Chereads / Hirarki abu-abu / Chapter 8 - Bermain-main

Chapter 8 - Bermain-main

Apa kau tau? Saat kau putus cinta, maka secara tak sengaja pandangan mu meluas. Maka saat itu terjadi, jangan lah menunduk. Bersedihlah secukupnya. Menangislah seperlunya. Remaslah hatimu jika itu bisa mengurangi sakit. Tetapi sekali lagi, jangan berlebihan. Pujaanmu itu hanya sempurna dimimpi mu. Karena pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. Bangunlah. Mimpi indah mu yang berikutnya akan segera dimulai jika kau mau meninggalkan mimpi lama mu itu. Bersiaplah, sayang.. pakai lah pakain mu yang paling manis. melangkahlah dengan sepatu andalan mu. Dan tersenyumlah di cermin. Pastikan senyummu tidak aneh dikarenakan tangisan mu selama beberapa malam terakhir. Hiburlah dirimu dengan energi baru mu. Yakinlah, semua akan baik-baik saja.

Saat ini Bulan tengah mempersiapkan gaun wisudanya. Dia dan teman-temannya berdiskusi model gaun terbaru warna biru laut yang kemarin mereka lihat di boutique tengah kota. Walau harga nya agak kemahalan, tapi Yuanita sepertinya akan membelinya besok. Dia selalu berusaha tampil dengan item fashion termutakhir di kota itu. Dia teman satu angkatan Bulan, dekat karena sering satu kelas dengannya. Dia juga partner tugas kelompok yang paling bisa diandalkan dalam urusan melobi. " Lan, kau pilih gaun yang mana? Aq mendapatkan beberapa voucher dari pemilik boutique tadi." Yuanita memamerkan voucher potongan 10% untuk tiap item. "Yaaa...Yuanita, sungguh beruntung kami berteman dengan mu." Dina memeluk Yuanita.."Kapan kita berburu?" " Kapan pun aq siap." " Bulan, kau ikut tidak?" Sonia menyikut Bulan yang sedari tadi hanya melamun. "Ouch, hmm..aq mager niy. Mau tidur aja. Aq titip milkshake aja." Bulan beranjak dari tempat duduknya. Entahlah, biasanya Bulan paling bersemangat untuk shopping. Apalagi saat bersama teman-temannya. Urusan gaun, biarlah nanti q pikirkan. Sekarang yang dia butuhkan adalah bantal dan selimutnya.

Di dalam kamar, Bulan ternyata tidak benar-benar tidur. Dia memandangi langit-langi kamarnya dan kemudian mulai memeriksa handphone.

Saat di kampus tadi dia berpapasan dengan beberapa temannya dari kelas sebelah. Salah satunya adalah Darius, ketua klub fotografi kampus. Sebenarnya Bulan tidak pernah memperhatikannya. Tetapi salah satu temannya sering sekali mengagung-agungkan Darius di depannya. "Oh,lihatlah Darius. Selain fisiknya yang mampu membuat wanita enggan mengalihkan pandangan dari nya, lihatlah mata biru nya..aq meleleh..apa lagi saat dia mulai fokus dengan kamera nya..seandainya aq bisa menjadi modelnya..bahkan dirinya sendiri layak menjadi seorang model." Aleeya berkomentar penuh kekaguman.

Dan saat ini Bulan tengah memandangi foto profile Darius. Mereka bertukar kontak saat kampus mengadakan acara inagurasi. Bulan bertugas meliput acara itu dan Darius sebagai presidium.

Ditengah lamunannya, Bulan makin mengantuk, secara tidak sengaja menyentuh tombol calling..setelah beberapa saat.. Dia baru sadar saat mendengar ada suara yang berasal dari handphone nya. Panik saat melihat bahwa dia baru saja menghubungi Darius. Secepatnya dia matikan sambungan telponnya. Dengan gugup,Bulan mencoba menenangkan diri..semoga tadi belum terhubung. Atau semoga dia hanya menganggapnya nya sedang eror. Selama ini Bulan tidak pernah menghubunginya lagi. Dan setelah beberapa lama, semoga Darius tidak menyimpan nomornya.

Handphone Bulan berdering. Menandakan ada telepon masuk. Segera dia lihat, dan tepat sekali, wajah Darius yang tampil di monitor hp nya. "Aduuh..aq harus jawab apa iniiiii?" Bulan kelabakan. Namun sejurus kemudian setelah menarik nafas dalam..dia menjawab panggilan itu..