Chereads / Moonsun: Lost in Joseon / Chapter 25 - 7. Batu Sialan

Chapter 25 - 7. Batu Sialan

Soobin's POV

Benar- benar membuat kesal saja si Yoon itu! Huh! Enak aja dia pikir Aku depresi! Kurang ajar! Siapa yang depresi? Dia tuh ngaco! Mana ekspresi muka dia tuh datar banget kaya Derell. Kok Dia mirip banget sih sama Derell? Sial banget sih Aku bisa nyasar ke jaman antah barantah!

Aku hanya berjalan mondar- mandir di dalam hanok sembari terus menggerutu. Ini tuh ga bisa dibiarkan, Aku harus mencari cara agar kembali ke tahun 2013.

Batu giok ini? Ia pasti semua ada hubungannya dengan batu giok sialan ini!

Aku pun melempar- lempar batu giok berwarna hitam ini.

Kamu harus banget ya nyusahin?

Aku pun sudah tak bisa menahan kegeramanku. Aku pun melemparkan batu giok tersebut ke arah pintu.

PLETAK!

Aku menggigit bibirku. "A... Cheosonghaeyo..." Ternyata Yoon masuk dan lemparanku tepat mengenai kepala Yoon. Aku pun merasa bersalah sehingga buru- buru minta maaf. "Yoon Aku minta maaf ya... Aku tidak sengaja..."

Yoon malah memandangiku. "Aku tidak apa- apa kok. Kau sendiri bagaimana? Masih pusing?"

"Yoon, Aku minta maaf." Aku masih tidak enak karena kelakuanku sendiri.

"Iya, kan aku udah bilang aku tidak apa- apa."

"Sini aku lihat kepalamu." Aku pun mencoba meraih kepala Yoon.

Yoon malah menghidariku. "Jangan Soobina..." Ia pun mengelak tanganku dengan sigap.

Aku masih merasa bersalah. "Yoon, Aku Cuma mau ngecek apa kepalamu benjol atau enggak? Kalau luka atau benjol nanti aku obatin."

"Tidak, ini tidak sakit sama sekali. Yang penting batu gioknya tidak sampai hancur."

Batinku. Yoon aneh banget malah mengkhawatirkan batu gioknya sih? Padahal kepalanya jauh lebih berharga.

"Beneran ga sakit sama sekali?"

"Tidak!"

Aku pun merasa lega. "Yaudah kalau begitu."

"Soobina, ini aku ada bawa obat- obatan tradisional. Ada daun pinus, akar tumbuhan herbal, tinggal ditumbuk jadi satu lalu dicampur air hangat maka bisa diminum."

"Obat apa ini?" tanyaku curiga.

"Obat ini sangat mujarab untuk macam- macam penyakit."

"Penyakit apa saja?"

"Merileksasi tubuh, menurunkan demam, meningkatkan konsentrasi, meningkatkan energi, dan... menenangkan pikiran."

Aku menghembuskan nafas dengan tidak santai. "Ya... jadi kau masih menganggapku gila?"

Yoon menggeleng. "Coba nanti aku racikan semua ramuannya dan Kau meminumnya, kita lihat apakah benar khasiatnay seperti itu?" Yoon pun berdiri.

Aku pun buru- buru menahan Yoon. "Yoon!" Aku pun menarik tangan Yoon

Yoon pun malah menangkap tubuhku. Kini Aku ada di pelukan Yoon. Aku terkejut bukan main. Aku bisa melihat wjah Yoon berubah merah.

Seperkian detik kemudian, Ia buru buru melepaskan pelukannya.

"Maaf Soobina... Maaf Aku sudah lancang menyentuhmu!" ujarnya.

Aku kaget. Padahal kan aku duluan yang menyentuhnya, bukan dia. Aku tahu, dia tadi hanya refleks saja menangkapku karena mungkin Aku bisa saja dibanting olehnya.

Aku menggeleng. "Aku tidak apa- apa kok."

Yoon berusaha menutupi wajahnya dengan menengok ke kiri dan ke kanan. Namn Aku masih bisa melihat wajahnya yang memerah. Wajah Yoon ini mengingatkan ksatria di jaman joseon yang sellau digambarkan di drama, yang tampan, gagah, berani, dan sangat sopan. Kupikir orang seperti itu hanya digambarkan di drama saja. Tapi ternyata ini benar- benar ada di hadapanku orang seperti itu.

"Yoona... Ku bilang tidak usah, Aku nanti sendiri yang meraciknya. Yang kubutuhkan kini adalah teman bercerita."

Yoon pun hanya berdiri saja.

"Aku akan mendengarkan Kau bercerita. Maaf Soobina karena Aku terlalu khawatir padamu maka Aku ingin kau cepat sembuh."

"Tidak, tidak masalah. Aku senang kok kalau kau perhatian kepadaku." Aku tersenyum. "Yoona... terimakasih ya..."

"Aku akan mendengarkanmu bercerita. Kali ini, Aku janji akan mendengarkannya dengan serius."

Aku pun mulai menceritakan siapa diriku dan dari mana asalku. Aku melihat Yoon memasang ekspresi datar saat aku bercerita tapi tetap menyimak dengan baik ceritaku.

"Benarkah ada hal yang sangat menakjubkan seperti itu di masa depan?" tanya Yoon yang penasaran.

"Ne... dengan internet, orang tidak akan pernah ketinggalan informasi dari belahan dunia bagian manapun. Lalu ada alat yang bernama HP yang juga tadi fungsinya sangatlah serbaguna." Aku menjelaskan alat- alat yang ada di abad 21.

"Sejujurnya aku tadinya meragukanmu namun mendengar ceritamu..." Yoon berhenti sejenak.

"Kau masih mengira aku orang gila?" Aku menyipitkan mataku.

Yoon menggeleng. "Tidak. Lalu kemana Soobin yang asli jika yang di depanku bukanlah Soobin? Dan bagaimana kau bisa menjadi penjelajah waktu seperti ini?"

Aku pun mengangkat kedua tanganku. "Aku tidak tahu kemana Soobin yang asli, bisa jadi Dia ada di tubuhku di abad 21 dan kini kita sedang bertukar posisi. Mungkin ya... Lalu mengenai bagaimana aku bisa disini? Aku yakin jika ada hubungannya dengan batu giok sialan ini!" Aku pun memelototi batu giok hitam di depanku itu.

"Jangan Soobina... Maaf namamu susah sekali dieja. Siapa tadi E...?"

"Eclaire."

"E-kere?"

"Sudahlah, panggil aku Soobin. Lupakan saja nama asliku! Aku ingin menghancurkan batu ini saja rasanya!"

Yoon pun buru- buru mengambil batu giok tersebut. "Jangan Soobina..."

"Kenapa? Mungkin saja aku bisa kembali jika kubakar batunya."

"Dengarkan Soobina... Aku akan memberiathukanmu soal batu giokmu ini."

"Jadi ini batu giok punya Soobin asli?"

Yoon mengangguk.

"Ini adalah batu giok yang memiliki kekuatan magis yang tidak biasa."

Aku terkejut. "Ah... yang benar?"

"Aku juga punya." Yoon mengeluarkan batu giok berwarna putih dari lengan bajunya.

Aku takjub melihat batu giok Yoon yang seperti marmer.

"Semua orang punya?"

"Tidak! Batu giok ini sendiri yang memilih siapa majikannya. Soobin sudah memiliki batu giok itu dari dia kecil sedangkan Aku baru memilikinya dua tahun yang lalu. Tapi batu giokmu nampak bukan batu giok yang biasa aku lihat."

"Aneh kenapa?

"Aku yakin sekali jika dulu batu gioknya ada tempelan mutiara yang cantik tapi kemana ya? Kok sudah tidak ada?"

Aku menggeleng. "Dari pertama Aku melihatnya ya begini. Tidak ada tempelan mutiaranya."

"Aneh sekali!"

"Sekarang gilirna kau menceritakan sesuatu mengenai Soobin. Mulai sekarang aku kan harus menjalani hidup sebagai Soobin maka Aku harus tahu siapa Soobin yang sebenarnya dan mengapa dia bisa sampai pingsan kemarin?" todongku.

Yoon pun mulai bercerita. "Soobin itu adalah seorang gadis yang berasal dari kalangan yangban namun karena aturan Delapan lima yang mana yang menerapkan peraturan agar para rakyat cheonmin yang berstatus budak tidak diberikan uang kompensasi atas penghapusan status mereka sebagai budak. Ayahmu diduga menghasut perdana mentri saat Kim Pilmo untuk menolak peraturan delapan lima tersebut. Ayahmu juga dituduh menggalakan provokator mengganti sistem pemerintahan. Partai Noron yang telah berhasil menangkap Ayahmu yang notabene netral dari semua partai dan Mereka menghukum mati Ayah dan Ibumu. Lalu Kakak- kakamu dibuang ke pengasingan."

Aku pun mau menangis mendengar cerita sedih keluarga Soobin.

"Lalu kenapa Soobin tak dibuang juga ke pengasingan?"

"Soobin bertemu dengan Nyonya Moon, pemilik sebuah gibang dan rumah bagi para gisaeng."

Aku memincingkan mataku. "Nyonya Moon?"

"Kau selama ini tinggal dengan Nyonya Moon. Ia sangat menyayangimu sejak kecil namun ternyata Dia malah memanfaatkanmu untuk berbuat yang tidak baik."

**

Yangban= aristokrat/orang terpandang

Cheonmin= rakyat miskin yang bekerja sebagai buruh, juga keluarga budak

**