Chereads / Me is me / Chapter 56 - aku cemburu ! part 1

Chapter 56 - aku cemburu ! part 1

malam ini, fikiran riri masih tak tenang setelah seharian ini memenuhi keinginan james melakukan pekerjaan pemotretan terlebih setelah ia mendengar obrolan park ji woo di kamar mandi siang tadi. rasa penasaran terhadap lelaki itupun muncul. riri memandangi lelaki yang sedang terlelap disampingnya. terkadang riri merasa Zhi han melakukan banyak hal untuknya walaupun sudah pasti Zhi han tak mau istrinya tahu hal itu. hanya saja firasat riri selalu mengatakan Zhi han bagai seorang dewa penolong untuknya. karena kegelisahan riri malam ini, ia bangun perlahan tak mua Zhi han terganggu tidurnya. riri berdiri di samping tempat tidur menyelimuti Zhi han dan beranjak pergi perlahan. sesampainya di teras depan ia duduk sambil memandangi bintang bintang di langit. hingga sebuah pesan datang dari pengawal ali.

"💬..nona..park ji woo adalah sorang anak pengusaha kaya elektronik di korea selatan. ia merupakan anak kedua. tak ada yang aneh dengan profilnya..namun ia adalah kakak tiri dina. berhati hatilah..saya khawatir mereka bersekongkol mencelakai kalian, tentang fotografer yang mengambil foto nona di shanghai, itu adalah anak buah orangtua dina. nona..aku akan segera ke shanghai besok." pesan pengawal ali pada riri yang mengerutkan keningnya tanda tak mempercayai isi pesan yang di terimanya.

"💬..tak usah..kau jaga saja nona xiou dan perusahaan yang aku khawatirkan adalah kalian dan karyawan disana. biar aku yang menangani disini" balas riri.

riri tak menyangka ternyata dina memiliki kakak laki laki juga yang selama ini dirahasiakannya. akankah rifah tau hal ini. namun..sudahlah..yang terpenting adalah apa yang sedang ji woo dan james rencanakan. mengapa james sangat berantusias dalam pemotretan kali ini..dan bagaimana bisa Zhi han bekerjasama dengannya. fikiran riri terus kesana kemari hingga ia terkejut begitu pundaknya di tepuk uncle lee.

"agassi..ini sudah malam, apa yang kau fikirkan, apakah tak bisa tidur nyenyak" tanya uncle lee sambil mengambil posisi duduk di samping riri.

"unclee.. ??" ucap riri sambil menoleh ke arah uncle lee yang sekarang duduk disampingnya.

"bagaimana pekerjaan hari ini, apa begitu menyulitkanmu.."

"iya uncle..bahkan aku sangat gugup dan gemetaran saat pemotretan tadi. walaupun itu baru pertama kalinya, namun bagiku... itu sangat mengganggu" ucap riri.

"lalu..apa besok kau siap..agassi..kalau kau tak sanggup kau tak usah melanjutkan.." ucap uncle lee memandangi nonanya.

"apa uncle lee sangat khawatir.." ucap riri lagi.

"tentu saja... tuan james kali ini sedikit keterlaluan..mengapa sasaran modelnya anda dan tuan"

"uncle...dari mana Zhi han bisa tau mengenai perusahaan majalah milik kami. aku yakin, sebelumnya zhi han sudah mencari tahu hal ini. tak mungkin ia mau bersusah payah menjadi investor baru diperusahaan yang bahkan tak ada kemajuan".

"uhuk..uhuuk.." uncle lee terbatuk batuk mendengarnya.

"unclee... " ucap riri sambil mengelus punggung uncle lee yang terbatuk batuk.

uncle lee berusaha meredakan batuknya ia tak mau nona majikannya tahu, bahwa ia sebenarnya sudah mengetahui apa yang di rencanakan keponakannya Zhi han.

" uncle apa sebaiknya uncle istirahat saja ya.." ucap riri khawatir.

"aku baik baik saja nona..nona.. sekali lagi..apa besok nona sanggup melakukan pemotretan" tanya uncle lee.

riri mengangguk tanda ia mampu.

"nona ijinkan saya besok ikut serta mendampingi kalian, saya sangat khawatir seharian ini nona."

"baiklah uncle... oh ya..apa uncle sudah menyelidiki fotografer yang menyerang ku tempo hari" tanya riri.

"sebenarnya saya.." ucap uncle terpotong.

"uncle ia suruhan orangtua dina," sambung riri.

"nona..dina ada di shanghai" ucap uncle lee.

"apa..kok bisa" ucap riri tak percaya.

"bahkan ia berhadir di acara penghargaan malam itu, aku sudah menyuruh pengawalku menyelidikinya" ucap uncle lee lagi.

"uncle..yang harus kau selidiki adalah park ji woo.. dan..buat rencana agar dina segera pulang ke indonesia" ucap riri. karena kalau dibiarkan berlarut larut di sini ia pasti akan mengacaukan pekerjaan riri.

"park ji woo..kenapa dengan orang itu,apa ia mengganggu mu" ucap uncle lee tak mengerti.

riripun membisikkan sesuatu ke telinga unce lee hingga mata uncle lee setengah melotot.

" nonaa...bagaimana mungkin, apa kau sudah menyelidikinya" tanya uncle lee.

"mmmm...uncle lee kau mau kan.."

dengan berat hati uncle lee mengiyakan kemauan nona majikannya tanpa bertanya panjang.

riri pun tersenyum dan pandangannya kembali ke langit. memandangi taburan bintang malam. ditemani uncle lee di sampingnya. tak lama mereka terbuyarkan dari keheningan malam karena terdengar suara yang tak asing di telinga mereka.

"kruukruukrukk" terdengar jelas bunyi perut yang berantem sedang kelaparan. uncle lee dan riri saling berpandangan dan

" hahahahaa..." mereka tertawa bersamaan karena tahu mereka sedang merasakan lapar di tengah malam buta.

"agassi..mau makan apa biar saya yang memasaknya" ucap uncle lee.

"steak..aku mau steak.." ucap riri

"steak..malam begini..tunggu..agassi apa...agassi sedang..." ucap uncle lee curiga, karena tau kebiasaan nona majikannya bila lapar tengah malam ia tak mau makan makanan berat. dan sekarang malah meminta steak di tengah malam, bukan kebiasaan biasanya. fikir uncle lee. riri yang melihat uncle lee tak meneruskan kalimatnya langsung menjawab.

"hamil...gak lah..uncle ada ada az deh..cepetan lapar nih.." ucap riri setengah merengek.

" baik agassi..." ucap uncle lee sambil beranjak melangkah hendak masuk ke dalam dan

" tuuutt...turututututt" terdengar suara kentut dari pantat uncle lee.

"ya..uncleee...kentut sembarangan deh.." ucap riri memencet hidungnya. membuat sedikit kegaduhan di tengah malam. uncle lee yang merasa sedikit malu berlari kecil meninggalkan nona majikannya yang terus merengek. melihat uncle lee yang berlari kecil meninggalkannya, riri pun tertawa kecil tingkah uncle lee kadang sangat lucu juga fikir riri.

*****

pagi pagi sekali riri meninggalkan villa tanpa zhi han suaminya. ia pergi ke sebuah klinik kecil di ujung perkotaan. menemui seorang wanita berkacamata tebal. ia seorang dokter psikater pribadi riri.

"Meyrii..."sapa dokter itu pada riri yang masuk melangkahkan kakinya ke dalam klinik.

"kamu ngapain dok..sibuk ya.." sapa riri.

"sedikit...ada apa.." tanya dokter barusan.

"tolong hipnoterapy aku sekali lagi.." ucap riri membuat dokter itu bengong.

"bukankah kita sudah melakukannya kemarin...apa ada yang perlu kau ingat kembali" tanya dokter itu.

"mmm...aku perlu mengingat sesuatu" ucap riri.

"baiklah..tapi apakah ini tak beresiko mey.." ucap sang dokter.

"aku akan mencoba mengatasinya" jawab riri hingga sang dokter menghentikan kegiatannya pagi itu guna mengikuti keinginan riri.

tak terasa kini riri sudah ada di sebuah sofa empuk di iringi Alunan musik relaksasi lembut. matanya terpejam mengikuti arahan sang dokter. hingga ia sampai di bawah alam sadarnya.

~ riri menyusuri sebuah gang sempit diujung perkotaan kota shanghai. ia terus berjalan hingga sampai diujung gang, dan melihat sosok james yang sedang bersamanya memegang erat tangannya di seberang tempat duduk james ada seorang lelaki yang nampak tak asing di mata riri. ternyata...dia memang park ji woo. mereka bertiga sangat asyik mengobrol sesekali ada candaan tawa. hingga james ijin pamit sebentar karena menerima panggilan telepon. kini..hanya riri dan park ji woo. park ji woo memberikan secarik kertas pada riri disana tertulis ia ingin bertemu secara pribadi nanti, hanya berdua. membuat dahi riri berkerut tak mengerti. park ji woo hanya tersenyum hingga james kembali duduk di samping riri. kemudian... riri kembali melihat almarhum kakaknya yang berada di sebuah ruangan.seperti kantor..atau..ruang kantor di sebuah rumah.. mata riri tertuju pada secarik kertas tadi yang berada di meja kerja kakaknya. ia tak mengerti darimana kakaknya mendapatkan kertas yang ditulis park ji woo barusan padanya.. dan seorang lelaki yang memakai masker hitam beranjak masuk ke ruangan tersebut dan perbincangan terjadi di antara mereka. sangat serius membuat kakak riri sangat marah. hingga sebuah cangkir melayang jatuh dan pecah tepat di hadapan riri. dan.. riri seperti di bawa ke hal yang lain sebuah kilatan kilatan kamera mengenai wajahnya membuat pandangan riri buram..~

"Meyri...saatnya kau terbangun, kau kembali ke alam sadarmu..perlahan kuminta buka matamu perlahan,relaks santai.." ucap sang dokter yang sangat cemas melihat riri yang dipenuhi keringat sepagi ini.

riri membuka matanya perlahan. hingga ia tersadar. matanya tajam memicing ke arah langit langit dinding. ia menyadari ada sesuatu yang ia tak ketahui. ia pun segera bangun dan pergi begitu saja tanpa menghiraukan panggilan dokter.

*****

Zhi han gelisah karena sepagi ini tak menemukan istrinya di sampingnya, uncle lee memahami yang di rasakan keponakannya. ia pun membujuk Zhi han agar lebih baik segera pergi ke tempat pemotretan dan mengatakan bahwa nona akan menyusul ke sana. andai saja uncle lee tak menyetujui rencana nona majikannya malam tadi, sudah pasti Zhi han tak akan secemas ini. walau uncle lee tak mengerti apa yang sebenarnya nona majikannya lakukan pagi pagi sekali bahkan pergi tanpa pengawalan dari uncle lee.

hingga akhirnya Zhi han memutuskan pergi ke tempat pemotretan. dijalan ia terus berfikir apa sebenarnya yang terjadi pada riri istrinya.apa yang dilakukannya pergi pagi pagi sekali tanpa sepengetahuannya. apa ia masih bukan seorang yang penting di hati riri. tanpa terasa Zhi han sampai di kantor tempat pemotretan ia berjalan menyusuri koridor kantor hingga sampai du ruang ganti dan melihat suara istrinya yang sedang akrab berbincang bincang pada seorang lelaki. membuat Zhi han semakin penasaran siapa suara lelaki itu. iapun melihat sosok yang tak asing baginya...

Park Ji woo... yang memegang pundak istrinya di ruang rias.. membuat hati Zhi han mendidih. iapun meninggalkan ruangan itu dengan langkah gontai. uncle lee yang menyaksikannya takampu berbuat apapun, karena ini murni permintaan nona majikannya. tanpa memberitahu Zhi han. walau uncle lee mencoba memahami sikap mereka berdua. namun uncle lee sangat serba salah kali ini.