***
Sudah satu Minggu Ethan menjauhiku, dan ku sadar bahwa selama ini tidak ada hubungan yang istimewa antara aku dan dia.
Dan Clara, satu nama itu mulai terdengar lirih di telingaku. Aku begitu terpukul dengan sikapnya yang memuakkan, seolah dia adalah perempuan yang sempurna dengan wajah oriental nya yang memukau. Semua orang tahu akan mata indahnya yang bewarna cokelat muda, dan aku begitu sulit untuk mengubah persepsi mereka tentang seorang Clara Chen, si gadis yang tega merebut gebetan sahabat nya sendiri!
Oh maafkan aku yang begitu jahat saat ini, tapi coba kamu bayangkan sahabat mu sendiri menikam mu dari belakang, itu jauh lebih sakit.
Ku coba memasrahkan semua, cepat atau lambat hubungan gelap mereka akan terbongkar. Dan aku tak sabar melihat wajah putih Clara menjadi pucat seperti mayat saat Ivan meminta putus dari nya. Hmmm.. seperti inikah balas dendam? atau benarkah ada nya karma yang akan menghantui nya? entahlah, yang terpenting sekarang, aku tidak ingin memikirkan pasangan sialan itu lagi.
Tidak terasa usia ku 16 tahun dan aku begitu sulit menemukan sepatu kets yang ku incar selama beberapa hari ini, ku telesuri rak-rak sepatu tapi tetap saja, sepatu kets impianku tidak ada.
Mata cokelat pekat ku tak sengaja melihat seorang pemuda yang kira-kira seusia dengan ku sedang menggenggam sepatu kets impianku, tanpa kentara aku langsung menghampiri nya.
"Permisi," pemuda tersebut menoleh ke arah ku, "Maaf, boleh aku tahu kamu menemukan sepatu ini dimana?" ah, pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut ku, pemuda tersebut diam membisu seakan enggan menjawab pertanyaan ku.
"Mm.. kalau boleh, aku juga ingin melihatnya" kembali, aku mengajaknya berbicara, agar situasi yang canggung ini segera berakhir.
Wajah nya sudah tidak bersahabat, datar dan tanpa riak sedikit pun membuat ku sulit bernafas.
"Ok, jika kamu tidak berkenan. Aku permisi," menundukkan kepala dan segera beranjak pergi dari hadapannya percuma saja berbicara dengan sebuah patung yang diberi nyawa tapi tak bisa bersuara.
"Jika kamu ingin sepatu ini," tiba-tiba pemuda itu bersuara, seketika langkah kaki ku berhenti.
"Ada syaratnya," tanpa ragu aku kembali menoleh kearah nya, pemuda tersebut menyambutku dengan senyuman iblisnya. yang kemudian membuat aliran darah ku berhenti dan detak jantung ku berdetak tak beraturan, seketika aku menahan nafas saat tangannya menarik pergelangan tanganku mendekat kearahnya...