Chereads / Moonsun: Lost in Joseon / Chapter 27 - 9. Kata- Kata yang terngiang- ngiang

Chapter 27 - 9. Kata- Kata yang terngiang- ngiang

Soobin menata rambutnya dengan bantuan pelayannya yang bernama Yeori.

"Agashi, Aku sangat mencemaskanmu. Syukur sekali Kau tak apa- apa." Ia membantu Soobin memakai chimanya sembari membantu mengaitkan hiasan rambut di kepala Soobin.

"Yeoriya, dari mana asalmu? Kenapa Kau bisa menjadi pelayanku?"

Yeori sangat terkejut dengan pertanyaan Soobin.

"Agashi, Kau lupa dengan hamba?" Yeori nampak sangat terpukul.

Soobin berusaha menjai normal sesuai dengan masanya. "Kepalaku agak terguncang akibat sakit yang kuderita. Maaf ya jadi Aku melupakanmu."

Yeori dengan refleknya memeluk erat Soobin. "Agashi, cheongmal mianhamnida... Aku tak ada di sisimu saat Kau sdang sakit, Aku benar- benar merasa bersalah tak bisa merawatmu saat sakit. Mianhamnida Agashi..." tangisa Yeori mendadak pecah.

Soobin mencoba menenangkan pelayannya tersebut. "Kwaenchana... kwaenchana... u... Jangan menangis, Aku sekarang sudah sangat sehat. Tak perlu ada lagi yang dikhawatirkan. Jangan menangis ya Yeori..."

"Agashi, Aku harus pergi selama sebulan ke kampung halamanku di Jeonju karena Kakakku baru saja menikah, acara pernikahannya diadakan sangat megah dan Aku sebagai adikya juga harus hadir sehingga Akau meninggalkan Agashi disini sendiri." Yeori masih sesenggukan.

Soobin mmbantu Yeori menghapus air matanya. "Sudah ya jangan menangis. Yang peting kini Aku sudha baik- baik saja."

Soobin menenangkan pelayannya yang sangat khawatir dengan keadaannya tersebut.

"Agashi, Kau dan Pengawal Yoon kan juga akan menikah, Aku setidaknya akan sedikit lega karena Kau akan ada yang menjaga sbentar lagi."

Soobin terkejut bukan main. "Apa katamu? Siapa yang akan menikah?" Ia masih syok dengan ucapan Yeori.

"Soobin Agashi dan Yoon Naeuri sebentar lagi akan menikah..." Yeori merasa kebingungan karena Soobin tak mengetahui pernikahannya sendiri.

"Andwae!" tegas Soobin. "Yeoriya... itu tidak benar sama sekali! Tidak ada yang akan menikah!"

"Agashi... Aku mengerti, Kau masih belum sehat sepenuhnya sehingga Kau perlu persiapan lagi untuk menghadapi pernikahanmu sendiri." Yeori berdiri mengambilkan Nonanya tersebut segelas air putih dan obat. "Kau harus teratur minum obatnya, Agashi."

"Yeoriya... keugae anira... Bukan begitu, Shireun... (Sebenarnya) Na..." Soobin pun mengurungkan niatnya memberitahukan yang sebenarnya mengenai siapa sebenarnya dirinya.

"Agashi, diminum dulu obatnya." Yeori menyodorkan semangkuk obat dan segelas air putih.

"Kamsahamnida..." Soobin pun menenggak obat tersebut dan meminum airnya.

"Agashi, Kau jangan khawatir ya soal kesehatanmu. Yeori yakin jika Agashi akan segera pulih seperti semula," ujar Yeori dengan mata berapi- api.

Soobin pun terkejut melihat tatapan Yeori yang sangat bersemangat tersebut. Ia pun hanya mengangguk.

"Keundae... Yeoriya... berapa umurmu sekarang?"

"Aku setahun lebih muda dari Agashi... 16 tahun."

"Aku 17 tahun?"

"Agashi, Kau tidak ingat berapa usia sendiri?"

"A... Aniya..." Soobin berusaha tetap tenang dan mencoba membaca situasi agar pelayannya tak mencurigai sesuatu.

"Aku akan ada di sampingmu sampai Kau benar- benar pulih dan tak akan kemana- mana lagi, Agashi."

"Yeoriya, bagaimana Kau bisa menjadi pelayanku dulu?"

Yeori terkejut. "Agashi... jika Kau lupa, baiklah Aku akaqn menceritakannya supaya Kau ingta kembali mengenai hal itu. Siapa tahu ingatanmu bisa pulih jika Aku mnceritakan awal pertemuan Kita."

Yeori pun mulai menceritakan awal pertemuannya dengan Soobin.

"Di malam yang sangat sunyi, saat salju yang tebal menerjang, Aku sendiri di pinggir jalan menuju Hanyang. Aku dalam keadaan kelaparan, tak beralas kaki, tak memakai baju yang cukup tebal menghadapi badai salju, Aku terluntung- lantung di jalan tersebut sendirian. Namun Aku berpapsan dengan gadis muda yang berpakaian cantik dengan senyumnya yang khas yaitu Soobin Agashi."

Yeori matanya berkaca- kaca mengenang pertemuan pertamanya dengan Soobin 5 tahun atau 6 tahun yang lalu.

"Arasso... Yeori, jangan menangis ya..."

"Ne, Agashi... Maaf Aku membuatmu melihatku meneteskan air mata, tidak seharusnya Aku menunjukan air mataku."

"Keundae Yeoriya... Aku pikir 17 tahun masih terlalu dini untuk menikah, bukan begitu?" tanya Soobin sekali lagi.

"Animida Agashi... 17 tahun itu sudah sangat cukup untuk menikah, bahkan 15 tahun juga sudah lumrah menikah."

Soobin langsung mengernyitkan dahinya. "15 tahun? Itu sama saja pernikahan anak di bawah umur yang melanggar hukum! Tidak bisa dibiarkan!"

"Agashi..." Yeori nampak kebingungan melihat sikap Soobin. "Maksudnya apa? Hukum apa yang dilanggar?"

Soobin pun berdeham. "Mian..." Ia berusaha kembali bersikap normal dan menganggap seakan- akan memang tinggal di era Joseon. "Hukum yang berlaku di masa depan."

Yeori hanya tercengang saja.

"Suda, sudah... tidak usah dipikirkan apa kataku." Soobin menutup percakpannya. "Dimana Yoon?"

"Yoon Naeuri mungkin sedang di istana sekarang."

"A... begitu ya? Baiklah... Aku akan menunggunya tapi sembari menunggunya, Aku merasa bosan hanya disini saja. Aku ingin jalan- jalan keluar!"

"Agashi, jangan... Anda belum pulih. Sangat bahaya kalau Anda pergi jalan- jalan keluar!" cegah Yeori yang sangat khawatir.

"Yeoriya... Aku hanya akan semakin stress jika terkurung disini."

"Seteres?" Yeori tak mengerti.

"Semakin panik, semakin tertekan...." Soobin menjelaskan kembali kata- kata asing yang mungkin tak dimengerti dengan bahasa pada jaman dulu.

"A... Anda merasa tertekan? Yeori mengerti maksud Anda, tapi..."

"Yeoriya... Kau kan bisa menemaniku keluar, Kau bisa tetap menjagaku saat jalan- jalan keluar."

"Shireun (Sebenarnya)..." Yeori nampak ragu.

"Wae? Sebenarnya apa?"

"Yoon Naeuri sudah menugaskan Saya agar Agashi tak kemana- mana."

"Tuanmu itu, Aku atau Yoon?" tanya Soobin lagi.

"Nae... Nae... Tentu, Anda, Agashi..."

"Ya sudah, kalau begitu abaikan apa yang dikatakan Yoon!" tegas Soobin.

"Baiklah Agashi... Aku akan menurutimu." Yeori nampak pasrah menurut apa kata Soobin.

Soobin nampak gembira karena akhirnya Dia bisa keluar dari rumah untuk menghirup udara bebas di luar.

**

Ho melancarkan misinya mencari Sang Guru, yaitu Guru Oh yang merupakan Guru kesayangannya dalam belajar sastra. Ia keluar istana bersama teman- temannya, siapa lagi kalau bukan Yong, Jonghyun, Myungsoo, dan Jungsin.

Mereka berlima menyamar mengenakan pakaian ala Pria- Pria dari kalangan Yangban biasa. Yang paling mencolok tak pernah mengenakan baju berwarna cerah adalah Seja yang memilih hanbok berwarna biru dongker sebagai warna hanbok andalannya, sedangkan Jonghyun sangat tampan dengan pakaian ala pendekar berwarna hitam, tak lupa rambutnya digerai dengan ikat kepala berwarna hitam melangkar di kepalanya.

Sedangkan Yong, Myungsoo, dan Jungshin mengenakan hanbok berwarna cerah seperti berwarna hijau, biru langit, dan ungu.

Perjalanan mereka tentu sangat panjang. Mereka menunggangi kuda Mereka masing- masing untuk mencapai ke Kaki Gunung Wonjo yang jaraknya bisa mencapai ratusan kilometer dari Pusat Ibukota Hanyang.

Mereka berlima sudah merasa kelelahan sehingga Merekaw memutuskan beristirahat di sebuah kedai yang terletak di pinggir sebuah desa.

Kedai tersebut dipenuhi oleh orang- orang yang berpakaian layanknya rakyat cheonmin karena rata- rata Mereka berpakaian lusuh.

Mereka pun turun dari kuda Mereka masing- masing dan menali kuda Mereka di tempta penitipan kuda yang ada di sebelah kedai tersebut.

Mereka berlima duduk di sudut pojok kiri di kedai tersebut.

Yong memesan minuman dan makanan untuk Mereka.

Ho nampak dengan hati- hati menatap orang- orang di sekitarnya. Ia tentu tak boleh sembarangan di tmpat umum, apalagi jika ada yang mengenalinya jika Ia adalah seorang Putra Mahkota, calon Raja.

"Kau tak usah khawatir, Kita sudah berada jauh dari Hanyang. Tak mungkin warga di desa ini ada yang mengenali Anda.. Cheo..." Myungsoo berdeham. "Hosan..." Ia meledek Seja dengan memanggilnya Hosan, pelesetan dari nama aslinya yaitu Ho.

"Kau harus hati- hati Myungsooya..." Ho nampak tak terlalu suka dengan bercandaan Myungsoo. Hati Ho sebenarnya sedang terlalu baik. Entah mengapa Ia memikirkan apa yang dikatakan oleh istrinya, biasanya Ia tak pernah mempedulikan apa yang istrinya katakan dan hanya menganggapnya angin lalu. Hari dimana Ia akan pergi, Eunbin berpesan kepada dirinya agar tetap menjaga tubuh, pikiran, dan hatinya.

"Jeoha... Mohon Anda tetap menjaga tubuh, pikiran, dan hati Anda..." Kata- kata Eunbin terus terngiang- ngiang di pikiran Ho.

**