Chereads / Aisyah Wanita yang hadir dalam mimpi Rasulullah / Chapter 7 - Kenangan-Kenangan Masa Kecilku (6)

Chapter 7 - Kenangan-Kenangan Masa Kecilku (6)

Dan keingintahuan yang besar akan puisi....

Mendengar kata-kata indah sudah seperti warisan yang diberikan kepada keluarga kami. Tak hanya laki-laki tahu bagaimana membaca dan menulis serta menghitung dan pengetahuan sejarah. Para perempuan di keluarga kami juga dididik untuk belajar, membaca, menghafal, dan mengetahui adab berbicara sopan-santun seperti yang diajarkan kepada laki-laki. Di rumah, ketika saudara-saudara tua, nenek-nenek, dan bibi-bibi kami menginginkan kami melakukan suatu pekerjaan, mereka mencium kening kami dan berujar, "jangan pernah lupa. " Mereka lantas memegang ujung telinga, kemudian mengembuskan udara di atas hati kami.

Suatu hari aku menanyakan apa artinya itu sebab mereka pun melakukan serupa kepada seorang saudara kami dari jauh. Nenek dengan senang menjawab pertanyaan ku. Ia menjawab, "Akal anak perempuan itu lebih dewasa daripada penampilan dan umurnya. Kalau besar nanti, semoga kau menjadi menantu para orang besar, wahai putri kecilku. "

Ketika nenek itu berkata begitu, ibuku dengan nada ketus membelai rambutku, "Aisyah masih suka bermain dengan boneka-bonekanya. Banyak sekali boneka di kamarnya. Kalau terus seperti itu, dia takkan pernah tumbuh dewasa. Meskipun tumbuh dewasa, kakek dan ayahnya takkan memberikan dia sebagai menantu kepada siapapun. Tetun Bani Tamim sangat mencintai anak perempuan yang pintar ini. "

Nenek bicara seakan-akan mulutnya penuh mengunyah buah kenari Dia terdengar mengeluarkan suara, "Kalau begitu, jangan lupa ini. Cip cip cip..... Dua hal jangan lupa biarkan dihafal, baik dengan telinga maupun hati. Yang pertama adalah pendengaran. Ya, cip cip cip.... Hanya orang yang mendengar dengan kebenaranlah belajar dan tahu. Cip cip cip.... Yang kedua dan lebih penting ialah semua yang kita pelajari dengan mendengar hanya tak akan terlupakan bila diukir di dalam hati. Ya, cip cip cip.... Jadi, agar jangan lupa, kita harus melakukan itu. Jika mengerti betul atas apa yang didengar, kita takkan pernah lupa. Ya seperti itulah maknya, wahai gadis mungil. "

"Ayah bilang bahwa ia tak pernah lupa dengan puisi-puisi yang didendangkan seorang tua bijaksana dari suku Azd di Yama ketika baru saja kembali, "ucapku.