[Joseon, Spring 1484]
Kini Pangeran Mahkota Ho sedang bermain dengan 4 orang teman dekatnya. Mereka siapa lagi kalau bukan Lee Jonghyun, Wang Yong, Eun Jungshin, dan Kim Myungsoo. Mereka berlima berjalan di taman istana bak para boyband yang lahir di era joseon, mereka memiliki kharisma dan ketampanan masing- masing.
Pakaian yang mereka kenakan jelas berbeda- beda mengingat jabatan dan posisi mereka berbeda di istana.
Lee Jonghyun dan Wang Yong yang merupakan pangeran memakai pakaian pangeran pada umumnya yaitu pakaian Pria kalangan atas dengan warna cerah masing- masing. Sedagkan Myungsoo mengenakan pakaian layaknya para pelajar yaitu putih-biru muda, lalu Eun Jungshin memakai seragam pengawal biru dongker yang mana tampak gagah jika Ia mengenakan seragam tersebut. Namun Jungshin jika di luar istana akan memakai pakaian serba hitam saja.
"Seja Jeoha, kau kan sudah beristri dan melakukan malam pertama. Saya penasaran dengan malam pertama Anda!" ujar Yong sembari menaikan kedua alisnya.
Ho hanya tersenyum simpul sembari memegangi dagunya.
"Seja Jeoha akhirnya kau menjadi Pria yang sesungguhnya setelah resmi membina hubungan dengan Pingung Mama...." Jonghyun ikut meledek.
"Jeoha, kau harus membagi resep malam pertamu!" ujar Wang Yong lagi.
Sementara Jungshin dan Myungsoo menatap air kolam dan tak ikutan menggoda Ho.
"Jungshina, myungsooya..." panggil Yong.
Mereka berdua pun menengok.
"Waeyo Hyungnim?" tanya Jungshin.
"Kalian kelak kalau beristri tidak akan kagok, ayo dengarkan cerita dari Seja Jeoha!" ajak Jonghyun.
"Myungssooya.... kau tak mau dengar?" tanya Jungshin ketika Jungshin membalikan badannya.
"Animida! Aku otodidak saja kalau nanti menikah, tak ada gunanya juga mendengar cerita seperti itu!" ujar Myungsoo yang mencoba memberi makan ikan di kolam tersebut.
"Kau ini... Baiklah!" Jungshin pun tak ingin memaksa. Ia menghampiri 3 rekannya tersebut.
"Jadi..."
"Jadi apa Jeoha?" tanya Yong penasaran.
Ho masih tersenyum dengan coolnya "Jadi aku dan Pingung sudah sampai..."
Myungsoo memelototi Ho ketika Ho mulai bercerita.
"Aku dan Pingung..."
Myungsoo nampak tak senang mendengar cerita Ho.
"Kami hanya bermain petak umpet saja!"
"Hah? Maksud Anda?" Yong memincingkan matanya.
"Yong Samcheon, kau tak perlu sepenasaran ini dengan ceritaku! Kau sendiri sudah sering bermain ke gibang dan bermai dengan wanita disana buat apa menanyakan malam pertamaku dengan Pingung? Aku yakin ini sama sekali tak ada apa- apanya."
Myungsoo pun mendekati Keempat kawannya tersebut.
"Seja Jeoha... Pingung Mama adalah wanita baik yang kuharap kua bisa bahagiakan dia selamanya..." ucapan Myungsoo itu benar- benar membuat ketiga temannnya tertegun.
Ho pun memincingkan matanya. "Myungsooya... apa urusannya Pingung denganmu? Dia adalah istriku sekarang, sudah pasti dia akan bahagia karena tahta ratu Joseon sudha ada di genggamanya." Ia menatap licik Myungsoo.
Myungsoo pun tak bisa berkata apapun, Ia hanya menatap balik Ho dengan tatapan yang tajam.
**
Tahun ini Lee Ho baru akan menginjak usia 18 tahun, jiwa mudanya tentu sangat bergejolak. Ia sangat tak bisa diam di istana, Ia selalu mencari celah untuk bisa keluar istana tanpa sepengetahuan banya orang di dalam istana.
Lee Ho baru saja pulang dari luar istana, sebenarnya Ia masih ada keperluan namun karena hari ini adalah hari penting yaitu hari kunjungan rutinnya mengunjungi Ibunya, sang Permaisuri maka Ia pun memutuskan pulang lebih awal ke Istana.
Lee Ho berjalan di depan paviliun istana Sejabin.
Ia menjemput Sejabin untuk menghadap Jungjeon bersamanya. Tak lama Sejabin pun keluar dari paviliun istananya.
Selama ini Sejabin Park Eunbin sudah sering sekali menyelamatkan Ho agar sampai Ho tidak ketahuan Raja dan Permasuri jika Ia baru saja keluar istana diam- diam dan tanpa ijin.
Eunbin dan Ho bisa dibilang belum sepenuhnya resmi menyandang suami- istri karena mereka belum melakukan hubungan suami- istri walau mereka sudah menikah selama 2 tahun.
Sejabin Park Eunbin pun berjalan bersebelahan dengan Lee Ho. Sementara para kasim dan juga dayang Sejabin Eunbin berjalan berbaris beriringan.
Nampak ekspresi Lee Ho sangat datar dan tak bersahabat kepada Eunbin.
Eunbin takut ingin menanyakan sesuatu kepada Lee Ho walaupun Lee Ho adalah suaminya sendiri.
"Pingung..." tiba- tiba Lee Ho memanggil Eunbin dan menoleh ke sebelahnya.
"Ne, Jeoha..." jawab Eunbin dengan nada merendah.
"Kudengar kau membantu memberikan para sangmin di Utara obat- obatan guna mengobati wabah cacar di Utara?" tanya Lee Ho dengan senyuman yang lebar terpatri di wajah tampan dan berwibawanya.
Eunbin tertegun. "Ani... ANIMIDA... Ini bukanlah hal yang patut dibesar- besarkan, sudah tugas saya sebagai Sejabin untuk peka dengan keadaan rakyat terlebih wabah cacar sudah semakin parah melanda di Utara."
"Keundae Sejabin, kamsahamnida... Aku sangat berterimakasih atas kepedulianmu itu kepada rakyat. Sejujurnya aku malu seharusnya aku yang bertugas mendistribusikan obat- obatan itu, bukan kau. Tugasmu utamanya ada di rumah tangga istana bersama Eomma Mama dan Daebi Mama." Mereka tetap berjalan beriringan dan smakin cepat.
Sejabin Eunbin hanya bisa menunduk saja. Batin Eunbin. Ini antara pujian dan sindiran dari Seja Jeoha. Dia menyindirku yang tak bayak membantu di rumah tangga istana, namun Ia juga memujiku karena apa yang kulakukan untuk rakyat.
Mereka pun akhirnya sampai di paviliun Istana Ratu.
"Umumkan kedatangan kami!" perintah Ho.
Kasim Hong, kasim terpandang yang bertugas mengawal Pangeran Mahkota Le Ho menunduk sembari mengangguk. "Seja Jeoha tiba! Pingung Mama tiba!" ujar Kasim Hong.
Mereka pun masuk ke dalam istana Ratu yang biasa disebut Gonjeon.
Sang Junjeon telah duduk di pelataran singgasananya.
Ho memberi salam kepada Ibunya tersebut. "Eomma Mama, semoga kau selalu sehat!" ujar Ho.
"Ne, Eomma Mama... aku berharap kau sehat selalu." Eunbin ikut menimpali suaminya.
Junjeon tersenyum melihat menantu dan dan Putranya ada di depannya.
"Kamsahamnida. Aku sangat senang dengan kedatangan kalian disini. Saya mau membicarakan sesuatu hal yang penting kepada kalian berdua."
Eunbin mengangguk dan dengan percaya diri Ia mengajukan pertanyaan. "Eomma Mama, saya selalu berharap Eomma Mama membagikan segala pikiran dan uneg- uneg Anda kepada saya maupun Jeoha, kami ingin sekali mendengarkan Anda, Eomma Mama."
Ho hanya terdiam dan tak membalas apapun.
"Jeoha, Sejabin... kalian berdua sudah menikah selama 2 tahun. Eomma Mama rasa sudah lebih dari cukup waktu perkenalan kalian, usia kalian juga sudah cukup matang yaitu sudah mencapai 18 tahun. Eomma Mama ingin sekali menimang cucu dari kalian." Ia mengembangkan senyum dengan anggung, tanpa menampakan giginya sama sekali.
Ho hanya menampakan ekspresi datar.
Eunbin hanya menunduk saja.
"Jadi, Eomma Mama ingin menentukan tanggal malam pertama kalian agar Sejabin bsia langsung hamil saat malam pertama kalian. Kalian berdua tidak keberatan bukan?"
**
*Junjeon= Permaisuri Raja
*Pingung= Panggilan Putri Mahkota
*Eomma Mama= Panggilan Ibu oleh anak-anak Raja dan Pemaisuri
*Jeoha= Yang Mulia (digunakan untuk pnggilan Putra Mahkota)
*Sejabin= Putri Mahkota (sebutan)