan Kakak tadi "Kak coba ulang perkataan mu tadi?!".
"Aku bilang Aku akan segera kembali bersama calon suamiku."
Aku dan Rei-chan terkejut mendengar ucapan Kakakku "Hehhhhhhhhhhhhhhhhh?!!".
Kakakku tersenyum "Si-Siapa Calon suami kakak?!".
"Rey Albertina, kau mengenalnya bukan?".
Rey Albertina dari keluarga Albertina yang menguasai pasar ekonomi benua Eropa dan juga pemimpin keluarga Albertina memiliki hubungan erat dengan keluarga Kigahara sejak dulu, namun aku tidak menyangka jika Kakak akan menikah dengan penerus keluarga Albertina "Baiklah aku sudah merestui hubungan kakak dengan Rey."
Kakakku mengambil kopernya dan keluar dari halaman rumah kami "Oh ya Kazuto! Aku lupa memberi tahu sesuatu!".
Aku mendatangi Kakakku yang masih berdiri didepan pagar rumah "Apa Kak?".
"Sebentar lagi kau akan kedatangan sesorang yang sangat peduli padamu!".
Setelah itu dia berlari dengan koper nya yang sangat berat itu. Aku tidak tahu apa yang dimaksud nya namun sepertinya orang yang disebut Kakak adalah orang yang penting bagiku tapi siapa?.
"Orang yang sangat peduli dengan Kazu-kun?".
Aku menepuk kepala Rei-chan dan masuk kedalam rumah "Sudahlah jangan dipikirkan sebentar lagi aku akan berangkat sekolah jadi Rei-chan buatkan makanan tolong."
Rei-chan mendatangiku dan meloncat kearah ku "Baiklah Kazu-kun."
Hari ini aku mulai masuk sekolah, sudah lama aku tidak bertemu dengan Mamoru dan yang lain. Aku sungguh tidak sabar.