Chereads / Sekenario Cinta / Chapter 13 - Pasti ada maunya

Chapter 13 - Pasti ada maunya

Malam itu Zia makan malam di luar karena orangtuanya belum pulang.

Di restoran yang biasa dia kunjungi bersama keluarganya. Zia menikmati makan malamnya dengan malas, sambil meneguk minumannya dan bersiap untuk pulang.

menyedihkan harus makan malam sendirian diluar, "seperti orang hilang". gumamnya.

sambil masih menunduk untuk memungut dompet dan Handphonenya Zia berbalik dan menabrak seseorang.

Pria itu berumur 30 tahuan lebih bahkan lebih tua dari kakaknya tapi wajahnya masih terlihat tampan dengan kulit putih dan tubuh yang gagah serta tingginya hampir 180cm.

"maaf, aku tidak sengaja" sambil tertunduk.

Dengan senyum samar pria itu berkata "tak apa", dan berlalu pergi.

Zia bergegas pulang dan berlalu menghilang di keramaian itu.

"ma, mama baru pulang? tanya Zia yang melihat mamanya di rumah.

"iya, kamu sudah makam malam? kalau belum nanti mama masakin?" tanyanya.

"sudah ma, baru saja" aku mau ke kamar dulu" mau kemas-kemas karena besok aku harus kembali ke asrama." jelas Zia masuk kamar dan menutup pintu.

"Zia sayang," mama menjerit.

"besok minta lah kakakmu untuk mengantarmu ke asrama". kamu tau kan ayahmu pasti tidak bisa."

Zia membuka pintu dan mendongak kan kepalanya sambil menjawab. "ma, kakak pasti capek, "besok biar Zia pergi sendiri saja" sesekali Zia pengen naik bus ke Asrama"

"Zia sayang, bus hanya berhenti di halte atau terminal bagaimana kamu pergi ke asrama". tanya mama kawatir.

"tenang ma, kan Zia bisa nelpon Elis atau kalau nggak Zia bisa naik Ojek". meyakinkan mamanya.

Lalu lintas jalan raya begitu padat merayap, banyak orang berlalu lalang melintasi jalan yang panas itu, Zia masih menunggu bus di halte bersama kakaknya.

sekitar 10 menit Bus yang ditunggu sudah masuk kedalam halte dan Zia bersiap untuk masuk.

"kalau perlu apa-apa jangan lupa telpon kakak ya dan jangan lupa makan"...

"apa nggak perlu kakak antar?" jawab kakak Zia kawatir.

"tenang kak, Zia kan sudah dewasa jadi bisa jaga diri", sambil tersenyum lebar.

"hati-hati dijalan". jawab Zeno kakak Zia.

Di dalam bis Zia memasang earphone dan memutar lagu kesukaannya. perjalanan dari rumah sampai asrama sekitar 2 jam lebih.

Zia jarang pulang dengan mengendarai sepeda motor sendiri karena orangtuanya melarangnya dan pasti akan menguras tenaga. Zia biasanya di antar jemput oleh kakaknya.

"permisi" dan seseorang mulai duduk dibangku sebelah Zia.

Zia masih tertidur dan tiba-tiba bangun melihat ada seseorang di sebelahnya.

"mau kemana dek?" tanya laki-laki itu.

"ke kampus" jawab Zia singkat.

"oh kuliyah dimana?" tanyanya lagi mencoba untuk mulai mengenal.

"di kampus B kak,"

"oh aku juga sering ke sana, temanku juga banyak dari sana."

"oh" jawab Zia menghargai tapi bingung harus berkata apa.

ketika petugas pengecek karcis tiba. Zia masih meraba-raba sakunya, membuka tasnya dan tidak menemukan apa-apa.

"maaf pak, karcis saya ketinggalan". jawab Zia lesu.

"ndak apa-apa pak" biar saya yang ganti." jawab pria itu.

Zia mulai memandangi pria itu dengan tatapan terima kasih.

Pria itu berbaju rapi wajahnyapun tidak terlalu buruk standar pria tampan dengan baju kantoran tapi entah mengapa Zia tidak merasa tertarik dan mengabaikannya.

"tidak usah berterima kasih."

"kalau boleh tau siapa nama mu?

"apa boleh aku memiliki nomer telponmu!" pria itu meminta dengan sopan.

Zia mengerutkan keningnya, bukankah aneh baru ketemu sekali sudah minta nomer telpon. kalau dia orang jahat bagaimana. Fikiran Zia kemana-mana, Zia merasa takut dan dengan spontan Zia menjawab.

"aku akan memberikan nomer telpon ku dan memberitahu mu namaku bila kita bertemu lagi". Zia bingung dengan jawabannya sendiri.

"kok bisa aku ngomong kayak gitu" gumamnya sambil memalingkan wajah.

"oke" jawab pria itu dan mulai berdiri dan pergi.

"semua pria baik pasti ada maunya" gumam Zia dan mulai menggerutu.

Halte itu sepi mungkin karena sudah terlalu sore tapi masih banyak orang yang berlalu lalang dengan kesibukannya sendiri.

"Halo Elis "... kamu bisa jemput aku nggak di Halte dekat asrama. Pinta Zia kepada sahabatnya melalui panggilan telepon.

"Zia, aku minta maaf aku masih setegah jalan ke asrama sekitar setegah jam an aku baru sampai. apakah kamu mau nunggu aku" jawab Elis di sebrang sana.

"kalau begitu biar aku naik ojek saja" kamu hati-hati di jalan ya." jawab Zia karena tak ingin merepotkan temannya.

"wah aku minta maaf banget ya Zia," kalau begitu kamu juga hati-hati, kunci kamar kita ada di penjaga'". mengakhiri panggilan.

Disana begitu sepi hanya ada seseorang laki-laki yang mengenakan jaket sedang menanti seseorang, pria itu terlihat masih muda mungkin berusia dua atau tiga tahun diatas Zia.

"mas tukang ojek ya? tanya Zia sopan.

pria itu seperti sedang memikirkan sesuatu ketika Zia bertanya dan dia mengangguk setelah melihat Zia. dan bertanya "mau kemana?"

"ke asrama wanita kampus B" jawab Zia.

"baiklah akan saya antar" jawab pria itu.

Sambil berbincang-bincang Zia tidak merasakan keanehan sama sekali. sampai ketika Zia di turunkan di tempat sepi tak jauh dari asramanya.