Surah al-Lail menjelaskan bagaimana kedaan ini turun pada hari-hari itu.
"Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),
Dan siang apabila terang benderang,
Dan penciptaan laki-laki dan perempuan,
Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa,
Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),
Maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah,
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik,
Maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar,
Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.
Sesungguhnya kewajiban kami memberi petunjuk,
Dan sesungguhnya akhirat dan dunia itu milik kami.
Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.
Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang-orang yang paling celaka,
Yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).
Kelak akan dijauhkan orang yang paling taqwa dari neraka itu,
Yang menafkahkan hartanya )di jalan Allah) untuk membersihkannya,
Padahal tiada seorangpun mampu memberikan kenikmatan yang harus dibalas kepadanya,
Tetapi (dia memberikan itu Semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhan yang Maha Tinggi.
Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan. "
Ayah menangis ketika membaca surah ini. Telah turun berita gembira kepada orang ''yang menafkahkan harta (di jalan Allah) untuk membersihkannya. " Beliau telah menyelamatkan Bilal dari kebengisan kaum musyrik.
''Ada lima jenis kegelapan wahai Aisyah ku, " ucap ayah suatu hari. ''jika kau terlalu cinta dan terikat pada dunia masalah itu layaknya kegelapan malam. Kehambaan dan ketaqwaan mu semoga menjadi lilin yang menerangi kegelapan ini, wahai putriku sayang. Melakukan dosa juga merupakan kegelapan, wahai Humaira. Jika kau nyalakan lilin dengan bertobat, kau akan selamat dari siksaan dosa, wahai putriku.
" Aisyah, kubur pun akan menjadi kegelapan. Kita perlu persiapan untuk menghadapinya. Mengucapkan kalimat syahadat adalah cahaya terang kubur, lilin kubur, wahai putriku. "
Akhirat juga merupakan kegelapan yang tiada tara. Hanya dengan amal baik kau akan bisa menerangi jalan itu. pun dengan jembatan Shiratal Mustaqim, Aisyah. Jalan itu hanya bisa diterangi dengan iman yang mantap. "
Kami penghuni rumah mendengarkan ceramah ayah dengan khusyuk. Ayah kerap menangis hampir di setiap akhir ceramahnya.
Kata ibuku, "Dia selalu menangis. Hatinya lembut..... "
Jumlah kami Masih sedikit. Tapi kami dipenuhi berkah karena sadar bahwa kami adalah saudara satu sama lain.
Dalam tiga tahun pertama, jumlah kami sebagai Muslim pertama sekitar tiga puluh.
"Untuk sekarang, jumlah kita seperti ini di muka bumi, " ucap ayah setiap malam sebelum tidur. Ia selalu lebih dulu memikirkan teman-temannya satu per satu, kemudian mendoakan satu per satu nama mereka. Kami juga termasuk di antara tiga puluh orang ini.
Ajakan masuk Islam tak dilakukan secara terbuka. Biasanya kami lebih dulu mengajak orang untuk berkumpul di rumah kami, yang dinamai rumah Arqam. Kami berhati-hati dan menjaga hubungan dengan penuh perhatian.
Sudah lama berselang satu ayat pun tak kunjung turun. Keadaan ini membuat keberanian kaum musyrik menjadi-jadi dan menyebabkan Rasulullah sedih, meskipun beliau mencoba menyembunyikannya.
Dengan perasaan tak menentu, suatu hari ayah berkata, "Ya Rasulullah, sudah waktunya kita untuk terbuka. "
"Jumlah kita masih sedikit. Kita tak memiliki kekuatan. Bersabarlah, " ucap Rasulullah.
Akhirnya dengan perasaan enggan membuat sedih ayah dan Muslim lainnya, beliau berkata, "Kalau begitu, ayo kita lakukan! "
Hari itu....
Hari saat mereka keluar dari ujung rumah Arqam dengan tangan bergandengan. Semua orang menjauh ketika melihat mereka. Mereka bersama-sama pergi ke Ka'bah di bagian Haram. Mereka duduk berkelompok di satu sisi. Jumlah kami mencapai tiga puluh sembilan. Menurut keputusan bersama waktu itu, ketiga puluh orang ini akan mendakwahkan Islam pada keluarga masing-masing, dari suku mereka masing-masing. Ini merupakan wujud dakwah pertama Islam secara terbuka.
Rasulullah duduk, Ayahku..... Ayah tersayangku berdiri. Dia memulai khutbah karena banyak didatangi para kenalan dan teman-teman lamanya. Ayahku, Abu Bakar, adalah pendakwah pertama. Membenahi posisinya dengan sopan, ayah mulai berbicara dengan terlebih dahulu memberi salam kepada orang-orang. Ia baru membacakan satu ayat, namun kerusuhan bertambah besar.
Dan memang, api kekufuran telah mencari tempat untuk meledak. Telah memilih untuk menyerang kata-kata ayah.