Memandangi kissmark yang ada di lehernya, Zia merasa risih. Zia mulai searching di handphonenya mencari cara untuk menghilangkan kissmark itu tapi tidak berhasil dihilangkannya dengan mudah.
Zia merasa jijik dan mulai menyerah, Zia menutupi nya dengan memakai hem lengan panjang yang menyembunyikan kissmark itu dengan kerah hemnya.
"eh itu yang namanya Zia!
"ih, laku banget sih".
"ya iyalah murahan gitu"
"iya... nggak punya harga diri"
Di kelas ada sebagian anak yang mencemooh Zia dan ada sebagian yang cuek dengan urusannya masing-masing.
itu terlihat dari tatapan sinis mereka ketika Zia berjalan melewatinya. Zia duduk di bangku belakang karena tak ingin diperhatikan dengan hina oleh mereka.
Shasa tersenyum samar ketika melihatnya, Shasa hanya berusaha menutupi aibnya sendiri sehingga membuat sensasi semacam itu.
apa hak mereka merendahkan orang lain dengan hanya mendengar kabar angin saja. sesungguhnya mereka tidak lebih baik dari Zia. bahkan ada di fakultas lain yang membayar uang kuliyah dari hasil menjadi pemandu karaoke, dll. ada pula yang mengatakan ada siswi yang bermain hati dengan dosennya untuk mendapatkan nilai. yang lebih parah juga ada yang video hubungan intim mereka tersebar di dunia maya, tapi mereka semua masih hidup dengan damai untuk kuliyah.
maka Zia beranggapan dia jauh lebih baik dibandingkan mereka semua dan tak pernah menghiraukannya.
Zia tertunduk lesu sambil memandang keluar jendela.
"heh, ngapain kamu duduk di bangku belakang?" sini maju ke depan sapa Elis yang baru datang.
"ah... ogak ah dah nyaman disini" udah Pewe...". sambil melambaikan tangan memerintahkan Elis untuk meninggalkannya.
pergantian jam pelajaran Zia pergi ke toliet sendirian, di sana masih terdengar riuh para gadis sedang bergosip tapi Zia begitu acuh hingga merasa tak mendengar apapun.
selang beberapa lama Zia keluar dari toilet, Zia sudah di hadang oleh dada datar dari seseorang yang tidak ingin dia temui. itu Zen yang menekan Zia ke sudut tembok, entah apa lagi yang ingin dilakukannya, Zia gemetar ketakutan dan tubuhnya kaku, badannya menggigil hebat karena rasa takut itu, jantungnya berdegup kencang hingga membuatnya sesak nafas .
Zen menatapnya tanpa berkedip mencondongkan kepalanya menghadap Zia dengan posisi ingin mencium.
"HEH... ngapain kamu di sini" sentak Elis pada Zen. Zen menoleh kaget.
"Itzzz... shit" Zen mendesis dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"kamu nggak papa kan ?" tanya Elis.
"em" menganggukan kepala dan badanya melemas jatuh kepelukan Elis.
Elis membawa Zia kembali ke kelas dan memberikan tatapan mengintimidasi kepada Zen. Zen yang melihatnya merasa masa bodoh dan mengabaikannya.
Perlakuain ini lah yang membuat Zia nyaman dan aman bersama Elis karena merasa dilindungi. dia sudah menganggap Elis saudaranya sendiri sehingga Elis juga sudah mengenal keluarga Zia.
Akhir-akhir ini Zia malah sering menghabiskan waktu di asrama karena takut. Elis juga menasehati Zia untuk tidak pergi sendirian untuk sekarang ini. Zia menghabiskan waktunya di kamar untuk membaca dan bermain dengan Handphonenya.
Zia hanya bisa mendengar berita di luar sana melalui media sosialnya.
"hai, kamu lagi ngapain? notifikasi inbox sosialmedia masuk ke handphone Zia.
"lagi tiduran, kamu?" Zia membalas dengan bermalas-malasan.
"aku lagi nongkrong nih sama temenku". oh iya kamu kuliyah di kampus B ya ?"
"iya, kenapa?" aku punya teman yang kuliyah nya juga di kampus B. kamu kenal sama Awan?"
"siapa ?" aku nggak kenal. dia jurusan apa ?"
"em, sepertinya jurusan teknik".
"oh. aku nggak kenal."
Zia mulai penasaran pada akun yang bernama sang Malaikat Jahat ini dan dia mulai bertanya "kenapa kamu tidak memasang foto di akun mu?"
"nggak malas aja. "emang kenapa ?" balik bertanya.
"em penasaran aja sama wajah kamu"
"kalau kamu penasaran, kita ketemu aja" oh ya aku sering ke kampusmu."
"ngapain?"
"ya main ke tempat temenku, aku punya banyak temen di situ" kapan-kapan kita ketemu okey".
dengan ragu-ragu kata "iya" mengakhiri chatingan mereka.
tiba-tiba ada notifikasi pesan masuk berbunyi.
"Zia, bisa pinjamkan aku uang 1000 tidak ? aku sangat membutuhkannya.., ada keperluan darurat" tertera nama Shasa di atasnya. Zia mengerutkan dahi "untuk apa dia memerlukan uang sebanyak ini" dalam batin.
"untuk apa?" jawab Zia singkat.
"orangtuaku"
"maksudku Ibuku masuk rumah sakit sore ini, aku tidak punya uang untuk membayarnya. jawab Shasa panjang lebar.
"oh" jawab Zia acuh tapi tak bisa menutupi rasa simpati Zia.
orangtua Shasa begitu baik kepadanya selama ini karena Zia sering menginap di rumah Shasa dulu.
Zia membalas lagi.
"aku hanya punya 500 kalau mau nanti aku transfer. kirim nomer rekeningmu sekarang."
Uang 500 adalah jatah hidup Zia selama dua minggu di asrama jadi Zia beranggapan tidak masalah untuk mengirit selama dua minggu hanya untuk menolong ibunya Shasa yang sudah baik kepadanya selama menginap dirumah Shasa bila dibandingkan uang segitu tidak tidak akan sebanding.
"ini nomer rekeningku +6218.... " terima kasih banyak. setalah itu Zia mentranfer uangnya.
beberapa hari kedepan Shasa diketahui tidak masuk kuliyah. Zia beranggapan mungkin tante Feni ibu Shasa belum sembuh sehingga Shasa harus membolos kuliyah untuk menjaganya.
Tapi apa yang di lihat Zia di sosial media adalah Shasa sedang memamerkan kemesraannya bersama kekasihnya di pantai.
dan lagi Zia kemarin berpapasan dengan Ibu Shasa yang terlihat sehat bugar di sebelah SMA untuk menjemput adik Shasa.
tak tahu malu nya Shasa yang mengatas namakan ibunya untuk meminjam uang hanya untuk bersenang-senang dengan kekasihnya.