Chereads / Moonsun: Lost in Joseon / Chapter 23 - 5. Istri di atas Konstitusi

Chapter 23 - 5. Istri di atas Konstitusi

Siang yang hangat, matahari menyinari bumi joseon. Musim panas yang memekikan isi bumi joseon ini rasanya tak terasa bila diisi dengan kegiatan bermanfaat salah satunya adalah belajar. Putra Mahkota Lee Ho sedang belajar di istananya, donggung.

Sang Putra Mahkota atau biasa disapa Ho Seja, memang harus belajar setiap hari. Sebagai calon Raja, Ia tak boleh kelewatan satu ilmu pun, mulai dari sejarah, sastra, ilmu pemerintahan dan politik.

Ia sudah biasa dijejali buku- buku tebal sejak kecil karena itu adalah kewajibannya menuntut ilmu. Ia adalah calon pemimpin di Joseon ini.

Hari ini amat berbeda dari sebelumnya karena sang guru sastra yang biasanya mengajarinya kini diganti oleh asisten dari gurunya.

"Guru Oh kapan kembali dari kuil Haebak?" tanyanya penasaran.

"Baru minggu depan Seja Jeoha."

"Kuil Habaek itu dimana memangnya?

"Adanya di sebelah barat, ada Gunung yang bernama Wonjo. Kuil Haebak berada di kaki gunung Wonjo."

"Baiklah..."

Akhirnya pelajaran pun selesai.

"Hamba pamit dahulu Seja Jeoha."

Seja hanya mengangguk. "Silahkan!"

Ia kemudian memanggil kasimnya. "Kasim Hong..."

Tak lama Kasim Hong langsung mencul di hadapan Seja.

"Iya Seja Jeoha, ada yang bisa Hamba bantu?"

"Kau berasal dari Barat kan Kasim Hong?"

"Iya benar," jawab Kasim Hong sembari menunduk.

"Kau tahu dimana Gunung Wonjo?"

"Ia tentu saya tahu... Kuil itu sangat terkenal di daerah saya."

"Kalau perjalanan dari Istana kesana berapa lama jarak tempuhnya?"

"Bisa enam sampai tujuh hari jika berkuda, Seja Jeoha... Ada apa Seja Jeoha? Mengapa bertanya mengenai kuil Haebak?"

"Oh... tidak apa- apa..."

Seja Jeoha pun menyuruh kasimnya keluar.

"Jauh juga ternyata," gumamnya pada dirinya sendiri.

Seja mengambil selembar kertas yang tergulung. Kertas tersebut masih putih bersih, belum ada bekas noda setitik pun. Kertas itu pun digelar di mejanya.

Lalu, Ia pun lalu mengambil kuas dan tinta hitam.

Ia menuliskan sebuah pesan.

Dear Jonghyun Hyungnim,

Aku butuh asupan energi sehingga harus menghirup udara bebas.

Temani aku keluar istana ketika matahari tepat setinggi satu tombak.

Kutunggu kau di depan Daegan

Pesan tersebut digulung dan diikat dengan tali yang terbuat dari rotan lalu Ia pun meminta Kasim Hong mengantar pesan tersebut ke Istana Jonghyun.

**

Seja sudah tiba di depan Daegan dengan perlengkapan pakaiannya keluar istana. Seperti biasa. Kasim Han yang membantu mempersiapkan semuanya.

Jonghyun pun akhirnya tiba di depan Daegan.

"Seja Jeoha..." Jonghyun menunduk memberi hormat kepada sepupunya tersebut.

"Jonghyun Hyungnim, mataharinya sudah ada di tepat di atas kepala."

Jonghyun tersenyum. "Maaf..."

"Sudah biasa."

"Kau pasti punya rencana ya makanya mengajak kita keluar istana hari ini?"

"Pastinya."

Tiba- tiba keluarlah Wang Yong dari dalam Daegan.

"Pelit sekali mereka memberi info!" gerutunya.

"Yong Samcheon!" sapa Seja.

Yong pun menundukan kepala memberi salam pada Seja. "Seja Jeoha."

"Yonga, kau sedang apa di dalam?"

"Biasa..." Wajah Yong hanya tersenyum penuh teka- teki.

"Paling juga mencari tahu rumah gisaeng yang ditaksirnya!" sahut Jonghyun.

"Gisaeng itu juga wanita, mereka perlu dilindungi dan dijaga," ujar Yong.

"Coba, kalau berani jadikan gisaeng itu istrimu!" tantang Jonghyun.

"Itu sepertinya susah... Bukannya tidak mau, tapi kasihan nanti wanita itu karena harus mengalami tekanan dari strata sosial."

"Aku tak percaya, bilang saja jika kau takut dicoret dari silsilah keluarga!" balas Jonghyun.

"Sudah- sudah, ayo kita berangkat keluar sekarang!" ujar Seja.

"Iya benar, Jungshin dan Myungsoo pasti kini telah menunggu."

Mereka pun berangkat keluar istana.

Seperti biasa, Seja menyamar agar tak dikenali para punggawa kerajaan yang berjaga.

Mereka tidak berjalan beriringan agar tak dicurigai. Taktik mereka selalu berhasil mengelabui penjaga saat keluar istana. Seja sudah bertahun- tahun, kalau ada waktu selalu menyempatkan diri keluar istana.

Dia benar- benar sangat peduli dengan kehidupan sosial calon rakyat yang dipimpinnya kelak. Keempat temannya sudah seperti belahan jiwa baginya.

Jonghyun dan Yong tinggal di dalam istana, sedangkan Myungsoo dan Jungshin tinggal di luar istana.

Jungshin dan Myungsoo biasnya diberi pesan oleh Jonghyun jika Seja ingin pergi keluar sehingga mereka sudah siap- siap pergi bersama.

Mereka pun berjalan- jalan di tengah kota Hanyang.

Seja pun melihat seorang Ibu- Ibu penjaja aksesoris. Ia melihat norigae- norigae yang dijualnya.

Ibu tersenyum kepada Seja. "Silahkan, Naeuri dipilih norigaenya... Mungkin kau berikan untuk istrimu."

Seja tersenyum. "Ahjumma, aku mau norigae yang ini." Ia menunjuk sebuah norigae berwarna dasar merah muda. Dengan tali yang juga berwarna merah muda. "Derapa harganya?"

"Dua nyang saja, Naeuri!"

Seja pun mengeluarkan kepingan uang logam dari lengan bajunya yang lebar. Koin logam tersebut dikaitkan dengan seutas tali yang disangkutkan ke lubang tengah uang logam tersebut.

"Terima kasih Naeuri."

Seja membalasnya dengan senyuman.

Yong pun melihat norigae yang dibeli Seja. "Cie... buat Mama ya?" godanya.

"Norigae ini sangat cantik makanya Aku membelinya. Semoga saja Dia suka!"

"Mama itu kelasnya tinggi, seleranya juga tinggi di atas rata- rata, masa sebagai suami Anda hanya memberikannya sebuah norigae murah yang ada di pinggir jalan sih?" sindir Myungsoo.

"Myungsoo, sepertinya kau jauh mengenal istriku daripada diriku, suaminya sendiri!" balas Seja.

Myungsoo dengan dingin membalas. Setidaknya Anda harus menghargai dan memperlakukannya dengan baik bila mau dibilang suaminya. Bukankah Anda sendiri yang bilang jika Kau dan Mama hanyalah suami- istri di atas konstitusi?"

Sindiran Myungsoo benar- benar menohok bagi Seja.

Selama menikah, Seja memang hanya memperlakukan Istrinya, Putri Mahkota sebagai pajangan istana. Mereka sama sekali tidak menjalankan hubungan intim suami- istri.

Seja dan Pingung (Putri Mahkota) bahkan berbohong kepada para dayang dan orang tua mereka jika mereka telah melakukan hubungan badan. Mereka menutupi hubungan mereka yang sebatas teman bermain.

Seja merasa belum siap punya istri namun karena tuntutan istana, Ia harus segera menikah di usia sangat muda yaitu di usia 16 tahun.

Yong malah memperkeruh suasana. "Myungsooya.. kau sepertinya punya hati ya sedari awal ke Mama?"

Jonghyun mendorong Yong. "Yonga... kau jangan asal berucap!"

Jungshin yang menjadi bagian pencair suasana. Ia merangkul Myungsoo dan Seja. "Ayo kita minum saja untuk mengegarkan tenggorokan, matahari saja sudah sangat terlalu panas menyengat loh... Jangan ditambah yang lain!"

Myungsoo dan Seja menurut berjalan dirangkul Jungshin.

Jungshin walau kelihatannya penampilannya paling urakan, baju serba hitam serta rambut yang digerai, sehingga membuatnya terlihat sangar namun dibalik itu, sifatnya sangatlah cinta damai yang tidak senang melihat keributan sekecil apapun.

**

*Daegan= kantor enam mentri muda (masih di dalam lingkup istana) yang menjabat di pemerintahan Joseon

*gisaeng= seniman penghibur wanita yang juga bertugas 'melayani' tamu- tamu pria

*norigae= aksesoris wanita yang dipakai di hanbok wanita berbentuk gantungan

*Naeuri= Tuan (secara umum)

*Mama= Yang Mulia

**