Kadang-kadang kami berdua secara bersamaa membasahi tangan ke dalam ember itu. Satu telapak tangan milikku, satu lagi telapak tangan milik orang yang aku cintai. Ember ini adalah ember yang mencuci Nabi seluruh alam. Setiap tetesan air yang mengalir ke bawah menyegarkan kami.
Kadang-kadang kami saling bersaing. Satu genggaman milikku, satu genggaman lagi milik Rasulullah. Sambil menyentuh air dengan tangannya, dia berkata, "Sisakan buatku juga." aku pun menatapnya dan mengatakan hal serupa, "Buatku juga..." Ember kecil itu meluas seperti bak yang menampung lautan cinta. Meskipun lautan bergabung menjadi satu, ditambah dengan badai Nuh, itu semua tak kan bisa menandingi segenggam air dari ember kecil ini. Sungai Nil yang diketahui sebagai mata air yang mengalir dari langit turun ke dunia kalah dengan air cinta yang berada di dalam ember kami.
"Buatku juga. Sisakan buatku juga..."
Kami berenang bersama Rasulullah di laut tanpa dasar. Ikan yang menelan Nabi Yunus pun tak ada apa-apanya di kedalaman itu. Dan cangkir itu..... Rasulullah meminum air di cangkir itu persis di tempat aku berdiri meminumnya. Dia memutar-mutar mencari-cari, dan menemukan jejak-jejak bibir yang seperti jajak sebuah jari.
"Aisyah," ucapnya sambil meminum dari sisi jejak birbirku. Apakah air atau minuman serbat yang ada di dalam cangkir itu? Apakah ia menampung madu dan air susu yang mengalir dari sungai Firdaus? Itu adalah cangkir cinta tak berlidah yang menyimpan rahasia kami.
Dan tempat tidur... Itu merupakan sungai yang mengalir dari sana. Wahyu memilih tempat ini sebagai pelapis turunnya Wahyu. Wahyu itu belum pernah turun di tempat perempuan lain selain tempatku.
Dan alat pemintal...
Aku adalah salah satu murid perempuan paling tua yang sudah turun-temurun dari Maryam, ibu kami. Aku memintal kain wol, memutar tali. Kain-kain Madinah dirajut dengan alat-alat pemintal kami. Menjadi seorang perempuan itu artinya berlatih kesabaran. Menjadi seorang perempuan adalah menenun tali hitam dan tali putih yang terikat pada malam dan pagi. Kewanitaan merupakan seni penciptaan. Wajah sejarah memandang ke arah alat pemintal yang tergantung di tembok, membentuk perjalanan saat alat-alat tersebut digunakan oleh perempuan... Tanpa rasa kantuk.