***
Sudah tiga hari berlalu sejak insiden pesta ulang tahun teman Will, kini ia tak muncul lagi di hadapan ku. Ada rasa khawatir yang bergelayut di benak ku, memikirkan dirinya yang tak kunjung memberi kabar. Aku tahu, aku dan Will sudah tidak ada sandiwara yang kami tunjukkan. Namun tanpa kehadirannya membuat ku sadar, akan pentingnya kehadiran Will.
Sejenak ku pejamkan kedua mataku, aku sedang berbaring di tempat tidur ku dan saat ku lihat jam dinding yang berada di sudut kamar ku, pukul 23.45. Haahhh, kenapa aku tidak mengantuk juga? Aku kesal, sejak memikirkan Will, aku sulit untuk tidur.
Dering suara ponsel ku, membuat ku mengerjapkan mata, kaget. seketika ku ambil ponsel ku yang berada di atas meja belajar. Saat ku pandangi layar ponsel, nama William tertera disana, langsung saja aku mengangkat panggilan nya.
"Hallo..." Suara Will terdengar berat di ujung sana.
"Ya Will, ada apa menelpon ku?" tanya ku dengan kening mengerut, namun tak dapat ku hentikan laju detak jantung ku yang menggebu.
"Apa besok kamu sibuk?" Will bertanya, kali ini suaranya terdengar khawatir. Ada apa memang nya dengan besok? hati ku yang bertanya.
"Besok aku tidak sibuk, ada apa?" jawabku sembari bertanya kembali. Will nampak menghembuskan nafasnya lega, aku tidak mengerti ada apa dengan nya sekarang?
"Aku ingin bertemu kamu, besok. Dan jam sepuluh pagi aku menjemputmu." kata Will yang begitu tegasnya.
"Ok, akuu.." Tut Tut Tut Tut...
Sambungan telpon di tutup sepihak oleh Will, kurang ajar sekali! Sumpah aku ingin merutuki nya, namun aku sadar, Will terlalu sulit bagi ku untuk di tundukkan. Aku lelah jika harus perang kata dengan Will.
Pada akhirnya tubuh ku merasa lelah dan kedua mataku sudah ingin terpejam, dengan cepat aku kembali menuju tempat tidur dan segera memakai selimut. Menutup hari ini dengan penuh rasa berbunga-bunga...
***
Will mengajak ku ke sebuah taman yang cukup indah, banyak bunga yang tumbuh disekitar pejalan kaki. Aku pun tidak tahu, nama tempat ini. Will, memandang ku dengan sorot mata yang dalam. Kini aku gugup di hadapannya, aku hanya menghindari tatapan nya yang menghujam ku begitu dalam. Oh.. Will ada apa dengan mu? Apa ada yang salah dengan diriku?
"Ikut dengan ku," Will menarik tangan ku, dan menyuruhku duduk di bangku taman. Seketika Will berjongkok di depan ku, dan melepaskan flat shoes dengan lancangnya.
"Kenapa sepatu ku di lepas?" protes ku, namun Will segera berdiri dan meninggalkan ku sendiri. Namun dengan cepatnya Will kembali sambil membawa boks berwarna hijau. Aku makin penasaran di buatnya, apa sebenarnya mau Will?
kembali ia berjongkok di depan ku dan membuka tutup boks nya. Dapat ku lihat sepasang sepatu sneaker impianku ada disana, dan tanpa ijin dari ku Will memasangkan kedua sepatu itu di kaki ku.
Ohh.... Will, ini sungguh romantis bagi ku! aku tersenyum sumringah menatap kearah sepatu impian ku yang sudah terpasang. Sangat pas dan nyaman, aku suka.
Will bangkit dari berjongkok nya, dan menarik ku untuk berdiri. Segera saja ia memelukku, aku tersentak. Tidak tahu harus apa? tapi yang jelas, kedua tangan ku melingkupi pinggang nya, Will juga sama dengan ku, ia melingkupi tangannya di bahu ku dan dapat ku rasakan, Will mencium kepala ku.
Desiran aneh itu kembali hadir, namun segera saja ku tepis. Karena bagaimanapun juga, aku disini hanya membantu Will tak pantas bila aku ada rasa dengannya. Walaupun tak ku pungkiri, rasa itu hadir ketika awal bertemu dengannya.
"Aku harus pulang." ucap Will diantara pelukan kami, seketika aku melepaskan pelukan ku dan menatap nya bingung. Will tersenyum dan mengacak rambut ku membuat ku kesal.
"Kamu tahu kan, aku disini hanya ingin balas dendam?" ia mulai menjelaskan maksud omongannya barusan, "Dan sekarang sudah selesai, aku ingin kembali ke Jepang." ujar nya kemudian yang membuat ku tercekat.
Mendung menghiasi wajah ku, dengan menundukkan kepala. Tidak percaya ini akan berakhir dengan cepat.
"Dan satu hal yang perlu kamu ingat atau mungkin sudah kamu lupa." kembali aku mendongak kan kepalaku kearahnya. Menatap mata hitam nya yang merusak tatanan hati ku.
" Aku pernah berkata bahwa aku tak kan mungkin jatuh cinta padamu, apa kamu masih ingat?" oh... ya aku ingat, itu adalah kalimat yang membuat ku sakit hati dengan nya, tapi itu juga yang membuat ku sadar diri bahwa tak mungkin orang seperti Will menyukai ku.
"Hhmmm iya aku ingat, ada apa?" kini aku yang bertanya dan ekspresi wajah Will tampak begitu cerah, "Mungkin saat ini aku telah jatuh cinta padamu, Amanda." Aku terkejut dengan ucapan nya dan tanpa sadar aku melamun, Will melambai kan tangan di depan ku dan seketika aku tersadar.
"Will,," panggil ku lirih masih tak percaya. Will menggenggam kedua tangan ku erat, "Mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi aku juga berusaha untuk membuka hati ku padamu dan aku minta maaf tidak bisa ada di sini karena aku harus menyelesaikan urusan ku di Jepang. Suatu saat nanti, aku pasti akan kembali dan mencari mu." yakin nya pada ku dan dapat ku lihat ketulusan di matanya.
"Apa aku harus mengucapkan Sayounara¹ pada mu?" tanya ku sendu, tak mungkin aku bisa melepaskan mu Will, meski itu berat aku akan coba.
"Jangan kamu ucapkan kata itu, aku tidak suka!" Will kembali berujar dengan penuh amarah, "Aku tidak ingin ada perpisahan di antara kita," lanjut Will dengan suara lembut, ia mengelus pipi ku dengan tangan kanan nya.
"Suatu saat nanti, jika kita di pertemukan lagi oleh takdir. Biarkan aku mengucapkan Daisuki dayo²."
1. selamat tinggal
2. aku menyukai mu