Mungkin satu pekan atau satu bulan cerita-cerita dari perjalanan ayahku ini akan selesai. Bani Tamin akan menceritakan air terjun kami di Mekkah. Kakek-kakek kami terkenal dengan kedermawanan nya. Dari Damaskus sampai Yaman, mereka banyak menempuh perjalanan perdagangan.
Dari Jeddah sampai ke laut-laut yang tak pernah mereka tahu.
Dari setiap kali perjalanan, mereka akan kembali dengan pengetahuan baru, dengan keterangan baru dari dunia-dunia baru.
"Tamin adalah pusat pangeran-pangeran dermawan padang pasir, " ucap para pengembara yang datang ke Mekkah. Garis keturunan merupakan hal paling penting dan pengetahuan paling berharga yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Di Mekkah, di antara keluarga yang sangat mementingkan harga diri, diam-diam terjadi persaingan tersembunyi. Dari kekayaan sampai perlindungan agama. Belum lagi soal keunggulan sastra, khususnya di antara para suku yang suka membesar-besarkan persaingan dalam hal syair. Itu semua tampak seperti usaha aneh demi membangun nama baik yang dirasakan dalam setiap hal.
Benar, soal keunggulan terkait padang pasir, kekuatan mungkin berarti segala-galanya. Meski demikian, memaksakan kekuatan atau menonjolkan keunggulan kekayaan duniawi dengan tanpa perhitungan pun terjadi di Mekkah. Misalnya soal kedermawanan, keramahan, pengetahuan, dan kepercayaan. Belum lagi keadilan yang tak bisa dijual dengan uang. Bani Tamim kerap disebut "para pelindung padang pasir yang berwibawa. "
Ketika tiba di perkampungan Bani Umayyah, mereka pun melakukan perjalanan dengan serupa seperti yang ayah dan kakekku lakukan. Kadang-kadang, keuntungan yang mereka dapatkan malah lebih unggul. Namun Bani Umayyah juga terkenal sebagai suku yang berbahaya. Mereka tampak menakutkan hati, terutama dari persaingan di antara mereka sendiri dan ketakutan dari kaum miskin. Sebaliknya, ketika Bani Tamim disebut, wajah orang-orang langsung dipenuhi senyum bahagia. Bani Tamim ialah nama suku kami. Bani Tamim dikaitkan dengan harapan keadilan bagi orang-orang tak mampu maupun para yatim. Adab paling unggul yang kami pelajari dari ayah-ayah kami terdahulu ialah melindungi dan membantu orang-orang miskin, para yatim, yang tak memiliki siapa-siapa, pengembara dan murid-murid.
"Karena itulah Tamim mendapatkan banyak keberuntungan, " ucap kakekku, Abu akuhafa. "yang kami lakukan hanya untuk kasih sayang dan rahmat. Jangan pernah lupa, jangan pernah bercampur dengan keburukan. Jamulah mereka sehingga pun menjamu kalian. "