Dina yang sudah tidak dapat menahan emosi menyambut Leo dengan sembarangan," Yaa! Mau apa lagi kamu hah? Di sini sedang diadakan ujian skripsi. Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk!" Leo tidak mengalihkan pandangannya pada Bulan. "Aku di sini sebagai pendamping nya."
Bulan menatap mata gelap itu, "Pendamping q? Jangan bergurau,Leo. Saat ini aq lebih membutuhkan pendukung dari pada pendamping. Dan kau bukan kedua nya."
"Kau dengar itu? Kau bukan siapa-siapanya,Leo. Pergilah." Dina menambahkan.
"Setidaknya biarkan aq melakukan hal yang sama saat kau mendampingi q saat ujian skripsi q,Bulan." Leo bersikeras.
"Saat itu aq melakukannya dengan tulus,Leo. Tidak ada tuntutan q atas mu harus membalasnya saat aq ujian. Aq tidak perhitungan" Bulan menjawab nya dingin. "Leo, pendamping dibutuhkan untuk menguatkan mereka yang tengah menghadapi ujian. Bukan merusak konsentrasi mereka. Belum cukup kah kamu sakiti hati Bulan dengan pengkhianatan mu? Apa kau mau merusak ujiannya juga?" Sonya akhirnya ikut bicara.
"Baiklah, nanti malam aq akan mencari mu." Leo mengalah, tidak ingin berdebat panjang dengan para penjaga Bulan saat ini. Lagi pula kata-kata Sonya ada benarnya. Walau dia kecewa, bukan itu maksudnya. Melangkah pergi diiringi tatapan kesal Dina&Sonya, "Dasar tidak tau malu!" Dina memicingkan matanya ke arah perginya Leo. "Seharusnya kau pakai jimat pemberian q kemarin. Jimat penangkal aura kegelapan."
Setelah itu bel tanda dimulainya ujian skripsi berbunyi. Dan pengumuman tatacara dan ketertiban pelaksanaan ujian segera dibacakan oleh petugas. Mahasiswa peserta ujian masuk ke tiap-tiap ruangan sesuai jadwal. Mereka bertiga larut dalam ketegangan khas ujian akhir skripsi yang menjadi mimpi buruk hampir setiap mahasiswa tingkat akhir dalam tiap tidur malamnya. Dan kini saatnya bagi Bulan untuk menyelesaikannya.
Hampir dua jam Bulan ditatar pertanyaan-pertanyaan, berbagai penjelasan dan adu argumen dengan dosen-dosen penguji dilaluinya dengan baik. Bulan memang sudah sangat yakin atas persiapannya. Dia sudah melakukannya dengan baik. Walau insiden itu menjadi bagian pengacau konsentrasi, tapi dia tidak mau menyerah. Tidak akan dia biarkan kerja kerasnya selama ini dipatahkan oleh kejamnya cinta. Ooh..ya..kadang-kadang dia memang melankolis. Walau dari luar terlihat tegar, tapi saat sendirian dia sering melamun dan menangis. Bertanya-tanya..mengapa ada pengkhianatan cinta, terlalu kejam rasanya ketika mendapati seseorang yang kita cintai ternyata tidak memiliki cinta yang sama dengan yang kita serahkan. Bahkan tega mengkhianati cinta yang tulus. Luar biasa sekali penderitaannya. Mendapati kepura-puraan sebagai balasan cinta. Bahkan saat itu terjadi adalah di saat dia paling butuh dukungan dari orang-orang di sekelilingnya. Bulan menelan ludah pahitnya saat kembali mengingat itu. Kerongkongannya serasa dicekik. Dia mengambil coklat dan mulai menghabiskannya dalam sekejap. "Yaaa..selapar itukah dirimu? Hati-hati, kau bisa tersedak nanti." Dina menyodorkan minuman untuk Bulan yang segera diambilnya dan kemudian dihabiskan dalam waktu sekejap. Sonya & Dina hanya berpandangan..berfikir mungkin ia benar-benar kehabisan energi setelah ujian. "Baiklah, habis ini kita makan bakso di kantin, sambil nunggu nilai keluar." Sonya mengusulkan.
Mereka bertiga melangkah menuju kantin kampus. Sembari membahas komentar-komentar dosen penguji, mereka mencoba mereka-reka nilai yang akan diraih Bulan. Meskipun sempat teralihkan, saat ini Bulan kembali teringat pada kata-kata Leo..dia akan mencarinya malam ini. Untuk penjelasan yang tertunda. Bagi Bulan..ini seperti pengakuan yang tertunda.