Kontak mata yang cukup lama antara diriku dengannya, seketika terlepas. ketika kami sama-sama mendengar dan menoleh kearah depan kaca mobil.
Tampak jumlah Massa yang mengikuti kami sampai di parkiran sudah menutupi hampir sebagian jalan di depan mobil. Tak berlangsung lama, si pria menghidupkan mesin mobil dan menyetirnya. Hati ku cemas, takut jika Massa itu melihat kami didalam mobil. Tapi sampai kami menuju portal, Massa yang tadi ku lihat tak satu pun Ada yang melirik ke dalam mobil. Syukur, ku panjatkan do'a dalam hati. Akhirnya aku dan dia bisa terbebas dari kejaran Massa itu, yang ku tak tahu apa tujuannya.
Merasa asing dengan suasana di dalam mobil yang begitu mencekam. Aku pun menoleh kearah si pria yang duduk di sampingku, sedang fokus menyetir.
"Bisakah kamu turunkan aku di depan halte itu?" pintaku, karena aku mulai tak nyaman dengan orang asing ini. satu menit, dua menit, dan hampir tiga menit! dia tak bersuara, sampai aku kesal di buatnya.
"Apa kamu tuli?" Tanya ku mulai gusar dengan tingkahnya yang menganggapku tak ada. Hello... aku ini manusia, sama seperti nya masih suka makan nasi. tapi kenapa ia tak meresponku?
bagai di serang hujan badai, sosok pria kaku dan misterius itu langsung menoleh kearah ku. Dan.... jangan lupakan kacamata hitamnya yang belum ia lepas, masih bertengger di hidungnya yang mancung itu.
"Lama tak bertemu, apa kamu lupa siapa aku?" Aku di buat bingung olehnya. Tiba-tiba kepalaku pusing, ku pijit kedua pelipis dan ku sandarkan punggung di kursi penumpang.
Sebentar, kenapa otakku jadi membeku? suara itu... seperti yang selalu hadir di setiap malam di mimpi ku?
Ohhhh... my!!!! tolong cubit aku sekarang juga, siapa pun tolong sadarkan aku! apakah aku sedang bermimpi?
Ia memberhentikan mobil di pinggir jalan menuju sebuah apartemen mewah. Entah mengapa aku begitu takut, takut jika ini bukan nyata.
"Bisa kamu lihat aku?" aku mengernyitkan dahi, dan ku tahu ia sedang menunggu. dengan santai nya aku berusaha menenangkan bunyi jantungku yang bertambah cepat iramanya. Sedetik kemudian, ia melepas topi baseball nya disusul juga kacamata hitam yang sedari awal membuatku penasaran. Dan.... semua itu terjawab! debar Kali ini begitu cepat, bertalu-talu menciptakan sebuah atmosfer yang mengguncang jiwa. Dia... yang... aku... rindu...
"Al," satu kata keluar dari bibir ku, pelan Dan nyaris seperti berbisik lirih....