Kediaman jamson.
"Pastikan kau selalu mengawasinya untuk rutin minum obat!" Ucap wanita itu dengan pasti
memberikan beberapa botol obat ke tangan lelaki yang mendengarkan intruksi setiap perkataan perempuan itu dengan serius.
"Baiklah aku akan melakukan seperti yang kau sarankan" balas orang di sebelahnya.
"Kalau sampai lady tidak meminumnya maka semua usaha mu untuk menciptakan keluarga baru di sini menjadi sia sia" ucap perempuan itu lagi yakin, terbesit tatapan rasa bersalah yang sangat besar di balik bola mata jamson, menatap botol yang ada di tanganya kemudian menatap wanita di hadapan nya itu lagi.
"Kenapa? Masih belum terlambat kalau kau ingin mengakhiri ini semua" scarla tersenyum sinis seakan mengatakan sebuah kalimat pilihan tetapi memiliki resiko yang teramat besar.
Pandangan jamson terpaku menatap dalam diam, di kepalanya membayangkan sosok itu beteriak kencang dan menjerit histeris serta scarla yang dulu selalu berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan semu aksi percobaan bunuh diri yang perempuan itu lakukan dulu, mampu membuat kepala jamson menggeleng kuat dirinya tak sanggup lagi mengulang semua itu, hal itu terlalu menyakitkan dirinya membutuhkan istrinya di sisinya dan juga anak-anak? Nya.
Iya benar seharusnya mereka bisa menyebutnya dengan kalimat anak-anaknya bukan hanya anak seorang saja, andai kecerobohan itu tak mereka lakukan, tapi hanya dengan menolak william saja bukan berarti tidak membutuhkan usaha yang besar!.
Terdengar suara derap langkah dari tangga berjalan turun mendekat membuat jamson dan perempuan itu sedikit terkejut serta gelabakan, tapi untung nya mereka berhasil berkelakuan normal kembali.
"Hai sweety kamu sudah bangun?" Sapaan konyol jamson berusaha menetral kan kembali degup jantung yang sudah berdetak kencang takut wanitanya ini mendengar percakapan mereka.
"Buta noh mata lo! Enggak liat apa aku sudah turun dan berdiri di hadapan kamu? Masa masih di tanya udah bangun atau belum" ucapan yang terdengar tidak santai langsung menyapa telinga mereka, jamson terkekeh senang ini lah sifat baru yang telah dia ciptakan dengan menghilangkan unsur bangsawan itu, dengan menghadirkan kembali nama baru dan penuh dengan keceriaan yaitu seorang clara.
Sudah banyak yang dia korbankan untuk mencapai kehidupan seperti saat ini, sebenarnya dia juga merindukan kehidupan seperti dulu dimana ada lisya dan lisa milik mereka dengan keceriaan tiada batas. Tetapi sekarang semuanya seakan terlalu di paksakan kebahagiaan ini terlalu memaksa, sama hal nya seperti dia mencoba membuang sisi berharga yang tak seharusnya di hapuskan.
"Bukan begitu sayang, aku hanya mencoba bertanya kamu kok langsung marah-marah" sela jamson menunjukan wajah seakan kesal dan merajuk.
"Heh! Seharusnya kan yang marah aku kok jadi kamu si" clara memprotes dengan kesal, matanya pun mengedar hingga pandangan bola mata cantik itu menatap sosok wanita yang ikut balik menatapnya, sekilas mata clara seakan menatap sedih dan menyimpan banyak sekali pertanyaan tetapi semua itu langsung berubah dalam sekejap seakan tak terjadi apapun.
Sedang kan mata scarla terpaku, terbesit berjuta rasa bersalah dalam dirinya yang berusaha sekuat mungkin dia mencoba menetralkan agar clara tak curiga biar bagaimana pun sosok itu sudah berbeda identitas sekarang.
"Pelakor mbak?" Ketus clara dengan pandangan mata tajam, menatap jamson sekilas kemudian berbalik menatap scarla.
"Hust! Sembarangan aja kamu. Mana mungkin aku bisa selingkuh dari istri secantik dan sebaik kamu" batah jamson terkejut saat mendengar ucapan clara istrinya itu, tapi tak di hiraukan oleh clara sedikitpun.
Scarla terpaku ada rasa ingin memeluk erat perempuan yang seharusnya selalu menjaga image nya itu dahulu, tapi sekarang perempuan itu sudah menjadi dirinya sendiri, scarla sangat merindukan wajah lady daylane yang berdiri di hadapannya walaupun di situasi dan ingatan yang berbeda serta di batas, karena ini memang pertama kaliny scarla bertemu dengan clara dalam keadaan sadar karena memang biasanya jamson selalu datang membawa clara saat clara tak sadarkan diri ataupun kumat.
Mata clara memicing tajam menatap scarla, sementara scarla yang berada di dalam situasi canggung itu berdehem untuk mencoba menetralkan suasana. Pandangan clara pun menurun hingga netra penglihatan nya pun menangkap sebotol obat berada di tangan jamson.
"Oh, apa obat itu untuk ku?" Tanya clara cepat.
Sekejap obat itu sudah berpindah tangan, scarla yang melihat hal itu merasakan sekujur tubuhnya seakan merasa panas dingin.
"Iya sayang, aku baru saja memesan nya lagi, karena obat kamu kemarin sudah habis nanti takutnya rasa sakit di kepalamu kambuh lagi" sahut jamson, kepala clara mangut mangut tanda seakan dia faham akan ucapan jamson.
"Apa kau yang meracik obatnya?" Mata clara menatap scarla, melihat hal itu berhasil membuat pergerakan scarla terhenti.
Jamson yang merasakan kegugupan dalam diri scarla pun segera mencoba mencairakan suasana.
"Iya sayang dia yang membuatnya? Ada apa memangnya" sahut jamson cepat.
Tapi sepertinya tidak berakhir baik dapat di lihat kini wajah clara sudah dalam mode jengkel.
"Kenapa kau yang membatunya untuk menjawab, apa kau suaminya atau dia ini selingkuhanmu?" Ketus clara merasa cemburu, mendengar hal itu mau tan mau membuat jamson segera meringis, harusnya dia tau clara ini orang seperti apa.
"Bukan begitu mak__" belum sempat jamson menyelahnya.
"Iya, saya yang meraciknya langsung dengan resep yang sudah saya siapkan secara rutin" potong scarla cepat dia sangat mengenal orang seperti apa wanita di hadapannya ini, walaupun dengan identitas yang berbeda tetapi itu hanya nama tapa clara tetaplah daylane seorang yang dihormati dalam silsilah bangsawan yunani kuno.
"Oh ternyata begitu" balas clara seakan kecewa, wajahnya pun tersenyum sinis, seakan menertawakan sesuatu.
Tetapi siapa???
Dirinya kah?
"Ada apa memangnya nona? Apa ada yang salah dengan kinerja obat itu" tanya scarla cepat, dia takut kalau clara mengalami efek samping.
"Tidak ada!" Balas clara cepat.
"Obat ini bekerja dengan sangat baik" balas clara tersenyum manis menatap scarla yang memaku ia seakan merasa telah di pergoki melakukan sebuah kesalahan yang sangat besar.
"Sangkin baiknya aku sampai bisa merasakan kehilangan" sambung clara lagi, baik jamson ataupun scarla pun melotot kaget dan menetralkan kembali ekspresinya.
"Maksudnya nona" tanya scarla cepat.
"Apa maksudmu sayang, mengenai merasakan kehilangan" jamson segera mendekat memeluk pundak clara, berharap ini tidak sepeti yang dirinya fikirkan.
"Maksudku merasa kehilangan rasa pusing yang sangat menyakitkan itu" balasan clara sunguh di luar ekspentasi mereka berdua.
"Kenapa kalian berdua seakan merasa panik? Atau aku memang suda kehilangan sesuatu" sambung clara lagi pengangan pada bahu clara sedikit mengencang.
"Aku bercanda tegang amat" clara pun tertawa kemudian melepaskan diri dari pelukan jamson.
"Sudah kalian mengobrol lah kembali" ucap clara lagi matanya pun menatap jamson dan menatap wajah jamson dengan kedua tangan nya yang terhalang oleh obat itu.
"Dan kau jangan lupa untuk membayar obat ini" sambung clara lagi segera berlari di iringi tawa jahil seakan berhasil menjahili dengan tuntas.
"Hei, aku selalu membayarnya ya" teriak jamson tan terima
"Kau berfikir aku mengutang" sanbung jamson lagi.
"Percaya saja" jawab clara berbalik menatal jamson walaupun dirinya sudah di atas anak tangga.
'Wlek' cebelan dari clara membuat jamson tertawa geli akan tingkah istrinya yang seperti anak kecil.
"Sudah aku mau meminum obatku, Tidak ada waktu untuk meladeni dirimu" clara kemudian segera menghilang di lantai dua.
Wakah scarla dan jamson segera menghela nafas lega, mereka sungguh merasakan atmosfer yang tangang tadi.
****
Crek!!
Suara pintu yang tertutup dengan santai itu berusaha menahan untuk tidak ada insden banting membanting pintu.
Tubuh wanita yang masih berdiri membelakangi pintu itu pun merosot secara perlahan hingga mendarat di lantai.
Wajahnya seakan menahan rasa sedih dan dengan bersusah payah membekap mulutnya sendiri untuk menelan suara tangis dan rasa sesak itu dalam kesendirian.
"Kenapa kalian membohongiku?" Ucap perempuan itu lagi.
Matanya menatap nanar sebotol obat yang kini berada di dalam gengaman nya itu, berusaha untuk mengontrol diri agar tak membanting hingga berceceran.
Dengan bersusah paya dia pun berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat kearah kamar mandi yang memang ada di dalam kamar ini.
Tutup closet wc pun ia buka, jemari tangan cantiknya mengusap kasar air mata yang membekas di wajah.
Dengan santainya dia membuka tutup botol obat itu dan mengeluarkan tiga butir dari dalam wadahnya.
Pluk!
Suara cemplungan kecil pun terdengar, kemudian dia kembali menutup closet itu dan menghidupkan air untuk membasu lubang closet sehingga benda yang dirinya buangan tadi di telan bersamaan dengan genangan air itu membawa pergi setiap butir yang dia lemparkan.
Bibirnya tersenyum sinis menatap penutup closet yang telah menelan butiran obat itu.
Dia pun keluar dari kamar mandi dan mengambil gelas di atas nakas dan mengisinya dengan air putih dan meminum hingga tandas.
Tepat saat tetes terakhir air itu, pintu kamar pun terbuka.
"Kau sudah meminum obatnya" pertanyaan itu yang pertama kali dia dengar.
"Tentusaja sudah, aku kan juga ingin cepat sembuh" balas perempuan itu terdengar sangat jutek, dia pun melipat tangan didada setelah meletakkan kembali gelas itu.
Langkah kaki lelaki itu pun berjalan mendekat dan mengelus pelan kepala perempuan itu.
"Clara ku yang pintar, nanti malam kita akan mengunjungi lisa di rumah sakit" sahut jamson mengelus pelan kepala clara dan kemudian duduk di samping istrinya itu.
Tampa menjawab clara pun segera memeluk erat tubuh suaminya itu dan menengelamkan wajahnya di dada jamson.
"Kenapa?"
"Kenapa kau melakukannya?" Ucap clara lirih.
"Melakukan? Melakukan apa yang kau maksud sayang" tanya jamson binggung.
"Tidak ada aku hanya merindukan putri ceria dan pembangkan kita itu" balas clara senduh mau tak mau jamson hanya mengangguk setuju dan menerima jawaban dari istrinya.
'Kenapa ku tega membohongi aku slama ini' batin clara menjerit tak terima.