Chereads / Sekenario Cinta / Chapter 4 - kebodohan yang terulang

Chapter 4 - kebodohan yang terulang

teringat masa lalu flastback masa SMA.

"fi" (sapaan dari Lia teman satu bangkunya)

"tau nggak si Jion nungguin kamu kemarin di depan pintu sekolah" Lia melanjutkan omongannya.

Zia :"..." (terdiam dan berlalu pergi)

Zia sudah menduganya tapi dia terlalu kesal untuk meresponnya lagi.

Dulu beberapa bulan yang lalu anak laki-laki yang selalu di sebut dan dibicarakan oleh teman satu kelas nya, Reni adalah teman satu kelas Zia dan primadona dari SMA A. Reni selalu bercerita tentang si Jion dan berharap mereka bisa berpacaran ketika kelas I sampai sekarang, tapi Jion yang cuek dan bersikap dingin tidak pernah merespon apapun yang di kabarkan.

hingga suatu ketika Jion menghubungi Zia melalui nomor Hp nya dan menyatakan perasaannya pada Zia. awalnya Zia kaget dan tak pernah punya perasaan apapun terhadap Jion tapi lama kelamaan perasaan itu tumbuh dan tumbuh hingga Zia meminta keseriusan antara hubungannya dengan Jion.

ketika Zia diajak bertemu di luar sekolah Zia selalu menolak karena takut kepada orangtuanya. dan Jion pun tidak pernah menemui Zia ketika di sekolah. karena di rasa hubungan ini jadi rumit.

Jion selalu memaksa Zia untuk bertemu di luar sekolah entah itu kencan atau bagaimana, akhirnya Zia menyetujuinya dengan syarat Jion harus mengumumkan hubungan mereka. Jion akhirnya menyanggupinya dan sore itu Jion dan Zia bertemu di taman.

awalnya Zia enggan untuk pergi karena Zia tidak pernah pergi terlalu jauh sendirian.

Zia menunggu sekitar 10 menit dan akhirnya Zion datang itu pertemuan pertama mereka setelah chatingan beberapa bulan.

Jion membawakan sekotak coklat kepada Zia sambil duduk di bangku taman suasana agak sedikit canggung, atmosfer di sekitar mereka mulai memanas, bukan karena cuacanya yang panas sore itu, padahal awan masih beiri-iringan menutupi matahari dan pepohonan yang rindang itu membawa angin sepoy-sepoy menerbangkan dedaunan.

beberapa menit berlalu dengan keheningan... Jion membuka mulutnya dan mencoba untuk mencairkan keadaan. satu kata yang terucap "Maaf" dan berulang "Maaf ya"....

Zia masih terdiam dan kembali sadar :" ha.." iya"

dia tidak tau harus berbuat apa fikiranya kosong, dia terpana oleh sosok laki-laki yang berada di depannya itu. berwajah tampan dan manis, rambutnya dipotong rapi dan cocok dengan wajahnya yang rupawan, bibirnya manis dan bila tersenyum membuat dia mabuk, apapun yang dia kenakan sesuai dengan gayanya... "dia itu seperti permen enak untuk dilihat dan dijilat" batin Zia.

mereka tidak terlalu banyak bicara hingga waktu berlalu begitu cepat.

awalnya Jion maju mendekat ke Zia, tapi ketika Jion mendekat Zia mulai mundur seperti takut sesuatu dan perasaan itu tidak jelas. dan akhirnya

"sini... "mendekatlah sedikit" kata Jion.

Zia memandang Jion dengan perasaan yang rumit. dan dengan ragu-ragu Zia maju beberapa langkah mendekat, semakin dekat detak jatung Zia semakin berdetak semakin kencang, ada rasa yang aneh yang tidak pernah bisa di tafsirkan rasa senang yang berlebihan..."ah ini aneh" batin Zia semakin gugup.

"cepatlah kesini aku ingin memberitahumu sesuatu" sambung Jion. seolah Jion ingin berbisik.

ketika mereka sudah berdekatan dan hanya berjarak beberapa senti. Jion berkata " Aku sangat sangat menyukaimu" dan mencium pipi Zia dan berpamitan pergi.

Zia masih shok tersipu malu perasaannya tidak karuan dan dengan segera dia menengendarai sepedanya dan pergi. itu adalah pertama kali Zia di cium oleh seorang laki-laki ketika dewasa.

-----*----

hubungan mereka masih belum ada perkembangan, terakhir kali Zia memaksa Join untuk mengumumkan hubungan mereka tapi Jion hanya memberikan janji saja. hingga Zia mendengar kabar bahwa Jion sudah memiliki pacar selain dirinya dan Itu teman dari adik sepupunya sendiri. ketika itu Zia bercerita tentang hubungannya dengan Jion dan sepupunya berkata" lho kak bukannya si Jion itu pacarnya si Elen ya" mereka sering pergi berdua dan temenku semua sudah pada tau"...

bagaikan di hantam batu besar, rasanya tidak berdarah tapi sakit "sakit sekali". alangkah malu nya Zia yang bercerita tentang Jion kepada sepupunya itu. "mau di taruh dimana muka ku ini... seolah - olah aku merebut pacar orang lain. teman sekelas sepupuku." OMG tidak mungkin juga aku bersaing dengan adik kelasku". batin Zia yang tergulai lemas.

dia menangis dikamarnya sejadi jadinya dan tersadar dengan panggilan telpon yang ada di meja. tertuliskan nama Jion, hampir dia membanting Hp nya itu tapi dia berfikir jernih takut kalau orangtuanya mengetahui kondisinya itu...

dia teringat kata-kata sepupunya "Elen emang gitu kak, anaknya rada ganjen dan murahan"....

dia menahan semua perasaannya dan mengangkat telpon sambil menghapus air mata yang menetes di pipinya dengan acuh tak acuh dia menjawab berusaha tegar.

" hallo"

"hai, sayang kamu lagi apa ?"

tidak mungkin kan Zia bilang lagi nangis, dia mulai membenarkan nafasnya

"nggak lagi ngapa-ngapain" (berusaha menutup2i)

"oh... dah makan belom ?" besok ada waktu ndak ? aku pingin banget ketemu kamu" kangen"

Zia berfikir sejenak "mungkin bila bertemu, aku bisa tanya yang sebenarnya tentang hubungannya dengan Elen" dalam batin.

"okey, jam berapa di mana ? "

"tumben kamu mau"?!!! yaudah kamu mau aku bawain apa? oh iya kamu kan paling suka sama coklat ya. besok aku bawakan coklat buat kamu".

"he'em"

"besok aku tunggu di taman ya jam 3 sore"

tanpa berkata apa-apa Zia menutup telpon itu. fikirannya masih kosong rasa sakit yang tanpa luka ini membuat air matanya mengalir hingga kepalanya sakit tanpa sadar dia sudah tertidur lelap hingga pagi membangunkannya.

"Au" kepala ku sakit..." kata Zia sambil bangun dan bersiap untuk pergi ke sekolah...

sore itu dia bersemangat, rasa keingintahuan yang mendorongnya untuk menyemangati dirinya sendiri untuk pergi mencari kejelasan yang membuat hatinya sakit.

Di taman Jion sudah menunggu. seperti biasa dengan senyumnya yang manis dia menyapa Zia, tapi fikiran Zia masih terisi apa yg dibicarakan sepupunya tentang Jion, ketika fikiran itu memenuhi fikirannya rasa sakit yang ada dihati nya mulai menjalar... tapi dia mulai memaksakan dirinya untuk menjernihkan berfikirnya.

Melihat perubahan yang aneh pada Zia, Jion mulai bertanya " ada apa? oh ya aku bawakan coklat kesukaanmu".

tanpa basa basi Zia bertanya pada Jion. "kamu kenal Elen kelas II dari SMA B? apa hubungan mu sama dia? kalian pacaran kan ? terus kamu anggap aku apa? "...

Jion tersentak kaget bingung mau bilang apa:" biar aku jelasin! sebenarnya..."

ragu-ragu Jion melanjutkan perkataanya: "aku dulu jadian/pacaran sama Elen tapi itu dulu dah lama dan hubungan antara kita sudah tidak ada kejelasan, Elen udah lama nggak ngabarin aku." jadi aku sama Elen udah nggak ada hubungan lagi"...

"tapi KALIAN BELUM PUTUS kan??? memotong perkataan Jion.

"i..iya sih, tapi ..." kata Jion

"berarti aku ini perebut pacar orang donk" Zia melemas, air matanya mulai mengalir tak tertahan lagi, "haruskah aku merebut orang yang aku cintai dari orang lain"... " aku nggak mau" aku sama-sama perempuan aku tau rasanya." apa hubungan kita ini " perselingkuhan" !!!" batin Zia bertanya pada dirinya sendiri.

tiba-tiba kepala nya mulai terasa sakit