Chereads / Sekenario Cinta / Chapter 6 - Berpacaran dengan

Chapter 6 - Berpacaran dengan

Fandi masih berusaha menenangkan Zia.

"kamu percaya nggak kalau aku bisa bikin kamu ketawa saat ini juga"

Zia berfikir dan menatap temannya itu. tanpa aba-aba Fandi mengelitiki Zia dan menimbulkan rasa geli dan seketika Zia tertawa kecil sambil menahan geli nya.

tangisan itu hilang dengan seketika.

Zia dan Fandi berada di kampus yang sama tapi berbeda fakultas mereka menghabiskan waktu bersama karena bergabung dalam organisasi penyiar radio di kampus mereka.

tapi rasanya masih sama sesibuk apapun dan sekuat apapun Zia berusaha menghapus rasa sakit itu tapi tanpa hasil, dalam fikirannya dia akan berfikir tidak ada yang menginginkannya, ketika memikirkan itu dia merasa terhina, rasa sakit hati yang terpendam mulai menjalar hingga menusuk matanya hingga berair... di saat terburuknya itu selalu terjadi di depan Fandi.

hingga Fandi mulai bersimpati dan jatuh hati pada Zia. awalnya Zia menganggap Fandi sebagai teman saja tapi Fandi menyatakan cintanya, Zia masih belum bisa membuka hatinya rasa sakit itu tidak ingin ia rasakan lagi.

Fandi berusaha keras membuat Zia agar mau menjadi pacarnya. tapi Zia tidak mau menyakiti Fandi dan kebersamaan mereka hanya Zia anggap sebatas pertemanan. tapi karena Zia merasa simpati pada usaha Fandi, Zia akhirnya menerima Fandi mengabaikan perasaannya.

Zia pun jujur pada Fandi bahwa dia tidak punya perasaan padanya. Fandi menerima semua itu walaupun dalam anggapan Zia Fandi hanya akan jadi pelampiasan dari rasa sakit hatinya itu.

sore itu Zia dan Fandi pergi bersama, Fandi ternyata mengajak Zia pulang ke rumahnya. Rumah itu sepi walaupun ada ibu Fandi didalamnya. Ibu Fandi tidak mau ikut campur dalam urusan anaknya itu dan juga Fandi tidak mau memperkenalkan perempuan yang dia ajak kerumahnya kepada ibunya sebelum mereka memutuskan untuk kejenjang pernikahan.

Fandi mengambilkan beberapa cemilan dan minuman kepada Zia. Sesekali dapat Zia lihat ibu Fandi berlalu lalang tanpa menghiraukan apapun melewati lorong rumahnya.

Fandi menceritakan keluarganya mulai dari ayahnya yang sudah wafat sampai dengan kakaknya.

"kamu masih merasa sedih kalau lihat dia". Zia kaget dan dia mulai merenung rasa sakit hati itu tidak bisa dengan mudah di hilangkan. tanpa sadar Zia menangis lagi.

"dasar cengeng" memeluk Zia dan menenangkannya.

entah suasana apa yang terjadi di sana, Zia dapat menghirup aroma tubuh Fandi, tubuh Fandi bisa dibilang berisi atau gempal tapi bukan gendut wajahnya tidak rupawan dan tidak jelek. Zia memandang Fandi dan mengucapkan terimakasih, dalam posisi yang sedekat ini dan posisi yang seperti ini bisa di tebak apa yang akan terjadi selanjutnya, Fandi mulai mendekatkan wajahnya, Zia sontak bergerak menghindar dia berfikir Fandi akan menciumnya dan tertunduk malu sambil berfikir.

"apa yang kamu fikirkan?" kamu pasti berfikir aku akan menciummu kan". kata Fandi sambil mengambil minumannya dan meminumnya.

Zia yang berfikir sama dengan apa yang Fandi katakan menjadi malu. "Kenapa dia bisa tau..." batin Zia.

"aku bisa saja menciummu tadi tapi..." tanpa melanjutkannya.

pertemuan berikutnya Fandi tanpa segan-segan mencium bibir Zia ketika dia menginginkannya. bibirnya yang tebal melumat habis bibir yang mungil itu dan lidahnya menari-nari dengan nikmatnya. awalnya Zia merasa jijik tapi sudah terbiasa, Zia tidak pernah merespon karena Zia tidak merasakan apapun dan Zia mengangap itu wajar sebagai pasangan. dan sering kali Fandi mulai nakal dengan dada Zia yang dibilang tidak terlalu besar itu, tapi Fandi masih tau batasnya.

teman Zia dan Fandi semua tau tentang hubungan mereka dan sering kali Zia yang kekanak-kanakan itu ngambek kepada sikap Fandi yang egois. dan ketika Zia sudah merasa tidak nyaman Zia akan mengatakan putus kepada Fandi tapi dengan memohon-mohon Fandi tidak mau putus dengan Zia. begitu terus terulang terus.

Shasha dan Zia mulai akrab dan sering kali Zia menginap di rumah Shasha yang rumahnya tak jauh dari kampus. mereka biasa berbagi cerita dan berbagi segala hal. hingga suatu ketika Shasha tertimpa musibah sehingga Zia harus menemaninya dan bolak-balik kampus dan rumah Shasha, dan tentu saja Zia akan sangat merepotkan Fandi sebagai pacarnya. dan ketika kesabaran Fandi sudah habis.

"kamu pikir aku tukang ojek, nganterin kamu wira-wiri terus" Fandi mulai kesal. Zia meminta maaf dan tak mau menyusahkan Fandi lagi, dari waktu ke waktu hubungan diantara mereka pun semakin renggang karena Fandi terlalu over protektif, Fandi selalu memantau Zia dalam sosial media, setiap waktu harus mengirim pesan dan pesan dari Fandi wajib dijawab dengan segera tanpa ada alasan, ketika Zia melakukan kesalahan sepele Fandi akan menceramahinya. bahkan ketika Fandi marah tak segan-segan Fandi berkata kasar dan menghina Zia.

"ngapain kamu boncengan sama cowok lain? "apa kamu ayam kampus". sentak Fandi.

ketika itu ada kegiatan diluar kampus yang memaksa Zia pergi bersama semua teman sekelasnya dan karena Zia agak telat akhirnya dia berboncengan dengan teman laki-lakinya dan itu sebatas berboncengan saja.

tak habis pikir dengan kata-kata Fandi, Zia memantapkan niatnya... "KITA PUTUS"

di cuaca yang mendung itu. rintik hujan mulai turun Fandi yang tersadar dari fikirannya akhirnya meminta maaf dan memohon untuk tidak putus dengan Zia. Di tengah hujan itu Fandi masih memohon untuk tidak putus dengan Zia. Zia hanya menangis tanpa berkata apa-apa. dan akhirnya Zia pergi dan Fandi pun pulang.

keesokan harinya Fandi memberi kabar kalau dia sedang sakit karena kehujanan kemarin dan memohon Zia untuk mengunjunginya dan menganggap mereka tidak pernah putus.

Zia cuek sepeti biasa hatinya sudah membeku menjadi batu es karena terlalu banyak terluka.

beberapa waktu berlalu Fandi masih menghubungi Zia dan selalu memantau Zia di media sosial hingga hampir semua updatean Zia dia komentari.

hingga Zia memposting updatan terbarunya ~berpacaran dengan Sang Malaikat Jahat~