"akkk..."
Zia menjerit dalam hati mengingat kejadian itu, Zia sangat ketakutan. "jangan diingat lagi" gumamnya. sambil memukul-mukulkan tangan dan kakinya di atas tempat tidur dan dia menarik bantal dan menutupi kepalanya.
Waktu masih berjalan dengan normal, walaupun Fandi tidak pernah menyerah dengan usahanya. tapi Zia hanya menganggapnya sebagai nyamuk pengganggu saja.
"Zia foto kamu di akun sosmed mu imut banget kayak anak SMP tau gak!?" pekik Lina.
"masa sih?" "ya emang wajahku kayak gitu kan?" jawab Zia santai.
"beneran!!" kamu itu punya wajah babyface" "aku nggak nyangka kalau itu akun kamu". Lina melanjutkan.
"hahahaha.." Zia tertawa garing.
mungkin karena itu Zia mendapat banyak permintaan pertemenan bahkan ada yang mengechat Zia dan bertanya. "dek Zia kelas berapa ?"...,
usia Zia saat ini sudah menginjak 20 tahun, Zia hanya beranggapan karena sifat kekanak-kanakan Zia lah yang membuat orang-orang mengganggapnya masih muda.
sore itu Zia habis dari salon untuk merapikan rambutnya. suatu ritual tersendiri setelah putus harus memotong rambut untuk membuang sial. Rambut Zia di potong rapi agak panjang dan berponi potongan rambut itu cocok sekali dengan Zia dan menambah kecantikan tersendiri bagi Zia. kadang Zia juga sering menguncir rambutnya sebelah sehingga terlihat tambah imut dengan sebelah lesung pipitnya yang hanya terlihat ketika Zia tersenyum lebar dan matanya akan menyipit bila tersenyum dan tertawa.
tidak jarang laki-laki yang mendekati Zia tapi Zia terlalu cuek sehingga mereka mundur satu persatu.
Masalah mulai bermunculan ketika Shasha berbadan dua yang di sebabkan oleh kekasihnya sendiri. Zia sebagai sahabat mulai bersimpati dan menemani Shasha di saat-saat tersulit Shasha. tapi apa yang di lakukan Shasha untuk membalas kebaikan Zia.
Shasha memfitnah Zia sebagai wanita murahan yang gonta-ganti pasangan, bahkan Shasa bilang Zia berhubungan badan bukan hanya dengan Fandi saja.
Kabar itu Zia dengar dari teman-teman Zia, sehingga banyak teman-teman Zia yang menghindari Zia.
Zia tidak pernah menghiraukannya, hanya Elis lah yang mengetahui kebenarannya dan selalu mendukung Zia.
Fitnah itu membuat Zia terlihat buruk bahkan ada beberapa laki-laki yang berusaha mencelakainya mulai hanya mencoba mencium Zia dengan paksa bahkan ada yang mencoba memperkosa Zia dengan menggunakan senjata tajam.
Zia tidak pernah menceritakannya pada siapapun hingga Elis tanpa sadar melihat tanda kissmark di leher Zia dan mulai bertanya.
"lehermu kenapa?" penasaran Elis karena tau kalau Zia selama ini belum mempunyai pacar. "nggak papa, in... ini di gigit nyamuk !" mencoba menutupi.
"wah nyamuknya nakal ya... gigitnya dileher. Elis menghina Zia karena tau Zia sedang berbohong dan menambahi "pasti nyamuknya besar sekali soalnya gigitanya besar gitu".
dan sambil berbisik ke telinga Zia. "nyamuk berkepala hitam kan yang gigit leher kamu!!".
"ha..." Jawab Zia kaget.
"ayo lah cerita... Ayo lah... laki-laki mana yang beruntung pacaran sama kamu," harusnya kamu juga kenalin ke aku" rintih Elis memohon.
sambil tertunduk lesu dengan raut muka murung akhirnya Zia mulai bercerita pada Elis.
sore itu Zia pergi sendiri ke mini market dekat asrama, tanpa sengaja dia bertemu Zen teman sekelasnya, Zen menyapa Zia di jalan yang sepi itu, sekedar berbasa-basi Zen mulai mendekati Zia, memeluk, mencium dan akhirnya meninggalkan kissmark di leher Zia. peristiwa itu begitu cepat hingga Zia kebingungan.
Zia menampar Zen dengan sekuat tenaga dan berusaha lari tapi tangan Zia di pegang erat oleh Zen hingga ada seseorang yang lewat jalan itu, akhirnya Zia selamat dan mulai berlari ketakutan.
Elis yang merasa bersalah memeluk Zia dengan erat.
"maafin aku ya, aku gak bermaksud gitu" bisik Elis lirih merasakan kesedihan yang sama dengan yang Zia rasakan.
"nggak papa, bukan salahmu" sambil tersenyum terpaksa dan menepuk pundak Elis mengatakan aku tidak apa-apa dan menunjukan ketabahannya.
"bener - bener si Shasa itu penyebar masalah" awas aja kalau dia macem-macem lagi sama kamu, bakal aku bikin dia nyesel jadi cewek " merasa marah dan mencoba menghibur Zia.
"kamu nggak usah kenal dia lagi" nggak usah deket-deket dia lagi nanti kamu kena apesnya" lanjut Elis menasehati.
Zia mengganggap Elis seperti ibu nya kalau sedang marah pasti cerewet sekali dan itu cukup untuk menghibur Zia dan menghilangkan memori buruk itu.