Pagi pagi sekali Zhi han sudah meninggalkan kamar hotel bersama pengawal Kwang, sedang riri yang masih tinggal di hotel masih berfikir, apakah dia akan menghadiri rapat apa tidak. meskipun ia masih sangat acuh dengan perusahaan majalah kaloborasi dengan kakaknya, namun memang masih ada hal yang mengganjal di hatinya.
uncle lee yang sedari tadi menunggu nona majikannya turun sedikit cemas, walau ia tahu siapa investor yang menanamkan sahamnya di perusahaan majalah riri di shanghai. namun ia juga tak memiliki hak untuk ikut campur dengan pekerjaan keponakannya berhubung mereka tidak bekerja bersama - sama.
dengan langkah yang berat riri melangkahkan kakinya setelah ia menghampiri uncle lee dilantai bawah. walau sebenarnya ia belum siap menghadapi kemungkinan yang ada. uncle sangat memahami nona majikannya. ia pun mau menurut saja, dan membawa mobil mereka menghampiri sebuah perusahaan yang tak terlalu besar namun bangunannya masih sedikit terlihat elegan. perusahaan majalah dengan berbagai ruang pemotretan.
di dalam kantor tersebut, james sedikit gelisah dan sesekali melirik arlojinya. takut riri tak jadi datang. Park Ji Woo yang memperhatikan gerak gerik james yang gelisah nampak sedikit berfikir, apakah kali ini usahanya akan membuahkan hasil. sedang para karyawan hanya diam dengan kebingungan mereka sendiri menunggu seorang bos yang memang sangat lama tak mereka jumpai. langkah ringan riri telah sampai di depan sebuah pintu. dengan tangan yang sedikit gemetar riri membuka pintunya dan... sebuah ulasan senyum nampak di bibir mereka yang berhadir pagi ini. dengan wajah yang tenang riri memasuki ruang rapat itu di sambut pelukan hangat james. yang berbisik "aku tak menyangka kau akan kembali, thanks ri.." ucapnya
riri mengambil tempat duduknya di iringi uncle lee dan pengawalnya yang menunggu di belakang mereka. Ji woo yang sumringah tak menyangka riri bakal hadir bahkan pandangannya sangat dekat dan jelas. ia terkagum kagum sekali dengan penampilan sederhana riri namun berkelas.
"kalian sudah saling mengenalkan" ucap james.
riri yang memandangi Park Ji woo sedikit meangangguk walau ia sebenarnya sudah memiliki firasat tentang sahabat james yang bakal akan menjadi partner kerja mereka. park ji woo memang sangat terkenal di negaranya, ia memiliki beberapa perusahaan elektronik terbesar.
"aku sangat tak menyangka, kau tertarik dengan tawaran james tuan.." ucap riri membuka percakapan.
"apakah bisa dimulai james..". ucap riri yang tak ingin berlama lama.
"tunggu sebentar ya...kita masih menunggu satu orang partner lagi" ucap james.
"benarkah ..aku fikir hanya kita bertiga yang berkolaborasi james." ucap ji woo penasaran dengan partner yang di bicarakan james barusan dan berfikir mengapa james masih merahasiakan sampai detik ini siapa orang itu. begitu pintu terbuka, mereka menoleh dan melihat seorang lelaki dengan perawakan tinggi tegap yang dikawal sedang menuju ke arah mereka. bahkan riri tak menyangka bahwa suaminya lah investor itu. seorang investor yang akan ikut andil dalam perkembangan perusahaan majalah miliknya.
"diaaa..." ucap Ji woo tak menyangka akan kehadiran Zhi han di hadapan nya.
"selamat pagi semuanya..." ucap Zhi han sambil duduk dengan sikap yang profesional tanpa memandang ada istrinya saat ini.
riri berusaha menahan diri. ia sangat tak menyangka akan kejadian pagi ini. james yang menjabat tangan Zhi han merasa sedikit aman kali ini karena ia ingin melihat persaingan apa yang bakal terjadi. dan sejauh mana mereka akan memperjuangkan riri. uncle lee yang memandangi kejadian ini hanya terdiam dengan tindakan keponakannya.
"santai saja semuanya...kita bisa memulainya kan" ucap james sambil menyodorkan sebuah apel dan coffe latte di hadapan riri.
"minum lah selagi hangat " bisik james yang memegang pundak riri dan beralih ke tempat duduknya. membuat Zhi han sedikit terganggu dengan perlakuan james pada istrinya barusan, dan berfikir bukankah apel dan coffe latte barusan sangat mirip dengan kejadian di hotel beberapa waktu yang lewat, apakah... fikir Zhi han menyadari sesuatu. sedang Ji woo yang memandangi sikap james sedikit mengerti dan memulai membaca apa yang sebenarnya di rencanakan james.
pembicaraan pembicaraan pada rapat pagi itu mulai berakhir dengan sebuah kesepakatan mencari seorang model. tujuan park ji woo selain bekerja sama tentu saja ia ingin perusahaannya jadi sponsor di majalah james dan riri. " bagaimana kalau..yang jadi model nona riri," ucap sekretaris park ji woo.
" kenapa kau memilih nya" ucap Zhi han.
"dia memiliki wajah yang menawan, penampilan nya elegan, dan postur tubuh yang ..bagus, bagaimana fotografer penilaian ku tak salahkan" ucap sekretaris park Ji woo.
"aku setuju, terlebih nona riri baru memenangkan penghargaan kenamaan, bukankah timingnya sangat pas" ucap sang fotografer.
"lalu pasangannya.." ucap james memancing sikap dua lelaki di hadapannya saat ini.
"kalau saya sebagai fotografer, bagaimana park Ji woo". ucap fotografer.
"bukankah tuan Zhi han juga harus ikut andil, berhubung..mereka pasangan yang memenangkan penghargaan". ucap sang editor foto.
" kalau begitu, tokohnya kita ambil mereka bertiga,,,dengan tema tiga perusahaan sekaligus" ucap james.
riri yang hanya diam sangat kesal sekali dengan perlakuan james kali ini. namun riri menyadari ia belum mengenalkan suaminya dengan james. "mengapa aku kali ini ceroboh..aku lupaa..." gumam riri dalam hati dengan kekesalannya. "mmmm...kurasa ini belum tepat, berhubung akan memakan waktu panjang di negara ini kalau nona riri yang dijadikan modelnya, perlu kalian tahu nona riri hanya sebentar disini. bagaimana kalau kami utus saja satu orang karyawan yang akan menggantikan nona riri" ucap uncle lee sedikit membela majikannya karena ia tahu majikannya sangat tak menyukai ide barusan.
"kalau saya...tergantung kesiapan riri saja lagi, karena temanya mengaitkan tiga perusahaan kenamaan, tentu sasaran nya adalah para CEO " ucap Zhi han yang sebenarnya sangat ingin mereka go publik karena bagaimanapun pernikahan mereka sudah diketahui banyak orang. terlebih Zhi han yang menerima postingan di sosmed yang sangat banyak mendukung mereka pagi ini, ini kesempatan yang tak akan ia sia siakan. walau ia tahu riri tak menyukainya, ini adalah langkah awal agar riri bisa keluar dari rasa takutnya fikir Zhi han, bagaimanapun ketakutan harus dilawan. riri yang mulai berkeringat dingin sambil memikirkan kalau tak di turuti tentu ia tak tau tujuan james sebenarnya namun kalau di turuti ia akan menghadapi media kembali. " nonaa..." bisik uncle lee yang sedari tadi hanya memandangi nonanya yang tertunduk diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. riri menghela nafas,,, ia tegakkan kepalanya,,dan berkata " baiklah...dengan satu syarat, aku ingin pemotretan di lakukan secepatnya, hanya dalam waktu tiga hari, tak lebih..." ucap riri yang berdiri dan pamit meninggalkan ruangan membuat yang ada di dalam ruangan melongo tanda tak percaya dengan yang di ucapkan riri barusan. Zhi han tak mengerti dengan raut wajah yang barusan ia liat, ia seperti tak meliat wajah istrinya yang seperti biasanya.
" paman kita harus bicara..." massenge Zhi han ke paman nya yang telah melangkah menyusul riri ke mobil.
"baiklah..rapat kita berakhir" ucap james.
"tunggu...aku ada syarat" ucap Zhi han.
"syarat.." ucap ji woo yang membalikkan tubuhnya sebelum meninggalkan ruang rapat.
"ok..apa syaratnya mr.Zhi han". ucap james.
"setelah pemotretan, tak ada jadwal apapun lagi, dan..tak ada media wartawan yang melakukan wawancara nanti" ucap Zhi han
"bagaimana mungkin tuan Zhi han, bukankah tujuan kita akan memperkenalkan perusahaan ke ranah luar, kalau tak ada jadwal wawancara maupun temu media bagaimana mungkin bisa dikenali orang banyak perusahaan kita," ucap Ji woo.
" tentu bisa...bukankah ini majalah yang akan di sebar ke seluruh penjuru, cukup hanya dengan itu saja..permintaanku" ucap Zhi han sambil meninggalkan ruangan yang di susul pengawalnya.
"james...bagaimana mungkin...kau tau kan itu syarat mustahil" ucap Ji woo tak mengerti.
"kita lihat saja nanti, aku masih tak mampu bilang apa apa dulu, riri setuju saja itu sudah anugerah" ucap james yang tak mengira riri setuju di jadikan model majalah perusahaan.
*****
mobil riri berhenti di bawah sebuah jembatan menghadap sebuah sungai luas. yang di susul Zhi han.Zhi han memberikan kode sebaiknya uncle lee pergi mengurus pekerjaan lain, biar ia yang menyelesaikan dengan istrinya. uncle lee memahami hal itu iapun pergi dengan membawa mobil Zhi han beserta para pengawal. riri yang membuka pintu mobil sejenak menggeserkan tubuhnya,kakinya ia turunkan ke tanah sambil duduk dimobil ia tertunduk. ia masih tak mampu menenangkan dirinya dengan keputusannya barusan. demi almarhum sang kakak ia rela dijadikan model perusahaan namun di balik itu ketakutan masih menyelimuti dirinya. Zhi han yang melihat istrinya tertunduk tak berbicara mendekati dan bersimpuh di depan riri.
"Sweety..." ucap Zhi han sambil membelai lembut rambut riri. riri yang sedikit membuka tangannya nampak melihat hanya sebuah bayangan seperti wajah kakaknya. perlahan kepalanya terasa sakit dan pandangannya sangat buram.
Zhi han yang melihat istrinya dengan wajah yang pucat sangat ketakutan sekali, ia tak menyangka istrinya bakal pingsan di hadapannya. ia segera memeluk tubuh istrinya dengan sangat panik. apa yang sebenarnya terjadi...kenapa istrinya bisa sangat pucat sekali wajahnya bahkan sekarang ia pingsan. segera ia menelpon uncle lee agar memutarbalik mobil menuju tempat riri dan Zhi han sekarang. " uncle lee putar balik mobilnya ...cepat..riri pingsan" ucap Zhi han yang setengah berteriak karena panik. uncle lee yang mendapat telpon barusan langsung menginstruksikan sopirnya memutar balik dengan kecepatan yang tinggi mobil melesat menuju ke tempat asal di mana ia meninggalkan riri dan Zhi han.
"yaa... apa yang terjadi...ada apa dengan istrimu..." tanya uncle lee yang melihat riri sudah di gendongan Zhi han. Zhi han segera memasukkan tubuh riri di mobil dan menyuruh uncle lee ikut. sedang pengawal Kwang mengikuti di belakang mobil mereka. Zhi han terus menggenggam erat tangan istrinya selama diperjalanan menuju rumah sakit terdekat.
*****
" Meyriii...Meyrii...kau mengenal aku kan...kenapa wajahmu cemberut gitu...kesal apa marah nih..." di ingatan riri kembali ke masa lalunya bersama saudara lelakinya. menceritakan setiap inci kejadian yang ia alami setiap hari. dengan senyuman di wajah kakaknya yang menenangkan nya.
"kak..james jahat...ia sangat jahat.." ucap riri merengek pada kakaknya.
"apa kalian bertengkar lagi..." ucap kakak riri.
riri menyandarkan kepalanya di bahu kakaknya..." apa kau tak merindukanmu..." ucapnya setengah menangis...
"apa kau ketakutan...tenanglah..semua akan baik baik saja" ucap kakak riri sambil memegang erat tangan riri yang berkeringat.