Jenni yang sedikit takut namun penasaran akan seseorang yang baru saja membuka pintu rumah nya, akhirnya melangkah kaki nya dengan langkah berat ke arah pintu tersebut.
Perlahan namun pasti Jenni melangkahkan kaki semakin mendekati pintu rumah nya.
"M..-mom ..." lirih Jenni pelan saat mendapati memang wajah ibu nya yang sedang berada di depan pintu hanya saja jari telunjuk nya berada didepan bibir nya seolah mengatakan pada Jenni untuk menutup mulut nya.
Sontak Jenni menutup mulutnya dengan sebelah tangannya dan berjalan mendekati ibunya.
Peluh keringat terpampang jelas di dahi dan leher sang ibunya.
'Mom ada apa ? apa yang sebenarnya terjadi ?' bisik Jenni pada ibunya, yang hanya dibalas gelengan lemah oleh sang ibu.
Jenni yang semakin takut akan sikap ibunya yang menurutnya langka akhirnya langsung segera mengeratkan pelukan nya pada sang ibu.
Setelah pintu rumah dikunci rapat oleh sang ibu, Jenni dan juga ibunya melangkahkan kaki nya menuju kamar, lebih tepatnya kamar sang ibu, karena sang ibu menarik lengan Jenni menuju kamarnya.
Jenni mendudukkan dirinya di ranjang, dan mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan.
"Ada apa Mom ? apa yang terjadi ?" tanya Jenni pelan.
Ibu dari Jenni menghela nafasnya panjang, dan menatap anaknya lekat.
"Jen ... kurasa Mom melakukan kesalahan .... Mom mengambil kasus sulit ... dan orang yang membuat Mom seperti ini adalah seorang client yang Mom tolak , karena menurut Mom orang itu tak patut dibela" ujar sang ibu pada Jenni , yang memang memiliki pekerjaan sebagai pengacara.
"Jadi ini teror ?" tanya Jenni ragu.
"Ya semacam itu ... mereka menginginkan Mom menjadi pengacaranya" ucap ibu dari Jenni sambil menggenggam tangan Jenni.
Mendengar perkataan sang ibu, Jenni langsung kembali memeluk ibunya.
Sungguh Jenni tak suka dan takut jika mendengar hal hal seperti itu.
"Lalu Mom ... apakah sekarang kita akan aman disini ?" tanya Jenni setengah berbisik pada ibu nya.
Sang ibu tak langsung menjawab, melainkan mempertimbang kan perkataan nya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan sang anak.
"Semoga..." lirih Sang ibu pada akhirnya. "Kita tidur saja sekarang" lanjut sang ibu, yang di balas dengan anggukan Jenni lemah.
***
Daniel yang kini telah sampai apartemen nya langsung merebahkan tubuhnya sejenak disofa nya sebelum akhirnya melangkah kan kaki menuju kamar mandi membersihkan dirinya.
Tak henti hentinya Daniel bersiul dan menyanyi kan potongan potongan lirik lagu ceria yang menggambarkan suasana hatinya.
Sungguh ia terlampau senang dengan status barunya kali ini.
Daniel menghentikan langkah kaki nya saat hendak melewati kaca yang berada di dalam kamar mandi nya, dan menghadapkan dirinya ke arah kaca tersebut.
"Mmm ... kurasa Jenni terpesona akan ketampananku" lirih Daniel memuji dirinya.
Setelah membersihkan dirinya sekaligus berpakaian selama 15 menit, Daniel segera mencari handphonenya untuk menelfon kekasih baru nya itu, yang tak lain ialah Jenni.
Entah Daniel merasakan kerinduan akan suara Jenni sekarang, padahal belom ada sehari Jenni tak berada di sampingnya.
Cukup lama Daniel menunggu jawaban telefon dari Jenni.
Sudah 2 kali Daniel menelfon Jenni, namun tak kunjung diangkat.
Dilirik nya jam yang terpampang pada layar telepon tersebut.
Pukul 11.00 PM.
"Mungkinkah Jenni sudah tertidur ?" lirih Daniel pelan.
Daniel menghela nafas nya pelan dan segera menuju ranjang nya merebahkan tubuhnya.
"Kurasa kau lelah dan tertidur sekarang" ucap Daniel menatap layar handphone nya.
'Aku sudah merindukanmu Jen... kuharap kau ada dalam mimpiku' ucap Daniel dalam benak sebelum akhirnya Daniel memejam kan maniknya untuk masuk ke alam mimpinya.
***
Keesokan pagi nya Daniel seperti biasanya bangun pagi, namun beda nya pagi ini setelah dirasa semua nya telah rapi ia segera mencari handphone nya dan mencoba menelfon kekasih nya.
Tak butuh waktu lama Jenni pun mengangkat telefon Daniel.
"Hallo bang"
"Hallo, sudah bangun ?"
"Hng tentu saja, jika belom bangun tidur tak mungkin aku mengangkat telefonmu"
Daniel terkekeh pelan mendengar jawaban Jenni sekaligus mengingat pertanyaan konyol nya itu.
"Jam berapa kau akan berangkat kuliah ?"
"Mmm...Sebentar lagi bang ... soalnya aku ada kuliah pagi hari ini"
Daniel terdiam, dan segera melirik jam yang sudah melingkar di lengannya.
"Baiklah kalau begitu tunggu aku, aku akan kesana menjemputmu sekaligus mengantarmu ke kampus"
"Eh .. tak usah bang ...nanti kau akan terlambat masuk kantor" tolak Jenni.
"Tak ada penolakan, sebagai gantinya kau siapkan sarapan untuk ku karena aku tak sempat sarapan langsung menuju tempatmu sekarang"
"Ish curang .... baiklah kalau begitu aku siapkan .... hati hati"
"Hng ...bye...aku menyayangimu"
Pip.
Belom sempat Jenni dapat membalas perkataan Daniel, Daniel telah terlebih dahulu memutuskan telefonnya sepihak.
Pipi Jenni bersemu merah dibuat nya saat mengingat ucapan Daniel diakhir pembicaraan.
'ahh ... mengapa bang Daniel selalu mengatakan hal hal yang membuat degup jantung ku tak dapat bekerja sama denganku ? belom lagi pipi ku ini' lirih Jenni dalam benak sambil memegang dadanya bergantian dengan pipinya.
"Jen..!"
"Iya Mom"
"Mom berangkat dulu" ucap sang ibu.
"Hng"
"Nyalakan handphone mu, jika Mom menelfon mu nanti kamu harus segera mengangkatnya oke ?"
"Hng"
Setelah mendengarkan dengungan Jenni sang ibu tampak tersenyum pada Jenni dan melambaikan tangannya pelan sekaligus melangkahkan kaki nya keluar dari rumah.
'Hah ~ semoga kejadian seperti kemarin tak akan terulang, dan client Mom tak membuat ulah kembali' lirih Jenni dalam benak.
——-
Leave comment and vote 😊