Chereads / Sekenario Cinta / Chapter 18 - apa yang kamu lakukan

Chapter 18 - apa yang kamu lakukan

dengan berlari kecil Veris menyusul Zia dan menggandeng tangannya untuk pulang, sambil tersenyum manis di bibir tipisnya.

malam itu baru pukul 6 sore langit masih terlihat terang dan udara baru mulai menjadi lembab.

tak tega melihat Zia yang lemas karena kelelahan Veris meminta Zia untuk mampir ke rumah temannya yang tak jauh dari kampus untuk beristirahat.

Zia yang sedari tadi sudah merasa lelah dan mengantuk, sangat-sangat mengantuk hingga matanya sulit untuk di buka dan tanpa sadar sudah tertidur lelap di kursi sofa di rumah itu. dengan mata terpejam Zia meminum air mineral yang diberikan oleh Veris kepadanya dan kembali tertidur.

Veris berusaha membangunkan Zia untuk tidur di kamar tamu tapi tidak ada respon sama sekali. Akhirnya Veris memutuskan untuk memindahkan tubuh gadis yang ramping itu dengan cara di gendong ala bridal style.

Pria itu memandangi gadis yang tertidur lelap di tempat tidur ini tanpa berkedip, seperti putri tidur sangat manis gumamnya sambil merapikan rambut yang menutupi wajah cantik itu helai demi helai sambil membelai pipi yang halus itu dan mengecup keningnya.

ada rasa kenikmatan ketika melakukan kecupan itu dan dia mulai mencium pipi yang empuk dan lembut itu, tanpa sadar aroma tubuh gadis itu tercium dihidungnya menimbulkan perasaan yang lebih egois.

aroma yang sangat menggoda yang mendorongnya untuk mencium bibir imut itu dengan lembut, sangat lembut menikmati sentuhan demi sentuhan yang terasa sangat nikmat yang akhirnya memompa jantungnya lebih kencang dan menderukan nafas yang memburu.

Ada aliran listrik yang aneh yang menjalar ke sekujur tubuhnya membangunkan sesuatu yang masih tersimpan rapat disana.

aroma tubuh gadis itu membuatnya kehilangan akal sehatnya hingga membuatnya menginginkan sesuatu yang lebih, keegoisan yang ingin di lampiaskan, serta pemberontakan dari sesesuatu yang ingin dibebaskan itu mulai mendorong tindakanya.

Aliran listrik dan perasan yang bergejolak di sekujur tubuhnya kini mengambil kendali atas tubuhnya.

pria itu mulai membuka kancing baju dari putri tidur dan melepaskannya. mencium bibir mungil itu dengan perlahan dan lembut, sambil meremas bakpau yang empuk nan putih itu dari tempatnya. sang putri tidur tidak merespon sama sekali, dia masih terlelap dalam tidurnya yang dalam tanpa tau apa yang telah terjadi.

Zia tidak dapat membuka matanya, rasa ngantuk yang berlebihan itu mengalahkannya. dan hanya dapat melihat nya samar-samar. tanpa sadar putri tidur itupun sudah terlihat tanpa benang sedikitpun. tubuhnya yang putih bagaikan porselin lembut nan indah itu terlihat menggoda di bawah kegelapan dan sinar rembulan yang masuk ke sela-sela jendela.

pria itu memburu bagaikan seekor harimau yang kelaparan, menjilati mangsanya dengan buas dan dengan leluasa meluapkan segala hasratnya yang telah lama dipendam serta mengambil sesuatu yang bukan haknya.

sesaat kemudian Zia yang masih mengantuk dan tidak tau apa yang telah terjadi dengan tergopo-gopo merayap mencari toilet yang ada di kamar itu, ketika Veris tergulai lemas.

Zia masih memejamkan matanya entah kenapa rasanya seperti mabuk tapi bukan mabuk, rasa ngantuk itu menguasai tubuhnya.

seperti Zombi Zia kembali ke tempat tidur dan tertidur dengan lelap lagi.

dan lagi Veris meluapkan hasratnya kepada putri tidur itu lagi.

hingga beberapa saat kemudian putri tidur itu mulai terbangun dan tersadar dengan seorang pria yang masih berada di atas tubuh ramping nan mulus itu.

Zia marasakan keanehan dan kebingungan yang teramat "apa yang sedang aku lakukan" batin Zia bingung dan memandang ke arah Veris, fikiranya masih kosong.

hingga kesadarannya mulai kembali sesaat setelahnya.

"APA YANG KAMU LAKUKAN?" berteriaknya.

pria itu masih melanjutkan aktifitasnya dan menekannya sekuat tenaga dan menutup mulut yang mengangga itu.

beberapa menit kemudian dia mulai merebahkan tubuhnya yang penuh keringat di samping putri tidur yang telah terbangun itu

badan Zia masih lemas dan fikiran kosongnya mulai tak karuan bahkan otaknya mulai tak bisa diajak untuk berfikir dan air mata mulai mengalir dengan derasnya. Zia mulai menangis sejadi-jadinya.

"aku ingin pulang" rengeknya sambil memungut pakaiannya.

"sebentar ya" jawab Veris kebingungan ketika tersadar dengan keadaannya.

"AKU INGIN PULANG" rintihnya, air mata menetes itu keluar tanpa henti dan gadis itu mulai menangis menjadi-jadi.

"baiklah akan ku antar kau pulang" jawab Veris sambil meminta maaf.

mereka meninggalkan kamar dan meninggalkan bercak darah segar diatasnya.

Awan masih sibuk berbincang-bincang dengan temannya di depan rumah tanpa tau apa yang terjadi.

sepanjang perjalanan Veris meminta maaf kepada Zia. tapi Zia hanya menangis sepanjang waktu, hingga sampailah di asrama wanita, Zia mulai turun dan meninggalkan Veris sendiri.

Elis dan teman-teman yang lain masih asik dengan kesibukannya masing-masing sehingga tidak ada yang tau kalau Zia sudah kembali ke kamarnya dan mulai tertidur pulas diatas tangisannya padahal waktu baru menunjukan pukul 8 malam.

_______-_____-______

ke esokkan harinya Zia bangun dengan mata lebam dan dia mulai berlari ke kamar mandi. Zia memperhatikan tubuhnya dan masih tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. dia memperhatikan bagian bawah pusarnya "benar-benar sobek" Zia menangis di kamar mandi tanpa ada yang mengetahuinya. Hatinya hancur berkeping-keping menerima kenyataan itu dan fikiranya kacau, "aku kotor... aku sangat kotor..." tangisnya menderu sambil menggosok-gosok tubuhnya yang sudah tertunduk di kamar mandi. entah berapa kali pun Zia menggosok tubuhnya menggunakan sabun pikiranya tidak akan membersihkan dirinya yang kotor itu. menyesali semua yang telah terjadi fikiran Zia masih kosong dan kacau, kecewa atas dirinya sendiri, kecewa atas kebodohannya sendiri.

di hari liburnya Zia memutuskan untuk mengurung diri di kamar asrama tanpa sepengetahuan orang lain karena semua teman-temannya sedang pulang kerumah masing-masih.

selama dua hari ini dihabiskannya hanya untuk melamun dan menghakimi dirinya sendiri. bahkan tak jarang sebuah tamparan iya berikan kepada dirinya sendiri karena tak tahan dengan apa yang telah terjadi. sebuah kebodohan dan rasa malu yang teramat menyakitkan membuatnya kecewa dengan dirinya sendiri.

Zia tidak makan sama sekali hanya sesekali ketika kesadarannya mulai pulih dia akan meminum air dan makan sebatang coklat untuk menenangkan fikirannya selama dua hari ini.