"praakkkk!!" sebuah tamparan tepat mengenai pipi seorang fotografer sewaan.
"apa hanya ini yang kau dapatkan, aku membayarmu besar ingat itu" ucap park ji woo kepada seorang fotografer sewaan yang mengikuti keberadaan riri selama ini.
park ji woo sangat kesal dengan foto foto riri dengan kegiatan kesehariannya yang biasa saja. walau ia sempat mengambil sebuah foto riri yang tersenyum di sebuah teras. " lain kali kau mesti lebih memberikan info padaku" ucapnya kesal.
" baik tuan" ucap fotografer tersebut sambil beranjak pergi.
dengan perasaan yang masih kesal ji woo menghempaskan tubuhnya ke sofa sambil mengusap wajahnya. iapun mulai berfikir "semua seakan terlambat" sangat membuat ia sesak. kenapa semua bisa terjadi sangat cepat, ia gagal mendapatkan riri.
"tuutt...tuutt" deringan handphone bergetar di sela kantong baju ji woo, ia meraihnya dan membaca massenge dari papanya" segera pulang, aku ingin bicara" isi pesan tersebut ia baca kemudian ia hempaskan ke samping sofa. lagi dan lagi papanya pasti sedang mengatur waktu kencan buta dengan para anak gadis konglomerat. benar benar membuat park ji woo ingin muntah. ia sudah sangat lelah menghadapi keinginan papah nya yang mengharapkan ia segera menikah. namun bagi park ji woo hanya riri yang mengisi hatinya. meski sekarang semua sudah terlambat. ada rasa putus asa menyelimuti hatinya saat ini. tanpa ia sadari seorang wanita yang melihatnya sedang mendekat.
"lagi kesal ya..my brooo" ucap wanita ini dengan ledekan pada kakak lelakinya yang sebenarnya adalah saudara tiri.
"kapan kau ada di sini" ucap ji woo dengan nada sinis.
"sudah sedari tadi, woow..aku tak menyangka kakak lelakiku ini masih saja menyendiri, apa kau gak tau papa sedang menyiapkan pernikahan mu.."
" apa!!!..kau jangan membohongiku..." ucap park ji woo kesal sekali.
"sudah pasti aku membohongimu..hahaa..." ucapnya yang meledek kakak nya sendiri.
"dina..kapan kamu datang " ucapnya heran dengan keberadaan adik tirinya ini.
"aku sudah hampir satu minggu disini, kenapa kau kangen dengan adikmu ini ya..." ucapnya setengah menggoda.
"sudah cepetan, maumu apa.."
"bantu aku mengakuisisi kembali perusahaan yang di tinggalkan kakakmu itu" ucap dina secara langsung.
"apa maksudmu...bukankah sudah jelas perusahaan itu tak bisa kita pertahankan" ucap park ji woo tak mengerti.
" apa kau tau aku sangat membenci seseorang yang sudah berhasil mengakuisisi perusahaan kita, bukannya aku yang naik jabatan malah oranglain yang menguasai" ucap dina yang dengan kesal.
"sudah terima saja, nasib mu kan, lagipula apa ibumu tak membantumu.."ucap park ji woo lagi.
"kau tau ibuku tipikal wanita yang tak mau ada kerugian " balas dina
"kerugian..berarti perusahaan itu banyak ruginya" ucap park ji woo sambil memandangi tampang dina dengan kelicikan.
" tentu saja..rugi sekali apalagi orang lain yang mengambil alih nya" balas dina
"kau takut ketahuan kalau kau selama ini yang memotong gajih karyawan kan, kau korupsi uang mereka dan kau takut ketahuan ibumu terlebih papa kan !?" ucap ji wo menatap tajam ke arah dina.
dina yang mendengarnya menahan rasa marah, dari mana kakak tirinya ini mengetahui hal itu.
"lalu..apa kau tak mau membantuku " ucap dina memastikan.
"tentu saat ini belum...dan pergilah..aku ingin istirahat" ucap park ji woo sambil mengusir adik tirinya. dengan langkah kesal dina meninggalkan ruang kerja kakak tirinya. tanpa ia sadari ia berpapasan dengan james yang mengenali wajahnya. walau dina tak mengetahui siapa james.
" bukankah...diaa...kenapa dia bisa ada di kantor ini " ucap james penuh pertanyaan. ia kemudian mendekati jendela kaca yang tepat berada di sebelahnya, ia melihat ke arah bawah memperhatikan dina yang menaiki mobil mewah.
"mustahil...apa aku tak salah liat" ucapnya lirih.
"maksudmu...siapa??" ucap park ji woo mengagetkan james sambil memandangi ke arah bawah kaca jendela.
"ohh..gak ada kok". ucap james.
"ohh..dia adikku..." ucap ji woo
"adik...kau punya seorang adik..perempuan.."
"tepatnya adik tiri,..ada apa kau kemari james..?" tanya ji woo sambil bersandar dipojok jendela.
"aku kesini ingin membicarakan konsep pemotretan besok,..." ucap james serius.
"riri...bagaimana apa ia sudah menentukan konsepnya".
"riri..riri..teruuss...apa yang membuatmu terlalu berobsesi padanya, ingat diantara kita ada lee Zhi han." ucap james yang menyadari dengan status riri sekarang.
"entahlah...apapun konsepnya aku akan menyetujuinya" ucap ji woo.
"kalian sangat aneh,,ok...kita akan liat besok..awas jangan telat!" ucap james seraya meninggalkan ji woo sambil mengingatkan pemotretan besok.
"besok...aku sangat gugup " ucap ji woo dalam hati.
****
riri yang baru saja berkeliling mengelilingi vila milik kakaknya memasuki kamar pribadinya. ia melihat Zhi han yang terlelap di tempat tidur dengan tidur terlentang. riri pun mendekati, dan mendekatkan wajahnya ke wajah zhi han memeriksa apakah Zhi han baik baik saja atau sedang kelelahan, namun sebuah tangan menyentuh pinggang riri dan merebahkan riri di sampingnya. dan Zhi han pun membuka matanya.
"dari mana saja sweety...apa kau sangat menyukai villa ini," ucap Zhi han sambil berbisik di telinga riri.
"mmmm...aku memang menyukai tempat ini...lalu kau..kenapa Be'candy terlelap, apa kau kelelahan" bisik riri pula.
"lelahku hilang semenjak ada wangi tubuh kamu disampingku nyonya Lee Zhi Han." balas Zhi han sambil berbisik di telinga riri dan mencium pipinya.
riri memandangi raut wajah Zhi han yang memang sayu, karena kelelahan.
"minumlah vitamin biar segar kembali tubuh kamu " ucap riri sambil mengusap bagian rambut Zhi han yang hampir menutupi matanya.
"mmmm....vitamin...bukankah vitaminnya sedang berbaring di sampingnya saat ini, aku ..tak memerlukan vitamin yang lain" ucap Zhi han sambil mencubit pipi riri.
"yaa...emang aku obat apa..woii sadar ..." ucap riri sambil mencibir.
"rii...apa kau banyak menyimpan kenangan di villa ini." ucap Zhi han lembut sambil memandangi langit langit kamar.
" disini tempat pertama ulang tahun ku di rayakan, aku di buat kan taman kecil dan ayunan kayu, kau tau..itu adalah hal yang sangat membahagiakan, keluarga kecil kami berkumpul dan bercanda tawa, .." ucap riri yang menceritakan sedikit kenangannya pada suaminya.
"apa kau ingin memiliki keluarga seperti itu..?". ucap Zhi han ingin tau.
"mmmm..tentu tidak" ucap riri tegas.
"bukankah kau bilang kau bahagia memiliki keluarga kecil seperti ceritamu." tanya Zhi han sambil tubuhnya di palingkan ke arah riri dan memandangi wajah istrinya.
"mr.Zhi...setiap keluarga memang memiliki kenangan indah tersendiri, dan setiap kenangan itu pasti berbeda beda di hati setiap anak,lagian ceritaku itu adalah kenangan ku di masa kecil, kelak aku ingin anak anakku membangun kenangannya sendiri di masa kecilnya bersama orangtuanya. bukan mengikuti kenangan orangtuanya yang kadang bisa saja tak seindah perkiraan anaknya. kalau anak anakku memiliki kenangan yang sama denganku, itu pasti akan sangat berat mereka lalui setelahnya..." ucap riri memperjelas maksudnya.
Zhi han pun mengerti apa yang riri maksud, memang tidak mudah setelah kenangan itu terjadi..pasti berat.
"lalu kau.. apa yang kau kenang dengan masa kecilmu.." tanya riri sambil memiringkan tubuhnya ke arah Zhi han yang sedari tadi memandangi nya.
Zhi han menatap lama mata riri, mulut nya tercekat begitu tau riri memberi pertanyaan yang sama dengannya. " aku tak punya kenangan apapun.." ucap Zhi han yang kemudian terdiam sejenak.
riri pun ikut terdiam begitu tau Zhi han memberikan jawaban barusan. meski riri tak mengerti namun ia tak ingin melanjutkan pembicaraan tadi. ia merasakan ketakutan sekilas menatap mata Zhi han, seperti ada sesuatu yang sangat menyakitkan yang tak ingin Zhi han ungkapkan.
riri kembali memandangi wajah lelaki yang berada di sampingnya saat ini. tanpa terasa tangannya mengusap lembut wajah Zhi han. seperti ingin memberikan kekuatan walau riri tak mengerti yang pernah di lalui di masa kecil Zhi han.
"akuu..." ucap Zhi han terpotong begitu riri meletakkan telunjuknya di mulut Zhi han.
" bukankah kau bilang aku vitaminmu.., mungkin..." ucap riri sambil memeluk tubuh zhi han erat dan ia mengusap ringan punggung Zhi han.
"mungkin...aku akan mulai banyak bercerita ... " ucap riri mengalihkan pembicaraan.
Zhi han membalas pelukan riri yang seakan memberikan kekuatan baru padanya, bahwa ia harus sedikit melupakan masa kecilnya yang tak tergambar dengan jelas, karena ia tak mengingat dengan pasti apa yang terjadi sebelum kecelakaan yang merenggut kedua orangtuanya.
"vitamin... yaa..kau kan istriku" ucap Zhi han lirih.
" ya..kau bilang aku tadi vitaminmu.." ucap riri melepaskan pelukannya.
" iyaa...kamu emang vitamiinku..tapi kamu istriku kan..." balas Zhi han setengah merengek.
"vitamin apa istri sih...mana yang benar" ucap riri mencubiti pipi Zhi han. hingga akhirnya mereka tertawa bersama.. Zhi han lega pada akhirnya riri sudah mulai mau membuka diri dengan cerita hidupnya walau ini hanya sedikit dari sekelumit hal hidup yang riri alami. setidaknya buat Zhi han mulai memahami seperti apa sosok istrinya. sedang di hati riri walau ia tak tau apa yang telah terjadi di masa lalu Zhi han, ia ingin belajar memahami pula sisi lain suaminya. setidaknya riri tak salah memilih lelaki ini.