Bulan berusaha keras menahan deras air matanya yang mengalir selama di taxi. Dia tidak ingin pengemudi taxi berfikiran macam-macam tentangnya. Hand phone nya berdering beberapa kali, belasan pesan masuk dan misscall sama sekali tak dihiraukannya. Terbenam dalam kacaunya emosi yang saat ini tengah dia rasakan. Pupus sudah harapannya pada Leo, pria yang dia selama ini dia pikir berbeda dengan pria lain. Dari pengakuannya tadi sangat mengecewakan. Sungguh, Bulan tidak mengira ternyata kekasihnya selama ini hanya menahan diri. Dia merasa dijadikan sebagai batu pijakan saja. Wanita itu sudah memiliki posisi di kantornya, jelas saja. Sedangkan dirinya baru akan wisuda tahun ini dan memulai karirnya. Oh,baik lah..kenapa aq masih pedulikan mereka? Seharusnya aq lega karena pada akhirnya aq diselamatkan. Entah apa yang terjadi jika kami benar-benar menikah. Pria tak setia macam itu tidak pantas untuk q tangisi. Walau begini keadaan q sekarang..aq rasa aq beruntung.
Bulan menghapus air matanya. Dan mulai berjanji pada diri sendiri,"Bahwa satu tahun berpacaran pun belum tentu sudah mengenal satu sama lain. Padahal hampir tiap hari kami bersama-sama. Keluarga kami juga sudah saling mengenal. Tapi akhirnya selesai seperti ini." Pengemudi taxi mengira Bulan berbicara dengannya," ya, nona..itu namanya belum jodoh."
"Ya, Pak..beruntung saya tidak berjodoh dengannya." Bulan menyandarkan diri lebih dalam di kursi belakang. Ya..seharusnya dia bisa mengontrol emosi nya. Tidak harus seberantakan ini. Sederhanakan saja. Mereka tidak berjodoh. Lepaskan. Tidak usah terburu-buru cari pengganti. Lepaskan..Lepaskan saja..
Jam menunjukkan pukul 11 malam..Teman-teman tim surat kabar kampus sepertinya sudah pulang. Hanya tersisa Yuda dan Malven, seperti masih menunggu Bulan dengan cemas. Dina dan Sonia sudah berganti piyama, masih menemani mereka berdua di ruang tengah. Bulan tau, Yuda selama ini sangat perhatian. Dia sangat peduli pada teman-temannya. Seperti memiliki kakak tertua dalam tim yang tulus. Tapi dikarenakan sifatnya yang selalu peduli kepada orang lain hingga saat ini Yuda belum mempunyai kekasih. Pemikirannya terlalu panjang..dan jika ditanya soal kekasih dia selalu menjawab, "aq belum siap."
Memasuki ruang tengah,mata mereka berempat langsung menunjukkan perasaan lega. "Bulan, kau tidak apa-apa? Kemarilah, ceritakan pada kami, dia bicara apa?" Sonya bertanya khawatir. " Tidak apa-apa..aq lebih lega sekarang. Selama ini dia menutupi segalanya dengan sangat baik. Si brengsek itu..entah kenapa aq tidak pernah mendengar hal buruk tentangnya sampai aq harus mengalaminya sendiri." Bulan duduk di shofa putih dan mengambil segelas minuman ringan di dekatnya. Pandangannya tajam ke arah Yuda dan Malven. "Kalian yakin tidak tau apa-apa?"
Malven sedari tadi hanya duduk diam. Jadwalnya wisuda bersamaan dengan Bulan. Tinggi 175cm, kulitnya kecoklatan, pintar, tapi pendiam. Wajahnya selalu dingin. Tapi saat berada di dekat Bulan, dia biasanya akan salah tingkah. Ya..rumor itu, Bulan pernah mendengarnya..bahwa Malven menaruh hati padanya. Tapi dia tidak menghiraukannya, karena saat itu dia bersama Leo. Jika diingat-ingat,tiap kali Bulan ada masalah, Malven selalu ada di dekatnya, walau lebih sering diam. Atau menanyakan, "Kenapa, non?" Dan biasanya Bulan akan berkeluh-kesah sedikit kepadanya. Malven akan menghiburnya sedikit, tapi itu pun sudah membantu meringankan hati Bulan. Namun sayangnya, Bulan tidak memperhatikannya lebih jauh.
Yuda dan Malven saling bertukar pandang.. "Bulan.. sebenarnya kita sudah pernah lihat Leo jalan dengan wanita lain. Tapi saat itu kami pikir biarlah kamu tau dengan jalan mu sendiri. Kami gak mau ikut campur. Kami sayang kamu, makanya selama ini kamu tetap kami jaga. Kamu paham posisi kami." Saat bicara ini,Yuda melirik Malven.
Memang sulit di posisi mereka. Bulan sudah dengar rumor Malven, dan tiba-tiba mereka memberi kabar perselingkuhan Leo di belakangnya? Mereka tidak ingin Bulan menanggapinya dengan salah. Dan akhirnya mereka meminta Soul, sahabat Leo untuk mendampingi Bulan. "Aq mengerti." Bulan meneguk isi gelasnya pelan-pelan. Tak terasa air matanya bergulir kembali. "Terimakasih"
Yuda dan Malven mohon diri untuk pulang. Saat Malven berdiri di hadapannya dan memegang lengannya dia mengatakan, "Sudah,non, jangan bodoh. Setelah ini beristirahatlah. Sampai bertemu besok."
Bulan tersedak, agak terkejut dengan sikap Malven. Dina&Sonia juga tekejut dan saling berpandangan. Tapi Yuda tersenyum, akhirnya..