"ha..., iya" mengangguk dengan pasti. merapikan gaunnya dan masuk ke dalam rumah.
sore itu awan yang seperti kapas masih berjalan beriring-iringan dan matahari masih bersinar dengan sangat cerah. langit kebiru-biruan, angin bertiup dengan bergerombol menghempas pepohonan dan merampas dedaunan yang berwarna kuning keemasan dan hijau.
danau yang tua itu terlihat kehijauan berlumut, airnya begitu tenang bagaikan lantai yang mengkilap.
ditepi danau terlihat ikan-ikan kecil mulai melompat-lompat menaiki aliran sungai yang berkelok-kelok.
disudut sebelah selatan danau yang sepi dapat terlihat keramaian burung-burung putih berleher dan kaki panjang sedang asik mencari ikan. dibagian tengah danau burung seriti berterbangan di udara mengembangkan sayapnya menyelusuri danau mencari mangsa.
pemandangan luas yang indah, danau itu begitu sepi hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang.
"bagaimana indah bukan? dulu aku dan Ayahku sering memancing bersama disini" ia berkata sambil menatap danau lepas itu.
Zia mulai menatapnya, memperhatikannya berbicara. hingga mata keduanya tak sengaja saling bertemu. wajahnya mulai memerah dengan senyum yang aneh.
"apa kau menyukainya?" ia berkata dan berbalik memandang gadis yang berdiri di sebelahnya itu.
gadis itu mengenakan celana jeans berwarna biru keabu-abuan dengan kaos pendek berwarna putih, rambutnya yang panjang tergerai dengan begitu indah dan sesekali angin yang nakal seakan-akan menggodanya dengan meniup-niupkan rambut itu ke segala arah. pesonanya seakan membius saraf dari semua pria. alangkah cantiknya istrinya itu dan ia tau akan itu. Pria itu memandangi sosok keindahan yang ada di hadapannya dan mulai meraih pinggang rampingnya dari arah belakang seraya memberikan sebuah pelukan dan menyandarkan kepalanya di leher yang putih itu.
"em" ia menjawab dengan mantap disertai anggukan seketika tiba-tiba ia merasa ada sebuah tekanan di tubuhnya, ia tertegun untuk beberapa saat, jantungnya berdetak begitu kencang, wajahnya mulai merah padam dan tubuhnya seakan membeku bagaikan sebongkah es yang siap untuk meleleh, meleleh dengan sedikit hawa panas, hawa panas dari tubuh seoarang pria. hawa panas itu mulai menyebar dan seakan-akan merambat melalui sebuah pelukan. bagaikan sebuah konduktor yang dapat menyerap semua hawa panas, berpindah dari satu benda ke benda lain.
pria itu masih menyandarkan kepalanya di pundak gadis itu, menghirup aroma shampo di rambut yang selembut sutra. ia bernafas dengan nyaman yang membuatnya menjadi semakin terbenam.
Zia berusaha memgatur nafasnya dengan baik, ia menatap langit yang biru itu sembari berfikir.
apa kau pernah jatuh cinta? mungkin cinta akan membuatmu bahagia dikala kehujan membasahi tubuhmu dengan paksa. mungkin saja kau masih bisa tersenyum walaupun terluka. setiap jalan yang kau lalui akan terlihat pelangi dan awan-awan yang beriringan menyambut. bahkan sebuah senyum kecilpun akan membuatmu terbakar oleh rasa bahagia itu. apa yang aku rasakan saat ini adalah cinta?.
kau gila Zia! mungkin itu hanya suasana yang membuat hatimu membara.