Zeno sedang melamun ia memikirkan adiknya yang telah kabur itu, ia memikirkan beberapa minggu lagi ia akan menikah dengan gadis yang dijodohkan oleh orangtuanya itu.
di hari besar itu adalah seharusnya akan menjadi hari yang sangat bahagia tapi di hari itu adik yang ia sayangi tidak dapat ikut merasakan kebahagiaan itu. ia mulai berfikir bagaimana caranya untuk dapat membagi kebahagiannya itu kepada adiknya, adik yang sangat ia sayangi.
akhirnya dengan tekat yang sangat kuat ia memberanikan diri untuk menghubungi adiknya melalui media sosialnya. ia memberitahukan tentang acara pernikahannya, mulai dari tanggal dan tempat acara itu di berlangsung. walaupun ia tidak berharap adiknya akan datang tapi setidaknya adiknya itu akan tau kebahagiaan kakaknya sedang berlangsung.
Zia bangun dengan perut kosong. ia mulai merayap ke dapur dan hanya menemukan sayuran, dan telur.
ia mencincang sayuran dan membuat omlete untuk sarapan. menyiapkan dua porsi sarapan untuk mereka berdua serta dua cangkir susu.
ia menyantap sarapannya dan pergi mandi.
Fian masih tertidur lelap dalam mimpinya. ia mulai membuka mata ketika mendengar air yang mengalir dari arah kamar mandi.
ketika ia bangun ada benda lain yang ikut bangun dari tidurnya. benda itu mulai mengembang dan menjumbul dari dalam celananya. rasanya tak tertahan lagi.
ia mulai berlari ke kamar mandi. "hei, aku sedang mandi. kamu mau apa ? " gadis itu sedang membersihkan tubuhnya dengan sabun. ia tidak mengenakan sehelai pakaianpun. tubunya terlihat bagaikan porselin yang mengkilap dan licin.
sesuatu yang ia tahan semakin lama semakin memberontak, semakin lama semakin mengeras dan memaksanya untuk keluar.
"memandikanmu" ia mulai melucuti pakaiannya dan menekan gadis itu ke sudut kamar mandi yang sempit. tanpa basa-basi ia menancapkan benda itu perlahan demi perlahan dan desahan demi desahanpun keluar dari mulut yang mungil itu. desahan itu membuat hasratnya semakin meningkat. ia mulai mempercepat tekanannya.
beberapa menit berlalu dengan kenikmatan. mereka berdua mulai membersihkan tubuh masing-masing dan mulai mengenakan pakaian.
walaupun enggan untuk memakannya tapi Fian akhirnya melahap sarapannya sampai habis.
"aku akan mengantarmu ke kampus" setelah menyelesaikan sarapannya Fian menawarkan diri untuk mengantar Zia.
"baiklah" Zia merapikan pakaiannya, menenteng tas punggungnya dan mengenakan jas almamater.
beberapa menit kemudian sampailah mereka di kampus.
"aku akan keruangan untuk bersiap" ia berpamitan kepada suaminya itu dan pergi.
"baiklah, tunggu sebentar, dimana toiletnya" Fian merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan perutnya.
"di lorong sebelah sana" ia menujuk ke arah toilet berada.
"oke" mereka mulai berpisah.
ujian skripsi Zia berjalan dengan sangat bagus dan lancar kini dia hanya perlu melakukan beberapa revisi dan tinggal menunggu wisuda.
di asrama ia mulai beristirahat merebahkan tubuhnya yang lelah, ia meraih handpone yang ada di sakunya dan membuka akun sosial medianya.
sebuah pesan masuk datang dari kakaknya. ah itu undangan pernikahan. dan permintaan dari kakaknya.
kakak, selamat atas pernikahanmu. semoga kakak bahagia sampai tua. Zia janji akan datang di acara pernikahan kakak. tapi jangan beritahu Papa dan Mama.