***
Jam istirahat aku gunakan untuk mengisi perut ke kantin, memesan semangkuk bakso dan segelas es jeruk yang segar untuk menambah asupan kalori dan melepas rasa dahaga. Sedang asyik mengunyah bakso yang sempat ku potong menjadi kecil. Tiba-tiba saja muncul dua orang teman sekelas ku yang ikut duduk disampingku. Tampak mereka sedang membicarakan hal yang serius dan membuatku agak terkejut. Mereka sedang berbincang masalah kisah cinta sang superstar, siapa lagi kalau bukan Alvaro Bautista. Mendengar pembicaraan mereka itu, membuat kuping ku memanas. Mereka seolah-olah menjodohkan 'Alvaro ku' dengan si penyanyi itu.
"Coba saja, Al berkencan dengan Carolina. Aku pasti sangat merestuinya!" seru temanku yang berambut pendek sambil menangkupkan kedua telapak tangan di dada, layaknya sedang berdo'a.
"Aku pun juga begitu, Mereka pasti akan menjadi pasangan yang serasi." lanjut temanku yang berkacamata. Sedangkan diriku, uhhhh.. kesal bukan main! begitu gondok diriku mendengar pembicaraan mereka yang menyakiti hati ku yang paling dalam. Mungkin ini berlebihan, namun fakta yang ku rasakan. Selera makan ku sudah lenyap, hilang tak tahu kemana. Aku meninggalkan kantin dengan hati gamang. Sungguh ironis kisah cintaku. Al yang ku temui di rumah sepupuku Daryl tak terlihat lagi batang hidungnya. Padahal, sudah satu minggu ini aku mendatangi rumah Daryl hanya untuk bertemu dengannya. Namun, dewi fortuna tak berpihak kepada ku. Ku telusuri koridor kelas sepuluh dengan hati hancur, aku pun segera menaiki tangga yang akan menuju ke kelas ku.
***
Pulang sekolah aku memutuskan untuk pergi mencari novel di toko buku dalam Mall. Cuaca sore kali ini agak mendung, namun belum ada tanda akan turun hujan. ku langkahkan kaki ku memasuki gedung Mall dan langsung menaiki eskalator yang akan mengantarku ke toko buku di lantai empat.
Sesampainya disana ku telusuri rak-rak buku yang menjadi incaran ku selama ini. Dapat! satu buah novel karya penulis favorite ku, Tak sabar aku ingin membacanya. Bergegas aku menuju kasir dan membayar harganya.
Namun sebelum pulang, aku menyempatkan diri ke tempat foodcourt di lantai satu. Rasa haus yang mendera membuatku memilih untuk membeli minuman thai tea yang sedang hits. Berjalan menuju pintu keluar gedung Mall itu, tampak keributan kecil sedang terjadi di hadapan ku. ku lihat seorang pria berkemeja hitam dengan celana jeans biru dongkernya sedang berusaha berkelit dari segerombolan wanita dari berbagai usia. Namun, yang terlihat begitu aneh di mataku adalah ia yang memakai topi baseball bertuliskan LA juga memakai kacamata hitam dan sebuah masker. Membuat mata ku menyipit, ingin mengetahui siapa pria itu. Ia begitu misterius dan tertutup, aku menilainya. Akhirnya, si pria itu terbebas dari cengkraman kerumunan yang menyiksa dirinya. Berjalan sangat cepat berusaha untuk menghindar, pria tersebut berpapasan dengan ku. Sedetik itu pula, aku di buat kaku. Ia menatapku hanya sepersekian detik, dan yang ku rasakan tanganku ditarik olehnya. Kami pun menuruni eskalator menuju basement. Sesaat aku melirik kebelakang, dan mataku melebar. Para gerombolan itu juga mengikuti kami kesini rasa cemas menghantuiku, dan ku tahu kaki ku seperti di seret. Aku masih bingung dengan kejadian yang ku alami. Siapakah pria ini? kenapa dia menarikku? Pertanyaan yang berkelebat di otakku tak bisa kusampaikan dengan lisan ini. Karena aku begitu shock. Sampai akhirnya, pelarian kami terhenti di samping mobil yang ku yakini, mobil ini pasti milik si pria. Dan benar saja, saat si pria membukakan pintu penumpang di depan dan menyuruhku untuk masuk ke mobil. Aku pun menurutinya, dan duduk di kursi penumpang dengan wajah pias dan tatapan kosong. Si pria pun ikut masuk dan duduk di kursi kemudi. Tak lupa ia memakai seatbelt nya, dan yang membuat ku tak terduga, ia pun memakaikan seatbelt untukku. Menghirup aroma parfumnya yang menguar, membuat hati ku berdesir dan seakan jantung ini ingin lepas dari tempatnya, saat pandangan mataku dan matanya bertemu.