Seandainya q dapat memutar ulang ingatan-ingatan q bersama mu
Seandainya hati ini merendah saat Kau selipkan petunjuk demi petunjuk Mu
Seandainya dapat q baca rangkaian cerita yang dia rajut indah untuk menutupi esensi tujuan hati
Ah..seandainya aq tidak terlalu naif
Baiklah..aq memang sempat mencintainya..sampai di saat semua ini terjadi..Aq merasa hati q datar. Kebas. Mati rasa untuk hal-hal yang berkerabat dengan cinta. Untuk sementara ini aq harus merelakan binar mata q yang meredup. Senyum q yang tak ekspresif. Aq akan memberi diri q sendiri waktu pemulihan. Dan aq tidak terburu-buru. Hati tidak bisa dipaksakan. Akan q jalani apa yang ada dihadapan q. Dan akan q siapkan pena terbaik untuk menuliskan kisah indah q nanti. Aq yakin lembaran kali ini akan lebih indah dan berwarna. Tinggal menunggu waktu q.
Bulan termenung di dalam kamar. Merapikan rambut dan mengusap nya. Wangi parfum Burberry memenuhi ruang udara di sekitarnya. Dia bersiap untuk ke kampus. Ada jadwal interview dengan dosen pengajar untuk memenuhi target artikel program kurikulum terbaru kampus. Jam masih bergayut di angka 8, masih ada 2 jam lagi sebelum schedule. Ok, aq tidak terburu-buru.
Hari ini Bulan menggunakan celana jeans biru gelap dan blouse cream dengan aksen kerah lipit dan dasi pita . Kali ini dia memilih high heels cream, senada dengan kemeja nya. "ok, cukup untuk tampilan kali ini. Semoga lancar dan cepat selesai."
Melangkah menuruni tangga, Bulan merasa kepalanya agak pening. Mengambil nafas panjang beberapa kali, kemudian kembali melangkah dengan lebih pelan dan hati-hati.
Mungkin sebaiknya dia sarapan dulu, walau sedikit. Bulan menyimpulkan. Namun, baru 3 langkah keluar dari pagar, dia melihat Malven. Bersandar pada dinding pagar kost Bulan. Sambil memandangi handphone nya, tidak menyadari kehadiran Bulan.
"Hey..nungguin siapa? kita interview jam 10 kan?" Bulan sengaja mengagetkan Malven. Tersentak dan hampir menjatuhkan handphone nya, Malven segera menutup aplikasi chat ke nomor Bulan yang masih kosong,"Eh..Cantik banget,non..... Enggak, tadi kebetulan ada janji sama Yuda, kepagian, dia nya masih ada urusan." Malven kelepasan memuji Bulan. "Waah..makasiy..pagi-pagi dibilang cantik." Bulan tersenyum. " Belum sarapan,non? aq bawakan sandwich tuna. Dan coklat hangat buat kmu." Malven menyodorkan paperbag meal untuk Bulan. Bulan merasa terkejut, karena baru kali ini Malven membawakannya makanan pagi-pagi begini. "Aq beli 2. Ayolah, wajahmu pucat. Kamu butuh energi untuk melakukan interview nanti." Bulan terdiam sejenak.."Malv..terimakasih..tapi sungguh..aq gk papa. Aq bisa menjaga diri q dengan baik." Malven meraih tangan Bulan," Non, kasi aq kesempatan untuk memperhatikan mu. Mungkin selama ini kamu bertahan dengannya karena kamu gak tau pilihan yang ada di depan mu. Mulai saat ini, aq gak akan diam saja. Kamu harus tau bahwa aq ada. Aq akan berusaha sekuat tenaga q untuk mendapatkan hati mu. Non, izinkan aq masuk."
Bulan terdiam kaku dihadapan Malven. Tidak siap akan serangannya pagi-pagi begini. Dia menatap mata Malven dengan gelisah..,"Malv..jangan sekarang..saat ini aq bahkan tidak mampu merasakan geliat hati q. Saat mengingatnya, aq bahkan sudah tidak menangis lagi. Bukan karena aq sudah melangkah pergi. Tapi karena aq gak tau lagi harus bagaimana. Jangan paksa aq untuk kembali menghidupkan rasa itu. Hati q belum pulih."
"Non..tenanglah..aq akan menunggumu lagi." Malven mengusap lembut rambut Bulan. "Sampai saat itu tiba, izin kan aq menemanimu."