Chapter 62 - Perang Badar (4)

Sa'ad bin Mu'adz mengangkat suara sebagai wakil kaum Anshar. "Ya Rasulullah! Kami telah beriman kepadamu dan membenarkanmu. Kami telah menyaksikan kebenaran dan kenyataan apa yang telah engkau bawa kepada kami. Kami telah bersumpah untuk setia kepadamu. Lakukan apa yang engkau inginkan! Kami selalu bersamamu! Kami bersumpah kepada Allah yang mengutusmu membawa agama dan kitab kebenaran. Seandainya kau mengarungi lautan itu, tanpa keraguan kami pun akan mengarungi lautan itu bersamamu. Tak ada satu pun dari kami yang akan berpaling. Kami akan bersamamu berperang melawan musuh. Kami adalah orang yang taat kepadamu dan bersabar terhadap kesulitan-kesulitan yang menimpa kami. Allah akan memperlihatkan kepadamu kepahlawanan kami dalam peperangan yang akan berkenan di dalam hatimu. Gerakkanlah kami dengan berkah Allah! Kami selalu bersamamu sampai akhir."

Rasulullah terharu dengan semangat itu. Kedua kakinya tegap, seluruh tubuhnya tersalur semangat.

Mereka adalah yang pertama. Mereka pun akan menjadi orang pertama di akhirat dan di surga. Rasulullah sangat menjaga kenangan itu.

Ayahku dan anggota pasukan lain menceritakan sebuah pengalaman aneh yang terjadi di malam hari kepada kami. Aku juga ingin berbagi cerita ini kepada kalian.

Setelah matahari terbenam, hujan lembut mulai turun. Anggota pasukan ada yang berteduh di bawah perisai kulit, ada juga yang berteduh di bawah pohon. Gerimis itu Seakan-akan membuat kami semua merasa sangat mengantuk sampai kemudian jatuh tertidur. Hanya Rasulullah yang tak tidur sampai shubuh. Rasulullah menyelimuti tubuh teman-temannya satu per satu, membelai kepalanya, dan berdoa untuk seorang demi seorang.

Sambil menatap para sahabat yang tertidur pulas di bawah rintik hujan, dia berkata, "Ya Allah!" ucapnya lantang. "Jika para Muslimin ini musnah, takkan tersisa seseorang pun yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini!" Ucapan Rasulullah ini membuat mereka terbangun di waktu fajar.

"Wahai hamba-hamba Allah! Bangunlah dan tunaikan ibadah sholat!" Begitu Rasulullah memerintahkan selanjutnya.

Orang-orang langsung terbangun mandengar nama Allah disebut. Semua dalam kondisi cerah seperti kilau pedang tajam. Lantas mereka bersiap-siap, melakukan takbir, dan berbalik ke arah Kiblat.

Rasulullah memerintahkan orang-orang untuk berbaris berjejer rapi layaknya sebagai seorang jenderal perang. Pada saat itulah seorang sahabat bernama Ukasyah terdorong ke belakang oleh cambuk Rasulullah ketika berusaha menerobos maju masuk ke dalam barisan. Ukasyah mengeluh sambil berkata, "Ya Rasulullah, engkau menyakiti diriku, aku menginginkan qishas!"

Keluhan Ukasyah membuat para sahabat lain terkejut, tapi Rasulullah segera menjawab dengan melepaskan bajunya, "Datanglah kemari dan lakukan qishas yang kau inginkan..."

Ukasyah langsung bergerak ke depan, namun entah mengapa dia malah memeluk erat-erat Rasulullah yang telah bersiap untuk menerima qishas. Dia berkata nyaring, "Kuserahkan diriku, ayahku ibuku hanya untukmu ya Rasulullah! Hari ini aku seperti melihat ajalku yang datang dengan perintah Allah. Aku melakukan ini hanya karena ingin memelukmu sebelum ajal menjemputkku dan berpisah dengammu. Aku mohon berdoalah bagiku."

Semua orang yang mendengar itu berppelukan satu sama lain.

Setelah kejadian, Rasulullah berpidato yang isinya membangkitkan kepercayaan diri mereka. " Hari ini berusahalah untuk mendapatkan rahmat dan ampunan Allah yang telah dia janjikan dan menangkanlah ujian ini. Ketahuilah bahwa janji-Nya adalah benar dan lebih tajam dari azab. Aku dan kalian bergantung kepada Allah yang Hayyun dan Qayyum. Kita berlindung kepada-Nya. Kita berperang kepada-Nya. Kita beriman kepada-Nya. Kita kembali kepada-Nya. Ya Allah, ampunilah aku dan para hamba Mukminin ini. "

Betapa khushuk Rasulullah berdoa sehingga tak menyadari syal di punggungnya terjatuh. Ayahku menangis ketika mengambil syal itu dari tanah dan menaruhnya kembali ke bahu Rasulullah. " Ya Rasulullah! "ucap ayahku menatap," Allah pasti menepati janjinya... "