Chereads / Sekenario Cinta / Chapter 37 - pernikahan kakak

Chapter 37 - pernikahan kakak

Zia mengirimkan sebuah balasan kepada kakaknya dan ketika Zeno membacanya ia tersenyum lebar. walaupun ia tidak mungkin meminta adiknya kembali ke rumah tapi bisa bertemu dengan adiknya di saat-saat membahagiakan dalam hidupnya itu akan menjadi pelengkap tersendiri.

Minggu berikutnya acara pernikahan Zeno sedang berlangsung di sebuah hotel. semua tamu berbondong-bondong untuk memberikan selamat kepada kedua pasangan yang saling berbahagia itu.

Zia mengenakan gaun biasa tapi terlihat sangat menawan ketika dikenakan olehnya. gaun berwarna putih dengan bagian pundak yang terbuka hingga memamerkan pundak yang putih mulus itu tapi tidak meninggalkan kesan sopan. rambutnya yang hitam dikuncir kebelakang dengan rapi. terlihat sederhana tapi elegan.

ia masuk ke Ballroom dengan mengendap-endap. ia melirik ke kiri dan ke kanan, ia memperhatikan kedua orangtuanya yang sedang menyapa para tamu undangan. ia menunggu kesempatan selayaknya pencuri.

ia menunggu dan masih menunggu sampai kedua orangtuanya menjauh dari kakaknya. detik telah berlalu, menit pun berlalu hingga jam pun ikut berlalu dengan sangat cepat, menunggu adalah sesuatu yang sangat melelahkan. ia mulai kelelahan ia telah datang di sore hari dan harus menunggu hingga malam hari. perutnya mulai bersuara.

ketika ia melihat kedua orangtuanya mulai beristirahat ia mengetahui ini kesempatannya ia mulai berjalan mendekati kakaknya. ia membawa sekotak kado yang telah ia siapkan untuk sepasang pengantin baru itu.

ia harus mengeluarkan kocek yang lumayan menguras kantongnya untuk membeli kado itu. tapi hanya itu yang bisa ia berikan kepada kakaknya yang selama ini telah baik kepadanya.

ia menutup mulutnya dengan sapu tangan hingga tidak semua orang mengenalinya.

"kak, selamat atas pernikahanmu". Zia berkata dengan suara serak karena kehausan, suaranya bagaikan seekor kodok yang kelelahan sehabis konser setiap malam.

"ah, iya " Zeno masih belum sadar kalau itu adiknya.

"kak ini aku". Zia membuka penutup mulutnya sebentar dan menutupnya lagi.

Zeno tertegun dan senyumnya mengembang dengan seketika dan dia memeluk adiknya dengan sangat erat.

"apa kau hidup dengan baik ? kakak sangat menghawatirkanmu juga sangat merindukanmu" Zeno mulai bertanya, ada banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada adiknya itu.

"kak, aku baik-baik saja. kau tidak perlu khawatir."

"baguslah, apa kau..." ia berusaha melanjutan pertanyaannya dan ingin menahan adiknya lebih lama lagi untuk membuang rasa rindunya, tapi...

"kak, aku tidak bisa lama-lama. jangan beritahu Papa dan Mama ya. aku harus pergi dulu sebelum mereka kembali". Zia mulai gelisah takut bila ia ketahuan oleh kedua orangtuanya dan pastinya dia akan dikurung lagi. ia tak ingin mengulang masa lalunya yang buruk itu lagi.

setelah berpamitan dengan kakaknya ia mulai mengendap-endap pergi tapi karena rasa haus yang menyiksa ia mulai berbalik arah dan menuju ketempat dimana makanan dan minuman disajikan untuk para tamu.

di sana ia bertemu dengan kerabat jauh yang tidak terduga mengenalinya.

"hei, Zia lama tidak bertemu!" wanita itu menepuk pundak Zia yang sedang mengunyah kuenya hingga ia tersedak.

"ah, bibi Rosita kapan datang?" ia berusaha menelan makananya dan meminum segelas air.

"baru saja bersama om mu, itu disana" menunjuk ke arah seorang pria paruh baya yang sedang asik berbincang-bincang.

"dari tadi bibi perhatikan, kenapa kamu terus menutup mulutmu dengan sapu tangan?" merasa ingin tahu.

"ah ini, oh.. aku sedang terkena flu bibi jadi aku menutup mulutku dengan ini. aku takut mengganggu para tamu". sambil melirik sana sini, ia mulai melihat ada radar bahaya mendekat. kedua orangtuanya telah kembali keruangan itu.

"maaf bibi aku harus pergi istirahat dulu Papa pasti marah kalau tau aku berkeliyaran bukan beristirahat". ia berpamitan pergi sambil tergesa-gesa.

"ah iya" merasa heran karena melihat tingkah keponakannya yang aneh itu.

karena terburu-buru ia tanpa sengaja menyenggol mempelai wanita ketika berjalan.

ketika itu kakak ipar barunya ini sedang asik berbincang-bincang bersama teman-temannya yang datang untuk memberikan selamat.

"maaf kak, aku tidak sengaja".