"Berhentilah memasang perlindungan seperti itu, dia sudah berhasil kabur" lisya menatap lisa dalam, ada apa dengan ekspresi merona adiknya itu.
"kenapa wajahmu lisa?" gina yang sudah menahan tawa kini berusaha untuk berbicara dengan nada santai.
tanpa babibu lagi lisa segera meraih tangan zaera yang saat ini masih menatap binggung dan berpura pura polos.
"kak, kalian duluan saja ya berhias nya, lisa mau mengajak zaera keluar sebentar mencari makan, kami lapar" ucap lisa cepat dirinya terlalu malu saat ini, di umur yang sangat muda dia sudah bisa mengerti hal ini, oh tidak kakaknya pasti sangat marah, dan ini semua karena buku yang direkomendasikan oleh zaera.
"zaera ayok kita keluar, ada banyak yang ingin 'kakak' sampaikan" mata lisa segera memicing menatap zaera tajam, sementara zaera yang merasa di tatap kini menelan dalam ludahnya.
'ini bukan akhir dari segalanya kan?' batin zaera berucap.
"bagaimana ya kak? bukannya zaera tidak ingin, tapi saat ini perut zaera sangat sakit" akting nya dengan bersusah payah, ada apa ini tidak biasanya lisa menatap nya begitu.
"kalau begitu kakak temani adik tersayang ini ke toilet" lisa mengandeng cepat tangan mungil zaera, dengan syok dan panik dia segera berbalik dan menatap gina dan lisya cepat dengan pandangan memohon.
kumohon tolong aku? arti dari pandangan memelas itu.
"berhentilah memohon, mereka tidak akan ada yang menolong mu, ayok jelaskan semuanya pada kakak" mendengar kalimat lisa bersusah payah zaera menelan ludahnya yang terasa tercekat di tenggorokan kering nya.
lama menatap punggung kedua anak itu yang berlalu menjauh, membuat gina tersadar dan memegang pelan pundak lisya.
"tenang, mari kita hadapi bersama, ini bukanlah akhir dari segalanya" ucap gina pelan menenangkan lisya.
mendengar kalimat yang di ucapkan gina lisya segera menatapnya dalam.
"Apa benar kita tidak perlu memberitahu kan ini kepada mereka semua, tidak mungkin kita hanya ingin menghadapi mereka berdua biar bagaimanapun mereka juga akan terlibat dalam urusan kerajaan kita" sekali lagi gina mencoba memastikan ini semuanya sekali lagi akan keputusan yang akan mereka jalani malam ini.
anggukan pelan lemah dan anggun menjadi jawaban mutlak seorang lisya levina tak ada lagi perubahan akan keputusan dia kali ini.
"aku tidak ingin melibatkan mereka, ini adalah urusan nyawa gina, walaupun harus ada yang berkorban di antara kita bertiga nanti, itu seharusnya aku, aku yang sudah menolak william dengan mutlak membuat dia tidak menerimanya dan sudah seharusnya ini menjadi tanggungjawab ku" tegas lisya dengan pandangan tajam.
mendengar jawaban keras kepala dari lady satu ini gina hanya mampu menghela nafas putus asa, harus nya dia faham betul apa yang akan terjadi nanti, biar bagaimanapun juga lisya tetap lah lisya tak ingin merubah keputusannya yang telah ia tetapkan secara mutlak.
"Sudah kalau begitu, aku keluar dulu" gina pun berbalik hendak pergi.
"Tenangkan dirimu, dan jernih kan lah fikiran mu dulu" sambungnya lagi sebelum memutuskan untuk benar benar pergi meninggalkan kamar ini.
selepas kepergian gina, hanya pandangan cantik elok nan kosong menatap jauh punggung cantik itu kini sudah menghilang di balik pintu besar dan menjulang ini.
Istana pink
saat ini mereka sedang berada dalam dekorasi istana pink semuanya sesuai dengan kesukaan adiknya lisa, dan ini adalah rencana mereka semua, ia yakin adiknya yang sangat menyukai warna pink itu pasti akan sangat senang.
ini semua adalah usulan dari zayn mantan tunangannya itu tapi sekarang mereka hanya sepasang calon keluarga yang di mana dia akan menjadi adik iparnya nanti walaupun zayn lebih tua, membayangkan zayn yang harus menuruti dia sebagai kakak ipar pun mampu membuat lisya tertawa senang.
"Seperti nya aku menyerahkan kamu kepada orang yang tepat adikku" lisya berucap dengan lirih pandangan senduh seakan tak dapat lagi berkata, dirinya sangat sedih saat ini, mengingat percakapan seminggu yang lalu antara dia dan gina saat pertama kali ketemu kembali setelah empat tahun lamanya.
flash back
"Apa yang terjadi dengan ibunda gina" lisya yang panik memegang jemari gina dengan erat.
ada pandangan rindu yang mendalam serta menuntun tersimpan dalam dirinya.
selama ini mereka selalu menjadi anak yang penurut tak pernah membantah sedikit pun, tapi semenjak adanya perjodohan yang sering terjadi berulang-ulang sejak saat itulah lisya berubah menjadi pembangkang bahkan dia dengan tega nya kabur tanpa penjelasan sama sekali.
dan sekarang sudah empat tahun lamanya.
dia ingin sekali kembali dan melihat keadaan ibudanya saat ini, tapi mengingat ego tadi gengsinya terlalu besar jadi dia memutuskan untuk menunda dulu.
"beberapa tahun terakhir ini, semua hari yang di jalankan oleh lady daylane seakan tak berdaya dirinya selalu sering murung dan terdiam walaupun selalu memasang tameng dirinya baik baik saja tapi tetap saja aku tahu, dia sangat sedih" sahut gina dengan memandang senduh wajah lady yang anggun ini, dan yang membuat gina sangat kagum adalah hati Malaikat yang dimiliki oleh lisya.
kalau di hitung hitung sudah banyak perbuatan tercela yang sudah gina lakukan kepada perempuan dihadapan nya ini, tapi tak ada niat dan rasa benci yang ditunjukkan nya sama sekali.
"tahun pertama dia masih sehat dan tegas seakan semua baik baik saja, semua tahun yang dia jalani tanpa kalian sangat pintar dia sembunyikan dan dia hadapi seakan semuanya tak terjadi apa pun pada dirinya" sambung gina
"sementara para lady yang lain gencar sekali mencari masalah dengan lady daylane, terutama ibunda ku, bahkan aku pernah di pukuli karena membantah perlakuan nya yang sering merendahkan lady daylane, tapi ibundamu menangapi nya dengan senyuman dan sikap anggun membuat ibundaku semakin kesal dan geram hingga__" ucapan gina terhenti menatap lisya dengan pandangan serius.
"ada saat di mana kabar burung yang entah dari mana, mereka bilang ada sepasang anak perempuan yang sudah terbunuh oleh perempok empat tahun yang lalu dengan identitas tak di ketahui, tetapi mereka memiliki baju peninggalan sebelum di kuburkan" sahut gina menatap mata lisya dengan pandangan serius.
"kenapa gina, ada apa dengan ekspresi mu" lisya bertanya cepat pegangan pada jemari gina pun mengencang, dirinya begitu ingin tahu apa yang terjadi pada bunda nya.
"baju yang kalian kenakan dan sama persis itu ada di tangan orang yang mengaku menemukan mayat kalian berdua" sambung gina lagi, membuat lisya sketika syok.
"bagaimana selanjutnya, apa bunda percaya itu adalah kami?" desakan serta wajah lisya yang sudah memerah menahan tangis itu oun menatap gina dengan pandangan bersalah yang dalam.
"awalnya tidak, sampai akhirnya benar benar di periksa baju itu ternyata memang benar milik kalian berdua, detik itu juga kesadaran lady menghilang" wajah lisya sudah pucat pasih ingin menangis tetapi masih di tahan dia tidak ingin membuat adik kesayangannya cemas.
"anehnya setelah empat tahun baru ada pencerahan akan keberadaan kalian berdua ini, aku masih binggung apa yang telah terjadi semuanya nampak mencurigakan" mata lisya memicing meminta penjelasan lebih.
"tak ada yang menunjukkan wajah belasungkawa, hanya lady daylane yang tak pernah muncul selama beberapa bulan terakhir ini, tapi tepat Minggu kemarin lord jamson yang sudah panik menghentikan niat lady daylane yang ingin membunuh dirinya dengan cara menenggelamkan diri di sungai akheloios" ucapan gina kali ini sukses membuat lisya menutup rapat mulutnya dan menangis terisak, gina yang melihat hal itu segera mencoba menenangkan lisya.
"ini salahku, semua ini salahku" lisya memukul dadanya dengan sedih dan tangisan pilu, memang benar semua ini salahnya jika saja ia tidak kabur dan membantah ibunda pasti kabar kebohongan itu tidak akan pernah terjadi, sungai akheloios itu dilindungi oleh dewa sungai acheloios Sungai ini membentuk perbatasan antara Akarnania dan Aitolia, pada zaman kuno rohnya dipuja oleh bangsa Yunani.
air dari sungai itulah yang dipakai oleh mereka untuk menentukan kapan kelahiran keturunan dewa dewi mitologi yunani, lisya sangat faham kenapa bundanya berniat untuk menenggelamkan dirinya sendiri di sana, mungkin dengan itu dia mengira menjadi kan persembahan dirinya sendiri untuk menukar dia dan adiknya, atau mungkin berharap ketemu kembali dengan lisa dan dirinya lisya.
bunda menganggap menyerah kan kembali dirinya ke tempat asal pemberi informasi titisan keturunan mitologi itu adalah pilihan yang tepat.
"bagaimana mau menemui kami, kami berdua masih hidup" kesal lisya yang saat ini masih menangis senduh.
"lady tenanglah aku yakin semua akan baik baik saja, ada lord jamson yang sudah menghentikan segala perbuatan berbahaya lady daylane" gina yang ikut sedih memeluk lisya kuat berusaha menenangkan.
"bagaimana aku mau tenang gina, bundaku mencoba bunuh diri untuk pertama kalinya dan hal itu tidak ada yang bisa menjamin tidak akan terulang kedua kalinya" ucap lisya frustasi pada dirinya sendiri, binggung dan bimbang kenapa harus terjadi seperti ini.
"tidak, aku tidak bisa diam saja, aku harus mengajak lisa kembali kami harus kembali"putus lisya berdiri sebelum di tarik gina di paksa untuk kembali tenang.
"lady ini belum waktunya" sahut gina lagi, melihat tatapan mata gina membuat lisya kembali menyimak.
flashback off
dan ini lah waktunya tepat hari ini rencana yang sudah mereka susun akhirnya bisa di jalankan dengan baik.
walaupun harus berkorban dirinya jauh lebih pantas dikorbankan bukan orang lain, ini adalah masalahnya.
****
"aduh, kakak ampun kak ini semua salah zaera kak" zaera memohon ampun saat lisa masih menggandeng nya intuk pergi.
"kenapa kamu meminta maaf zaera" balas lisa memasang tampang tak berdosa seakan ini bukan kesalahannya.
"zaera tahu zaera salah, seharusnya kakak tetaplah menjadi kakak lisa yang polos, tapi karena zaera kakak malah tau hal yang seharusnya tidak perlu kakak ketahui" sambung zaera lagi menunduk melihat hal itu, lisa tetawa lepas.
"kakak kenapa tertawa?" tanya zaera binggung sedikit bercampur kesal.
"Wajahmu begitu lucu zae" balas lisa lagi,dia pun berjalan mendekatke arah salah satu loker pakaian dan mengambil sesuatu.
"ini aku kembalikan padamu" sahut lisa memberikan sebuah buku agak tebal yang berjudul "Gadis polos dan ceo sombong" itu.
"kenapa kakak mengembalikan nya" sahut zaera cepat sekaligus binggung.
"Aku sudah selesai membaca nya".
lisa pun mengajak zaera kembali pergi kedalam ruang ganti itu.
"kalian sudah kembali" suara lembut lisya yang menyapa ke arah kedua orang tersebut.
"kemarilah biar aku dan gina membantu kalian berdua memakai gaun, dan para pelayan yang akan menghias kalian" lisya menganjak lisa dan zaera Menganti pakaian yang telah di siapkan.
****
"Aku yang salah jamson aku terlalu egois" tangis daylane pecah dan jeritan pilu terdengar lirih
saat ini mereka bukan lagi di yunani melainkan sudah keluar mencari keberadaan kedua anaknya.
kemarin jamson sempat mendapat sedikit petunjuk saat diam diam masuk kedalam kediaman William dan menemukan secarik alamat lokasi tempat tujuan kedua anaknya.
mengejutkan memang saat tiba-tiba kabar kematian anaknya itu muncul, tetapi tak ada yang memasang wajah berduka sedikit pun.
rupanya ini semua adalah tipu muslihat mereka yang ingin menyembunyikan keberadaan kedua anaknya.
"hust tenanglah kita pasti akan menemukan kedua anak kita" sahut jamson menenangkan istri tercinta nya.
"lord lord, kami baru saja mendapatkan kabar informasi terbaru, kedua lady malam ini mengadakan pesta ulangtahun untuk lady lisa" sahut orang kepercayaannya jamson tiba tiba datang tergesa gesah.
"di mana keberadaan mereka sekarang" tanya jamson cepat, daylane yang mendengar nya ikut menyimak mencoba tenang.
"istana pink, lokasinya agak sedikit jauh dari sini" sahut orang itu lagi.
tanpa menunggu lebih lama lagi, jamson segera memerintahkan mereka semua untuk ikut pergi ke tempat tersebut.
sebelum semuanya terlambat ini tidak boleh terjadi, william tidak boleh menemukan mereka sebelum dia dan istrinya.
****
"My young lord bagaimana dengan ini" seorang hamba setia datang mendekat kearah lelaki berjas hitam yang tampan dan penguasa tersebut.
di tangannya susah ada kotak indah berisikan cincin berlian bertengger manis.
"Sangat indah dan cantik, aku yakin lisya pasti akan menyukainya" wajah william tersenyum puas, dirinya tak sabar untuk menemui perempuan pujuaan hatinya itu.
"benar young lord"
"bagaimana persiapan kita" william bertanya saat di pakaikan sepatu oleh dayang nya.
"semua sudah sesuai dengan rencana young lord, sudah ada yang menyamar menjadi tamu pesta dan ada yang sudah mengepung ruangan, dapat di pastikan lady lisya akan kita dapatkan" jawaban yang sangat di tunggu tunggu oleh William membuat dirinya tersenyum puas.
dan tertawa menggelegar kan.
"hahahaha, memang benar sudah seharusnya seperti ini, dia milikku, siapa pun yang merebutnya dari ku harus" mata william terhenti wajahnya pun tersenyum smirk dia berjalan mendekat kearah sebuah foto cantik dan anggun seorang wanita dengan siluet gaun biru muda.
"mati" sambung nya lagi terdengar sangat tak dapat diganggu gugat.
****
"aku dengar anak anak itu sedang mengadakan pesta" pertanyaan anggun itu menyapa di dalam gendang telinga seorang lelaki.
"benar sayang, kau dapat kabar ini dari siapa" balas lelaki itu cepat bercampur binggung, dari mana istrinya ini mendapat kan kabar tentang pesta itu?
seingatnya kedua anaknya itu selalu saja menyembunyikan segala tingkah lakunya agar tak terdengar oleh mereka berdua semua kekacauan yang telah dia perbuat.
"kau kira aku tidak tahu, sejak awal dia memaksa kita memanggil Malik aku sudah curiga dia memiliki orang yang dia suka, dan sekarang merema mengadakan pesta tanpa memberitahu kita, anak anak yang nakal" wajah perempuan itu pun cemberut, membuat suaminya tersenyum geli.
karena hal ini istrinya mulai marah dengan pelan dia mendekati istrinya dan memeluknya erat.
"Sudah jangan marah, biar bagaimanapun juga mereka masih anak anak butuh sedikit wawasan dalam hal itu"tenang suaminya tapi sepertinya tak berhasil.
"Apa kau bilang? wawasan wawasan, aku bagaimana bisa tenang" sahut perempuan itu cepat, mengambil sepasang pakaian cantik.
"aku mau ikut!" putus nya lagi membuat mata suaminya melotot terkejut.
ikut? hey kenapa wanitanya ini penasaran sekali dengan kelakuan anak muda zaman sekarang.
"Sayang kau baru saja sampai, beristirahat lah biar aku yang kesana, kau istirahat lah, jangan sampai kelelahan" perintah suaminya lembut memeluk erat istrinya.
"masalah pesta itu, biar aku sendiri yang menghadiri nya" sambung nya lagi membuat istrinya segera melepas diri dari pelukan dan menatap suaminya tajam.
"Kau sungguh licik" kesal istrinya membuat suaminya tertawa lepas.