Chereads / Hirarki abu-abu / Chapter 10 - Gaun Sampagne

Chapter 10 - Gaun Sampagne

Mr.Tony..tidak terlalu tinggi hanya sekitar 165cm. Usia masih awal 30 tahunan. Sepertinya berdarah campuran Asia dan Eropa..rambutnya pirang, dan tampilannya agak eksentrik.

Darius memperkenalkan mereka. " Bulan, ini Mr.Tony..designer muda yang sangat amat bisa diandalkan. Hasil karyanya pernah dipakai oleh beberapa selebriti papan atas. Dia di sini sengaja menyendiri karena tengah mencari ide pagelaran berikutnya. Galeri pusatnya di ibu kota."

"Mr.Tony, ini Bulan, gadis yang .." tiba-tiba Darius tidak meneruskan kalimatnya. Mr.Tony terbatuk-batuk sambil menahan senyum. Mereka berjabat tangan. Bulan menjabat tangan Mr. Tony dengan canggung.

" Hmm..kemarilah,sayang..kita ke ruang kerja q. Kita lihat apa yang bisa kita dapatkan dari karakter mu."

Saat Mr. Tony berjalan di depan mereka ke arah ruang kerja, Bulan menahan Darius. "Aq gak yakin dengan ini. Aq gak mungkin sanggup membelinya. Harganya pasti jutaan,Darius. Kalaupun ada tabungan q, aq gak rela menggunakannya hanya untuk sebuah gaun wisuda." Bulan menatap Darius dengan gelisah. "Tenang, kamu tidak diminta untuk membelinya. Kita hanya meminjamnya."

"What? Meminjamnya? Apa itu boleh?".. Bulan menatap Darius dengan tidak percaya. Tetapi tetap mengikutinya. "Darius, aq tidak percaya. Mana ada yang gratis?" Darius hanya menjawab dengan senyuman.

Ruang kerja Mr.Tony bergaya eropa, namun agak eksentrik. Beberapa lukisan besar di pasang di salah satu sisi dinding terluasnya. Saat kau pertama kali masuk, kau tidak akan menyangka bahwa ruangan di hadapanmu akan membuatmu merasa memasuki dimensi waktu era Victoria. Dengan dinding bermotif keemasan, seperti lambang kerajaan. Lemari-lemari besar berukir berat. Dan patung ksatria besi dengan bulu unggas panjang di hiasan kepalanya. Cermin besar berukir berbentuk oval, dihiasi ornamen pedang dan perisai di bagian atas nya. Tepat dihadapan pintu, lemari besar berisikan ornamen-ornamen kecil dan foto-foto Mr.Tony bersama beberapa tokoh negarawan dan industri hiburan. Sebuah chandelier ke emasan yang sepertinya menjadi primadona dalam setiap benda di ruangan itu menggantung di tengah ruangan, memancarkan sinarnya yang keemasan dan sejuk. Ada kristal-kristal indah yang menjuntai di setiap lampu nya. Dan lengkungan-lengkungan yang sangat luwes membentuk bunga teratai mungil di setiap selongsong lampu nya. Bunga terdiam sesaat mengagumi pesona nya.. Sungguh, merasa beruntung sekali diundang masuk ke ruang kerja Mr.Tony.

Mereka berdua dipersilahkan duduk di sofa depan cermin oval. Sofa berwarna marun dengan bantalan berwarna emas.

Mr.Tony segera mengambil sebuah catatan di laci meja kerjanya..hasil dari diskusi sebelumnya dengan Darius.

"Ok, Bulan..bisa kah kau berdiri sebentar, di depan cermin itu?" Mr. Tony meminta Bulan sembari memeriksa catatannya.

"Baik.." Bulan segera berdiri di depan cermin oval. "Berputarlah." Mr. Tony melanjutkan Bulan pun berputar perlahan.

"Ok, baiklah..kau cukup tinggi. kulitmu putih dan bersih, rambutmu panjang, lemas, kecoklatan. Lehermu jenjang..kau memiliki sepasang kaki yang bagus. Dan wajahmu, karakter mu sangat lembut. Menenangkan. Pantas saja jika banyak pria rela menunggumu ." Mr. Tony melirik Darius. Darius tersedak, dan memalingkan wajah dari Bulan. Sejak tadi matanya tidak lepas dari Bulan. Bulan yang menyadari hal itu langsung merasakan wajahnya mulai panas. Dan kini mereka terdiam salah tingkah.

"Oh Tuhan..anak muda zaman sekarang. Mereka sungguh imut sekali." Mr. Tony memandang mereka berdua sambil tersenyum.

"Ayolah Mr.Tony..bercanda nya jangan sekarang." Darius memohon dengan canggung. Diam-diam dia menyesal, mengapa dia menceritakan detail perasaannya selama ini terhadap Bulan pada Mr.Tony. Awalnya Mr. Tony hanya tengah kesulitan mendapatkan passion untuk sebuah ide pagelaran berikutnya. Dan dia meminta Darius untuk membantunya. Dia tidak punya ide bagus sama sekali, malahan menceritakan isi hatinya yang tertahan beberapa lama pada seorang gadis di kampus. Betapa indahnya sosok itu dan dia seringkali mengintipnya melalui lensa kamera. Bahkan di saat gadis itu berulangtahun, dia menyiapkan sebuah hadiah kalung dengan liontin berbentuk bulan sabit dengan kristal biru di tengahnya. Tetapi hadiah itu tidak pernah ia serahkan. Karena dia tau, gadis itu ada yang punya. Dan dia tidak mau mencoba memasuki wilayah hubungan seseorang, walaupun hanya untuk memberi hadiah. Dia tau, hatinya tidak akan rela berhenti saat dia mencoba selangkah lebih dekat pada gadis pujaannya. Dan sekarang inilah dia..takdir menjawab segala keluhan batinnya selama ini. Akhirnya dia diberi kesempatan untuk mendekati gadis pujaannya. Walau tau bahwa dia tidak sendirian. Tapi tekatnya adalah untuk berlari mengejarnya, dan meninggalkan para pesaing di belakang. Darius tidak mau meninggalkan setiap kesempatan yang ada. Dan di setiap kesempatan itu, akan dia buat berkali-lipat mendekat pada gadis pujaannya. Bulan.

" Bulan..aq rasa kamu akan sangat cocok menggunakan gaun ini. Salah satu karya terbaruku. Aq rasa warnanya akan sangat elegan saat kau kenakan." Mr .Tony membuka sebuah pintu kaca akrilik, dan mengajak Bulan untuk masuk.

Bulan melangkah masuk dan seketika mematung, terbius dengan keindahan gaun di hadapannya. Berwarna sampagne, gaun dengan bahu transparant, dihiasi beberapa kristal indah dan orname bunga mawar merah di bagian pinggulnya. Bagian bawahnya dijahitkan fur tipis warna coklat tua dan dihiasi kristal bening..Tidak terlalu banyak hiasan, jadi ringan. Tetapi sangat mengikuti lekuk tubuh Bulan.

"Cobalah,aq akan meninggalkanmu di sini." Mr.Tony menutup pintu kaca akriliknya.

Bulan menyentuh gaun sampagne itu..lembut sekali. Apa ini sutra?

Pelan-palan dia mengenakan gaun itu. Jangan sampai rusak,bisa bangkrut aq kalau diminta ganti rugi. Bulan berkata dalam hati.

Pintu akrilik terbuka perlahan. Bulan keluar dan berjalan ke arah Mr. Tony& Darius.

"Flawles..charming.. beautiful.." Mr.Tony berbinar..

Darius terdiam. Bola matanya menelusuri Bulan dari ujung rambut hingga ujung kaki, berkali-kali.. Lupa untuk menutup mulutnya. Air liurnya hampir menetes.