***
Mata ini seolah tak berkedip, dan jantung ini semakin semangat untuk berdetak diatas batas normal. Tiba-tiba saja, matanya yang tadi mengarah ke Daryl seketika memandangku dengan tatapan yang meneduhkan.
"Hai!" Sapa nya ramah disertai senyum manis yang terlukis di wajah tampannya yang terpahat sempurna itu. Kegugupan kini melanda diriku, kaki ku lemas bagai jelly yang tak bisa menopang berat badanku saat tatapan yang indah itu masih melekat kearah ku.
Oh... ya ampun, apakah ini cinta pada pandangan pertama yang kurasakan kepada dirinya. Daryl yang mengetahui keberadaan ku, seketika memanggil namaku keras, "Amanda!" serunya dengan suara bass nya yang khas itu. Aku terkejut dari lamunan ku tentang dia.
Pandangan mata Daryl menghunus ku tajam, namun aku tak menanggapi nya. Toh sama saja, aku cari mati. Daryl adalah tipikal laki-laki yang tidak suka jika di usik.
"Dia siapa?" Tunjuk dia yang masih menatapku, Daryl menghembuskan nafasnya pelan.
"Dia sepupuku, lebih tepatnya orang yang selalu datang kemari hanya untuk meminjam buku fisika ku yang dulu." Tatapan mata nya membulat seketika, "Oh, begitu!" cuma itu yang bisa dia ungkapkan seolah ada kotoran di wajahku ketika ia mengetahui fakta yang Daryl sampaikan.
Kenapa sih Daryl menyebalkan, aku jadi ketahuan bodohnya kalau begini. Itu sama saja Daryl membongkar kekurangan ku didepan dia yang membuatku tersipu malu.
Namun, siapa sangka. Dia justru menghampiri ku dan tepat berada didepan ku dengan posisi saling berdiri. Aku gugup tidak terkira, berbunga-bunga hatiku kini melihatnya dengan jarak yang amat sangat dekat.
"Mungkin aku sudah tahu namamu dari Daryl, tapi bolehkah aku mengulang perkenalan kita dengan menyebut nama kita masing-masing?". Tanyanya dengan nada penuh harapan. Gimik wajahnya seolah mengatakan bahwa aku harus menerima permintaan nya itu dengan segera.
Aku hanya mengangguk malu, dan tatapan ku hanya menunduk kebawah lantai yang ku pijak ini. Dia semakin membuat ku salah tingkah. Dan dia mengulurkan tangannya kearah ku dengan kikuknya.
"Hai, namaku Alvaro. Namamu siapa?" Ragu aku membalas uluran tangannya, apa ini sungguhan? Jika iya, maka cubit aku sekarang. Aku pun membalas uluran tangannya dan ku tatap kedua manik mata teduh itu dengan mata yang berbinar cerah.
"Namaku Amanda." Aku menjawabnya seraya menggenggam tangan itu erat. Senyum manis itu tersungging dengan indahnya, akupun membalas senyum itu dengan hangatnya.
Entah, siapakah dia sebenarnya. Namun rasa-rasanya aku pernah melihat wajah dan senyum itu entah dimana. Aku tersadar dari lamunanku, jangan bilang kalau dia adalah..... ALVARO BAUTISTA!!!