Kami mendengar bahwa ibu susuku, istri dari Wail Abu'l-Quays, datang ke kota mengunjungi kerabat-kerabatnya.
Ketika memikirkan ibu susuku saat membeli kain untuk baju dari pasar-pasar keluarga Tamim, pikiranku bercampur antara kerinduan dan rasa Terima kasih kepada diri dan keluarganya.
Begitu pembelian untuk hadiah selesai lebih awal, seperti biasa kami berpikir untuk mengunjungi Ka'bah sebelum pulang. Saat itulah kami melihat dua orang sedang bersandar tepat di pintu masuk Ka'bah. Mereka adalah prajurit tahanan perang terkhir dari sisa-sisa tentara Abrahah yang datang dahulu dengan pasukan gajah untuk menghancurkan Ka'bah. Keduanya sangat tua. Bahkan, jika tanpa dukungan tongkat, mereka seakan-akan berada di ujung napas terakhirnya. Kedua mata mereka pun buta.
Aku mendengar cerita dari mulut kakakku dengan penuh keterkejutan. Salah satu dari kedua orang itu adalah pemimpin dan pengatur gajah putih tentara Abrahah yang sangat terkenal, sementara satunya lagi ternyata pelayan dan pelindungnya. Kami dididik untuk tidak suka mengolok-olok. Kami melihat kedua orang tua itu dengan pandangan kasihan dan penuh dengan pelajaran.
Di masa-masa awal Islam, jumlah orang muslim masih sangat sedikit. Bahkan, selain keluarga kami sendiri, tak ada satupun teman yang bisa diajak berbagai dengan apa yang kami lihat. Jadi, sama sekali tiada orang yang memikirkan keadaan kedua orang itu di sekitar lingkungan kami. Mungkin juga hal itu terjadi karena ketidakadilan. Kelihatannya banyak orang dzalim mengambil tahanan, sehingga peristiwa gajah itu seperti terlupakan. Kenyataannya, peristiwa hujan batu yang dibawa burung ababil untuk mengusir pasukan-pasukan gajah Abrahah merupakan masa pembelajaran penting dalam sejarah masyarakat Arab. Masa peristiwa gajah itu telah lama dilupakan dan kini muncul masa baru di Mekkah.
Allah yang disembah sepenuh hati oleh kaum Muslim menjadi topik pembicaraan hampir setiap hari di masa-masa itu. Allah ialah Tuhan yang Esa. Agama baru yang didakwahkan Muhammad telah menghapus segalanya. Kemarahan para pemuka Mekkah terhadap kaum Muslim seakan-akan menghapus ingatan penduduk Mekkah yang masih musyrik. Bahkan, kedua orang ini yang merupakan sisa dari masa Abrahah pun mulai terhapus, sampai tahap terlupakan.