***
Oh d*mn... kurasakan dada ku menghantam dada bidangnya yang keras, teramat nyeri dan aku hanya meringis pelan. Tangan kanannya masih menggenggam tangan ku dengan kencang dan seolah tahu aku sekarang mendongakkan kepala ku kearahnya, seketika itu pula dia menundukkan kepalanya kearah ku, dapat ku lihat kedua bola mata hitam pekat nya menelisik ku dan aku pun bisa merasakan hembusan nafasnya menyentuh wajahku, oh mendadak pipi ku merah merona, terpana akan wajahnya yang oriental itu.
"Sudah cukup puas kamu memandang ku?" tanya nya dengan senyum yang menyebalkan, aku tahu dirinya tampan tapi aku tidak suka orang yang menjadi bahan terkesima ku merasa diatas angin!
ku hembuskan nafas ku kasar, dan mencoba melepaskan tangan ku dari genggaman nya. Tapi tetap saja, tenaga nya jauh lebih kuat dariku, aku hanya bisa pasrah dan mendudukkan pandangan ku. Ingin rasanya aku menangis tapi aku tidak mau terlihat lemah dihadapan nya.
"Jadi pacar pura-pura ku, dan sepatu itu milikmu!" Tegasnya dengan nada menakutkan dan seketika genggaman nya terlepas, aku langsung mundur dua langkah darinya dan mengusap tangan ku yang memerah, ku tatap wajahnya penuh amarah dan ingin sekali ku maki dirinya tapi..
"Aku tidak butuh penolakan, hanya kata 'iya' yang aku ingin kan." See, kata menuntut nya kembali keluar dengan di iringi senyuman iblis dan mata yang tajam dia mengintimidasi ku.
"Kenapa harus aku?" Tanya ku mulai diliputi amarah yang menyeruak ingin dikeluarkan.
Ia berdecak, "Karena kamu, bukan tipe ku jadi tak kan mungkin aku bisa jatuh cinta pada mu." seketika ucapannya barusan, membuat jantungku berhenti berdetak!