Pengalaman-pengalaman awalku mengenai kesaksian terkait kemunculan risalah di setiap tahap kehidupanku berikutnya selalu aku lalui bersama kakakku. Aku tahu ingatanku sangat kuat. Bersamaan dengan itu aku pelajari dengan cepat semua puisi tradisi keluarga Tamim dan pengetahuan mengenai sejarah bersama kakak. Awalnya dimulai dengan hafalan-hafalan pendek, dilanjutkan hafalan-hafalan yang agak lebih panjang, kemudian puisi, cerita-cerita hikmah, serta penjelasan secara detail mengenai pengetahuan sejarah dan garis keluarga. Kami mengulanginya dengan sabar. semua itu terwujud di bawah didikan Asma. Asma, diriku, maupun saudara-saudara kami lainnya seperti pohon kurma yang tumbuh dengan perawatan dan perhatian memadai di kebun Tamim yang luas.
Asma itu seperti tenda sejuk yang melindungi sesuatu dari terik matahari. Berkat dirinya aku mampu melewati sejumlah rintangan yang tak mudah dilewati para perempuan. Karena dia memberikan peluang, akupun menemukan kesempatan menelusuri kehidupan tradisional padang pasir dan mendapatkan pujian dari ayah dan kakek mengenai hal ini. Keluarga Tamim selalu bersama dengan para tamu tanpa mengurangi rasa hormat, mendengarkan cerita-cerita para pengembara yang datang dari perjalanan jauh, membiasakan dengan puisi yang hanya dilakukan anak-anak laki, dan menghafal garis keturunan.
Aku adalah anak perempuan yang diizinkan berbicara dengan para tokoh tetua bijaksana. Aku selalu mendapatkan kesempatan untuk berbicara dan bertanya, terutama dalam hal peraturan sopan dan beradap. Aku pikir ini merupakan persiapan diriku untuk menghadapi takdir yang akan kutempuh dalam kehidupan. Mungkin aku sedang dipersiapkan untuk utusan Terakhir yang akan berkata "Bicaralah Humaira.... " di hari yang penuh dengan kesusahan atau kebahagiaan. Pada hari-hari di masa kecil, aku tak mengerti jika sedang dipersiapkan menjadi lawan bicara dan tujuan kata-kata Rasulullah maupun tujuan kata-kata Allah.
Asma adalah orang pertama yang menemukan diriku dan kata-kataku.
"Aisyah, anak penuh dengan rasa ingin tahu. Aisyah adalah pertanyaan yang tak pernah habis, " ucap kakakku sambil membelai rambutku.
Kadang-kadang ketika memandang jauh dari jendela atau saat tak bisa tidur di malam-malam musim panas dan kedua mataku memandangi bintang-bintang, dia mendekati ku tanpa suara. Tangannya di taruh dengan lembut di atas bahuku. Dengan napasnya yang hangat, dia berkata, "Tak pernahkah kedua mata indah Aisyah merasa capai? "
"Aisyah adalah sepasang mata, " ucap Asma. Dia tersenyum ketika mengusap kedua mataku yang besar dan tak ada rasa kantuk dengan ujung tangannya.
"Aisyah adalah sepasang telinga, " ucapnya di saat ingin mengambil perhatianku.
Aku pikir diriku ini seperti seorang pemburu yang dididik untuk mampu membidik secara seksama apa yang dilihat dan mendengarkan dengan baik apa yang bersuara. Masa kecilku dilewati dengan arahan agar memoriku selalu menangkap semua kalimat tanpa ada sesuatu pun terlewatkan, bahkan terhadap hal kecil sekalipun.
perincian, perincian, perincian.....
Aku dapat cerita, dalam adat Arab, keuntungan paling besar dari menjadi seorang anak perempuan yang dididik dalam sebuah keluarga terhormat ialah tumbuh besar dengan menyadari seluruh detail dan perincian. Kondisi padang pasir yang berat dan susah tidak hanya soal melewati kehidupan, tapi pada saat bersamaan juga berarti membangun masa depan ketika melewati waktu itu. Karena itu kita berutang pada pengetahuan perinci yang dibebankan kepada keluarga. Apa lagi, kota terdiri atas golongan-golongan. Bahkan, di antara para tokoh pemuka paling tinggi pun masih ada tingkat-tingkat kehormatan yang sudah ditentukan.
Melakukan penyelidikan dan memberi hukuman merupakan kebiasaan yang berkaitan dengan para pemuka kota. Mereka yang lemah dan tak memiliki apa-apa mustahil bisa bertnya maupun memberi pendapat hanya ada pada orang-orang yang memiliki kekuasaan dan kekuatan. Kebebasan dan harga diri juga sama. keduanya berada di tangan orang-orang terpilih, bangsawan, dan mereka yang memiliki kekuasaan.
Aku tak pernah merasakan kesusahan seperti ini di masa-masa kehidupanku. Ini pasti karena takdir Ilahi. Selamanya, aku adalah putri kata-kata dan hukum. Tanggung jawab ini pasti sangat berat. Aku bersyukur kepada Allah dalam hal ini dan berlindung dalam pertolongan-Nya.