Chereads / about is love / Chapter 50 - Bab 50 : lisa dan valerie

Chapter 50 - Bab 50 : lisa dan valerie

Suara derap langkah terdengar mendekat kearah ruangan tempat di mana gadis itu dirawat.

Mata lisa menoleh saat indra pendengarannya menangkap perdebatan kecil menuju ruangan nya itu.

"Aku sudah bilang maaf tadi, itu memang kesalahan ku yang menyebabkan kita terlambat untuk menemui putri tercinta kita" terdengar samar sama perdebatan itu mengalun putus asa.

Sementara di belakang nya terdengat suara hentakan kaki yang terasa begitu nyata mengapresiasikan rasa kesalnya.

"Kamu salah!" Balas suara paruh baya itu merajut, mendengar hal itu samar samar lisa tertawa kecil perdebatan yang sangat ia rindukan.

"Iya aku tau aku salah, karena itu aku minta maaf sayang, sekarang kamu terima ya perminta maafan aku" jamson pun menghentikan tangan clara yang sudah memegang gagang pintu ruangan lisa, sebelum ia sempat membukannya.

Tak ada yang mendari kini putri cantiknya sudah bangun dan mendengar kembali perdebatan kekanak kanakan mereka berdua.

"Kenapa, aku mau masuk kedalam" balas clara dengan wajah masam tanda tak setuju.

"Maafin aku dulu" kekeh jamson serius.

Clara hanya memutar bola mata nya malas tanda tak setuju.

"Sayang, kamu mau buat lisa pusing karena perdebatan kita" bujukan pelan itu mengalir dari bibir jamson.

"Kamu mau masuk dengn suasana hari yang kesal, kita mau menjenguk putri kita loh" sambung jamson lagi, dapat di lihat mata clara mulai melirik sedikit demi sedikit dikarenakan merasa ragu.

Wajah jamson pun memelas dan menarik pelan jemari clara.

"Ugh" kesal istrinya itu, mau tak mau menerima jabatan tangan dan permintamaafan dari jamson suaminya.

"Gitu dong" sahut jamson tersenyum bahagia detik selanjutnya ciuman kilas di bibir pun mendarat di bibir clara.

"Jamson!" Geram nya tak mau lagi meladeni, clara segera masuk kedalam rungan dan menutup pintunya dengan cepat.

Langkah clara mematung seketika.

Pandangan matanya pun mengabur di karena cairan liquid bening yang menutupi bola mata indahnya itu.

"Kamu kenapa sayang" jamson yang kebingungan melihat reaksi istrinya itu mengikuti arah pandangan itu.

Senyuman hangat tetapi lemah itu mengalun indah dengan tersenyum lemah, sosok itu pun memanggil.

"Hi!" Sapa nya dengan wajah tanpa dosa.

Detik berikutnya langkah lebar clara segera menyerbu lisa.

"Kamu ini, baru bangun udah menguji kesabaran mama sama papa, hay, hay hay, kamu kira kami ini teman kamu" sahut clara cepat mendumel.

Walaupun demi kian tak dapat menghentikan tangisan yang mengalir di wajah clara.

"Kapan kamu sadar" tanya clara cepat menatap lisa yang memelas.

"Sekitar pukul dua tadi pagi" menjawab dengan enggan lisa segera membuang muka menyelamatkan diri nya dari—-

"Oh bagus enggak ngabarin mama lagi ya, kamu enggak tau berapa lama kami nungguin kamu putri yang tertidur itu bangun dan sekarang sewaktu sudah sadar tidak mengabarin juga" clara mengoceh lagi mau tak mau lisa tersenyum melihat ibunya yang sangat bersemangat itu walau tak dapat di pungkiri air mata yang mengalir itu.

"Kalau kami tidak kesini, kamu masih mau sadar diem diem enggak mau ngabarain" oceh clara lagi, melihat hal itu membuat jamson tak tega segera menyentuh pundak istrinya.

"Sayang, sudah kasian lisanya baru sadar sudah di marahin" jamson pun menarik clara.

"Udah kamu diem aku juga marah sama kamu" celetuk clara lagi.

"Bun... bunda" panggilan itu mendesis pelan semua kegiatan pun terhenti.

Bahkan ocehan dari mulut clara tertelan entah kemana, jamson yang mendengarnya mematung cepat.

Lisa kini merentangkan kedua tangan nya bermaksud agar clara memeluknya erat.

Tapi panggilan ini....

Sudah lama...

Tidak terdengar..

Tanpa berkata kata lagi clara sudah berhambur memeluk putri satu satunya yang tersisa itu.

Jamson masih mematung tak ada pergerakan terlalu syok akan satu kalinat itu.

"Kenapa kalian diam" tanya lisa pelan, clara yang memeluk putrinya itu sudah menangis kencang tak dapat di kontrol.

"Hiks....hiks...hiks, anak nakal, kenapa kamu baru sadar sekarang membuat takut saja" tangis clara yang tak dapat di bendung lagi.

"Maafin lisa ma" balas lisa pelan.

Lisa terlalu indah terjebak di dalam mimpi itu sebelum di detik selanjutnya terhempas oleh kenyataan' batinya menjerit kuat.

"Papa enggak mau meluk lisa" bibir lisa mengerucut lucu, jamson yang tadi mematung langsung berubah mimik seakan baik baik saja.

Mungkin hanya perasaan ku saja' batin jamson sebelum detik selanjutnya tersenyum bergabung memeluk anak dan istrinya.

Berapa menit kemudian berlalu kini clara sudah menyuapi lisa bubur, gadis itu makan dengan lahap.

Sesekali mereka bercanda dan bercerita cepat.

"Lisa" suara panggilan ceria itu masuk secara semangat tepat setelah clara menyuapkan suapan bubur terakhirnya.

Semua orang terdekat lisa datang dengan semangat setelah mendengar kabar mengenai sadarnya dirinya.

"Kamu jahat sa, lama banget sadarnya kami rindu tau" syifa sudah protes melihat hal itu lisa tertawa dan memeluk lisa.

Vera dan syifa memeluk lisa erat, tetapi mata lisa masih menjalar mencari salah satu sahabat baiknya.

"Nanti sisil nyusul" balas vera cepat seakan mengerti maksud dari pandangan lisa dia pun menatap syifa seakan memberi kode.

Lisa sudah merasakan ada yang aneh di sini.

"Kalian kenapa, kesambet jin tomang" jengkel lisa saat melihat gelagat aneh dari teman teman nya.

"Ada deh, kepo sekali anda" goda syifa terkekeh.

Lisa mengerucutkan bibirnya sesaat.

"Akhirnya kamu bangun menantuku ku tersayang" mely langsung memeluk lisa dengan erat karenakan rindu akan keceriaan gadis itu.

"Sayang kasian lisanya" david mencoba melerai sang istri yang terlalu merindukan menantu perempuan nya itu.

"Mel, anak aku sudah nafas loh, kalo kamu peluk erat gitu" clara menolong anaknya yang sudah tertawa lucu.

"Lisa enggak papa kok, ma" sahut lisa tertawa pelan, mendengar hal itu mely yang merasa menang pun memeletkan lidahnya tanda bahagia, clara yang melihatnya mendegus pelan, sementara kedua suami merasa gemas akan kelakuan istri mereka.

Vera dan syifa?

Kini saling pandang dengan mata yang tak bekedip.

"Menantu?" Sahut mereka bersamaan, mendengar hal itu lisa mau tak mau memerah karena malu.

"Kamu kala sa?" Tawa pun langsung pecah dari kedua sahabatnya.

"Serius om tante, belut satu ini berhasil terjebak dalam perjodohan itu" goda syifa tak tahan akan cerita ini.

"Oh iya dong, tentunya anak tante berbeda dari yang lain" mely berucap dengan bangga.

"Bukan cuma karena anak kamu saja si mely, tapi ini memang karma nya lisa karena udah banyak mengelabuhi kandidat yang dulu" clara tak mau kalah.

"Kenapa jadi karma clara, seharusnya kan jodoh" mely kembali membantah.

Suasana perdebatan berlangsung sebelum seseorang kembali datang ke ruangan, wajah lisa yang penuh harapan itu menatal dengan sungguh sungguh.

Semoga itu dia.

"Apa kabar sa?" Senyuman lembut itu mengukir indah.

"Kenapa kamu baru sampai sil?" Vera langsung menarik tangan sisil menyuruh mendekat kearah lisa, lisa yang melihatnya pun langsung menyambut dengan senyuman dan memeluk sisil erat.

"Kamu ngapain aja sil" protes kedua sahabatnya itu.

"Sudah berhenti berdebat yang penting sisilnya sudah datang" sahut lisa lagi.

'Aku harap kamu tidak mendengar percakapan di antara kita sa, pada malam itu, dan aku harap kamu belum mengingatnya' batin sisil meronta pelan.

"Saya memohon maaf atas keterlambatan sisil, ini semua karena saya tang bersikeras untuk mengantarnya jadi sisil terlambat untuk datang kemari" suara laki laki yang datang mendekat itu membuat suasana hening sketika.

Berbeda dengan syifa dan vera sudah saling colek menyolek menggoda sisil.

Tanpa sisil sadari karena terlalu gugup kini gengaman jemarinya di tangan lisa mengencang, mata lisa menatap sisil dalam pandangan kosong sulit di artikan dapat di rasakan ada hal yang telah terjadi diantara mereka pada masa itu.

"Hai" sapa lisa pelan.

Baru saja harry berniat membalas sapaan itu dan datang mendekat.

"Maaf aku telambat" suara yang sangat lisa rindukan itu berjalan mendekat.

Lisa sangat ingin berlari dan berhambur di pelukan pujaan hatinya jika saja saat ini dirinya sudah bisa kembali berjalan seperti biasa.

Tapi detik selanjutnya senyuman itu luntur hilang tak berbekas.

"Kami lebih tepatnya, maafkan juga saya terlambat uncle, aunty" sapaan perempuan itu mampu membalikan atmosfer keadaan dalam ruangan 180 drajat lebih dingin.

Apa lagi mely sudah memadang wajah sinis tak sukanya.

Kedua orang itu pun mendekat kearah bangkar lisa dari kejauhakn sisil vera dan syifa sudah memicingkan mata kepada sosok perempuan lentik itu.

"Hai, bagaimana keadaan mu" sapa zayn terdengar hangat, tak ada jawaban dari lisa, perempuan itu justru menolehkan kepala melihat kearah belakang zayn dan menatap dingin.

"Hai, tidak kah kita seharusnya berkenalan ini pertemuan pertama kita bukan?" Sapa lisa dengan raut mimik suara berbeda semua pandangak pun berubah hening.

Sejak kapan lisa yang lembut dan ganas skaligus ini memiliki sisi yang tenang.

"Valerie" sahut perempuan yang bergelanyut di tangan zayn itu mengulurkan tangan hendak menjabat tangan lisa.

"Lisa" balas lisa singkat matanya pun menatap cepat kearah mana si valerie ini bergantung.

"Apa kakimu putus?" Ketus lisa cepat, semua pandangan binggung pun menatap lisa heran terutama valerie.

"Hah"sahut valerie tak mengerti.

"Tak bisakah kau berjalan sendiri, harus bergantungan seperti orang cacat atau kau itu kera yang butuh tempat bergelanyut" oceh lisa cepat membuat vera dan syifa tak dapat lagi menahan tawanya apa lagi sisil.

Sementara harry kini menatal zayn tajam.

"Kenapa kau ada di sini" sahut zayn sekaan tak suka.

"Mengunjungi teman lama" goda harry membuat zayn menggeram melepaskan paksa tangan valerie itu dan menarik jemari lisa dengan posesifa, melly clara jamson dan david yang melihat adegan itu tersenyum sinis, sementara valerie yang merasa di kucilkan itu kini geram.

Aku tak boleh kehilangan zayn' desis nya tajam.

"Zayn" suara valerie mengema manja.

"Kalian saling mengenal" desis zayn tak suka melihat kearah lisa dan harry bergantian mengabaikan valerie.

"Dia temanku" potong sisil cepat mengerti keadaan yang sudah terpojok, dan juga memang dia yang mengajak harry kesini.

"Aku rasa kakimu baik baik saja, bahkan kau saja bisa berdiri dengan sehat" sindir lisa tersenyum sinis, menarik tangat zayn mendekat kearah ya dan mengengamnya erat, seakan menunjukan kepemilikan dirinya atas zayn.

"Kau, aku adal__" belum sempat valerie menjawab.

"Tunangannya" sambung lisa cepat valerie tersenyum, mengira lisa mengerti status dirinya.

"Terus kenapa kau masih mendekati dia kalau tau aku adalah tunangan nya" sahut valerie tak suka.

"Sejak kapan menantuku berubah" mely mendelik tak suka, melihat hal itu membuat valerie terdiam tak dapat membantah.

"Aku rasa kau salah sangka nona" lisa kembali angkat bicara, menguatkan gengaman dirinya pada zayn seakan takut zayn lebih memilih dia ketimbang dirinya.

"Maksud ku, aku yang tunangan nya sementara kau" kalimat lisa terhenti dan menatap valerie dengan tajam.

"Kekasih masa kecil?" Sambung nya lagi, wajah valerie memucat hanya dia dan zayn yang tau akan hal ini tak terkecuali zayn yang sangat terkejut, dia tak pernah bercerita pada lisa sebelumnya mengenai valerie...

"K..kau" bibir valerie berucap dengan kaku.

"Apa kau yakin?? Kau mengenalnya dengan baik termaksud memori kalian, lagi pula ini semua bukanlah akhir" ucapan lisa kali ini membuat semua orang tercengang tak mengerti maksud dari perkataan nya itu.

"Mari kita berjuang" sambung lisa lagi melihat valerie yang mematung dia lun mengedipkan sebelah matanya menggoda perempuan itu dengan keadaan yang telah terjadi.