Chereads / Moonsun: Lost in Joseon / Chapter 21 - 3. Eksekusi Malam Pertama

Chapter 21 - 3. Eksekusi Malam Pertama

[Joseon, Spring 1484]

Dengan segala peraturan Istana tentunya tak mudah bagi seorang Putra Mahkota bisa berkeliaran kesana kemari. Lee Ho sudah banyak megingkari aturan istana. Ia memang sudah memiliki jiwa yang bebas, Ia tak ingin sama sekali diatur dengan segala protokol istana. Tapi Ia juga tak punya pilihan lain karena telah terpilih menjadi Putra Mahkota, Ia tahu ini sudah pasti adalah tanggung jawabnya karena Ia adalah Putra satu- satunya. Ini semua karena Sang Ayah sama sekali tak mau mengambil selir lagi untuk bisa memberikannya seorang Putra lagi. Sedangkan sang Permasisuri, Ibunya tak bisa memberikan keturunan lagi karena menderita sakit.

Akhirnya Permaisuri memilihkan waktu yang tepat agar Ho dan Park Eunbin, sang Putri Mahkota bisa melaksanakan malam pengantin. Ini adalah kali pertamanya Ho akan resmi menjadi suami dari Eunbin karena akan segera melaksanakan malam pertama.

Permaisuri menentukan waktu malam pertama atas saran dan ramalan dari cenayang. Ini adalah waktu yang tepat untuk Ho dan Eunbin. Cenayang utusan permaisuri sudah sangat yakin jika Mereka akan langsung memiliki keturunan setelah malam pertama ini.

"Kau tak bohong kan?" tanya Permaisuri Junhwa.

"Ampuni saya Yang Mulia Permaisuri... Mana mungkin saya berani berbohong dan menipu Anda. Saya masih sayang dengan hidup saya, Saya tak akan berani Mama..." Sang Cenayang sudah menaruh kertas di dalam guci dimana guci itu terdapat kekuatan yang dibacai mantra oleh Cenayang.

Sang Permaisuri pun sudah memerintahkan para Dayang memperisapkan kamar malam pengantin untuk Ho dan Eunbin.

Ho hanya pasrah saja menerima perintah dari Ibunya tersebut. Ia sendiri balum siap sebenarnya jika harus melakukan malam pertama dengan Eunbin yang notabene adalah teman mainnya sejak kecil. Ia dan Eunbin memang sebelum menikah hanyalah teman karena Eunbin tinggal di istana sejak kecil.

Eunbin sendiri juga masih deg- degan karena Ia takut melakukannya yang pertama kali dengan Putra Mahkota walaupun dia memang adalah Suaminya sendiri.

Ho sudah masuk ke kamar pengantin mereka. Eunbin pun mengikuti.

Para Dayang memberikan acara penghormatan kepada pasangan belia tersebut.

Para Dayang membacakan protokol tata cara melakukan malam pertama bagi Ho dan Eunbin.

Ho hanya cuek saja dengan para dayang tersebut.

Sedangkan Eunbin hanya malu- malu.

Kemudian Para Dayang pun selesai menjalankan protokol aturan malam pertama pasangan Putra Mahkota dan Putri Mahkota. Mereka pun keluar dari gibang dan mempersilahkan keduanya mengeksekusi malam pertama.

Sementara dari Istananya, Permaisuri sangat tegang karena ini adalah Pengalaman Putranya akan melakukan malam pertama dengan Istrinya.

"Tenang Jungjeon Mama... Saya yakin Seja Jeoha akan melaksanakan tugasnya dengan sempurna. Dia sudah dewasa kini..." Sang Cenayang menenangkan Permaisuri.

Permaisuri tetap tak bisa tenang. "Kau tidak tahu bagaimana sifat Putraku! Dia itu.." Permaisuri meringis. "Dia itu tak bisa ditebak!" ujar Permaisuri.

Cenayang pun hanya tersenyum kecil melihat Permaisuri yang terlalu cemas. "Saya rasa Seja Jeoha adalah PRIA Dewasa yang sudah tahu apa yang harus dilakukannya..."

Lalu kembali ke kamar pengantin.

Mereka berdua masih tinggal di tempat mereka. Masih saling berhadapan.

Eunbin tak berani melakukan apapun termasuk bertanay apapun. Ia hanyaakan mengikuti instruksi suaminya.

Ho pun berdeham.

Eunbin pun menunduk dan menyahuti suaminya. "Ne, Jeoha..."

"Pingung, jangan tegang- tegang seperti itu! Kau seperti menghadapi siapa saja!" protes Ho sembari melepaskan pakaian kebesarannya. Ia melepaskan tali hanboknya.

Eunbin tentu menjadi tambah canggung melihat Ho.

"Jeo... Jeoha... Ada yang bisa saya bantu?"

"Pingung, kau tahu kan kalau aku paling benci dengan aturan protokol istana seperti ini? Menurutku ini dibuat untuk dilanggar!" ujar Ho santai.

Sedangkan ini sduah terlalu larut malam.

Ho sadar jika masih ada Dayang yang menunggui mereka.

Ia pun berinisiatif mengusir mereka.

"Kau tunggu ya.." ujar Ho sembari berjalan dengan merangkak mendekati pintu keluar. Ia pun tiba- tiba membuka pintu geser tersebut dan tampak banyak dayang di depan.

"Kalian semua pergi dari sini!" perintah Ho.

"Ta... Tapi Jeo.. Jeoha..."

Para Dayang pun menolak. "Ini adalah aturan istana, kami harus menjalankan aturan istana sampai kapanpun..." protes salah seorang Dayang yang merupakan Dayang yang dituakan.

"Ani... ini adalah privasiku, aku dan Istriku punya ruang untuk berdua saja!" protes Ho. "Kalian boleh menunggui kami tapi di luar saja! Benar- benar di luar istana!"

"Keun... Keundae..." Salah seorang Dayang tetap protes.

"Aku bilang pergi! Ini perintah! Kalian masih sayang kepala kalian kan?" Ho mengancam Dayangnya.

Akhirnya para Dayang ketakutan dan memutuskan menuruti Ho. Mereka pun keluar dari Istana.

Ho pun masuk kembali ke dalam gibang dan menutup kamar dengan rapat.

Kini jantung Eunbin makin berdebar- debar karena hanya tinggal Ia dan Ho saja berdua tinggal di kamar ini.

"Jeo... Jeoha..."

Ho pun berjalan mendekati Eunbin. Ia pun duduk di sebelah Eunbin. Eunbin pun hanya ingin memejamkan matanya. Ia benar- benar pasrah dan sudah tak mau lagi memikirkan hal apapun.

**

Wajah Ho pun sudah sejengkal saja jaraknya dengan wajah Eunbin. Ia pun hanya tersenyum dan tertawa kecil melihat wajah Eunbin.

Eunbin pun membuka matanya.

"Jeo... Jeoha..." Eunbin pun menghela nafas panjang.

"Mianhae Pingung, aku tak bisa menahan hasratku tertawa."

Eunbin pun hanya terdiam saja mendengar tawa Ho.

Ho pun akhirnya menghentikan tawanya.

"Jeoha, menurut Anda ini hanyalah lelucon?" tanya Eunbin serius.

"Pingung..." Ho pun menopang kakinya sebelahnya duduk di belakang Eunbin. Eunbin pun maju ke depan untuk memberi ruang kepada Ho. "Kau tidak merasa aneh dengan semua ini?"

"Maksud Anda?"

"Kita sudah berteman sejak kecil, BERMAIN BERSAMA SEJAK KECIL, TIBA- TIBA KITA ADA DI SITUASI SEPERTI INI. Aku merasa aneh dengan keadaan kita berdua sekarang ini!" Ho pun akhirnya mengungkapkannya.

"Begini ya Jeoha, Saya mengerti maksud Anda namun Saya juga bukan sengaja ingin berada di situasi seperti ini. Saya juga tahu jika ini hanya perjodohan orang tua kita namun semua sudah menjadi garis takdir hidup Saya juga Hidup Anda. Tidak bisakah kita menjalaninya dengan serius takdir hidup ini?" tanya Eunbin memandangi Ho serius.

Ho dengan seenaknya malah merebahkan tubuhnya ke lantai.

"Jeo... Jeoha... kau jangan berbaring di lantai, nanti kan bisa sakit."

"Pingung, tak bisakah kita menjaga hubungan kita seperti kita masih kecil? Tidak bisakah kita berteman saja?" tanya Ho sembari menaruh kedua tangannya di kepala seperti menjadikan tangannya bantal.

Eunbin terkejut. "Saya tahu jika Anda tidak mungkin bisa mencintai Saya. Saya ingin bertanya kepada Anda, apakah kekurangan saya di mata Anda, Jeoha?"

"Animida! Obseumnida! Kau tidak kurang apapun di mataku! Semuanya kelewat sempurna!"

"Lalu kenapa?"

"Jujur aku merasa bersalah dengan semua ini Pingung. Jujur tidak seharusnya kau terkurung di istana ini, istana ini hanyalah sangkar emas." Ho pun bangun dan membenarkan sembari membenarkan topi dalamannya.

"Kalau Anda merasa bersalah kepada Saya, tak bisakah Anda mencoba membuat saya bahagia dan tak menyesal menjadi Putri Mahkota Anda?" tanya Eunbin pelan namun menusuk.

Ho pun menyipitkan matanya.

"Aku juga ingin kau bahagia Pingung." Tiba- tiba Ho memanggil nama saja kepada Eunbin. "Menurutmu apakah bersamaku adalah kebahagiaanmu?" Pertanyaan HO kali ini juga tak kalah menusuk bagi Eunbin.

Batin Eunbin. Jeoha, kau tidak tahu betapa sendiri dan kesepiannya diri saya ini. Saya juga lama- lama ingin memiliki kasih sayang Anda, tidak ingin hanya menjadi Putri mahkota yang hanya dipajang di istana dan mengikuti segala protokol istana.

**

*Pin-gung= Istana/ Panggilan Puti Mahkota