Lisya terdiam dan berfikir keras, detik selanjutnya tubuh mungilnya terhempas ke atas sofa.
"Kalian saling mengenal" liam yang kini sudah mendekat ke arah lisya memberikan pandangan harapan.
Lisya memilih untuk mengabaikan mungkin dengan begitu jauh lebih baik.
"Tolong, ajak dia untuk membersihkan dirinya wildrick" lisya menatap wildrick yang masih mengeming binggung, terutama akan reaksi dan tingkah laku lisya, awalnya dia mengira wanita yang berpenampilan lusuh ini hanya mengaku saja dengan penampilan yang menyedihkan tak ada sedikitpun wajah menarik dari dirinya yang kumuh ini.
****
Di kamar mandi.
"Ini nona, kamu bisa membersihkan tubuhmu terlebih dahulu, dan setelah itu barulah ganti pakaian mu" Sahut wildrick memberikan satu set pakaian yang sengaja dirinya pilih sendiri.
dengan tema modren dan catik gaya gaya kekinian, berwarna pink lucu.
Gina masih bergeming menatap sosok itu, lelaki tampan yang sangat baik tapi kini selain william tak ada yang menarik lagi, setelah dirinya keluar dari kediaman nya itu dan melihat sosok wildrick,entah kenapa jantungnya berdegup kencang sungguh tampan.
"Kenapa kau hanya diam saja" Sahut wildrick kemudian tertawa geli begitu menggoda.
"Apa aku terlalu tampan sehingga mata mu itu hampir keluar dari rongga kepalamu, yah aku juga menyadari hal itu" wildrick yang terlewat percaya diri itu mengibaskan jemari tangannya.
Gina yang awalnya menyetujui hal itu kemudian memutar bola mata jengah melihat kenarsisan dari dia.
"Cepat bersihkan dirimu, dan temui lah lady mu itu" sahut wildrick lagi hendak berbalik.
"Kenapa kalian memiliki panggilan yang sangat kuno, lady? lady Gaga maksudmu" sahut nya lagi tertawa sebelum botol shampoo melayang mengenai kepala wildrick.
"Hei aku hanya bercanda, kau begitu galak" sahutnya tak terima karena kesal.
"Simpan saja bercandaan mu, sekarang keluar lah" geram gina menunjuk pintu keluar dan membanting pintu kamar mandi dengan kasar.
"Dasar temperamental" upat wildrick mutuskan untuk keluar dari dalam kamar ini.
****
"Apa kau sudah menyuruhnya mandi?" pertanyaan lembut lisya langsung, menyapa di iringi dengan pandaan sendu seperti banyak fikiran.
Oh tuhan katakanlah
bahwa dia sangat terpesona dengan segala yang ada dal diri lisya.
"Sudah" sahut wildrick mencoba jutek dan duduk di sofa di antara liam dan Louis.
"apa kau benar hanya mengantar nya mandi, tidak macam macam?" pertanyaan konyol dari siapa itu membuat mata wildrick menjelit tanda tak suka, tapi setelah melihat reaksi mata nakal dari Harry dirinya faham betul, lelaki jomblo yang tersiksa akan pesona lisa ini lah yang bertanya.
"Apa kau fikir mataku buta, menyukai orang seperti dia yang tidak ada menariknya, bahkan tadi beberapa orang sempat hampir mengusir dia karena berpenampilan seperti gembel" sahut wildrick santai menyeruput es lemon miliknya.
"Untungnya aku datang tepat waktu jadi dia terselamatkan, dia bilang mengikuti langkah dirimu bersama lady kecil" sambung wildrick lagi membuat lisya berfikir keras.
"kenapa kalian saling memanggil dengan sebutan aneh" celetukan kali ini berasal dari mulut liam dengan pandangan yang sangat serius, menatap lisya.
melihat hal itu membuat lisya segera bersandar, dengan raut wajah pusing.
"Jangan di paksakan sayang, jika memang tak bisa menjelaskannya" Darrel sudah mengusuk pelan punggung lisya membuat perempuan itu menoleh dan tersenyum kecil.
"Ini belum saatnya aku menjelaskan hal ini kepada kalian, nati kita tunggu gina selesai bersihkan dirinya baru kita bahas lagi" sahut lisya lagi memutuskan, dapat terlihat semua raut wajah yang ada di dalam ruangsn ini mengangguk setuju tanda sepemikiran bersama lisya.
"Baiklah" Louis sudah menyandarkan tubuhnya dengan nyaman.
"Dan juga" suara lisya mengintrupsi menarik semua perhatian menatap dirinya dengan raut serius.
"Kalian jangan menyesal nanti karena sudah menilai gina adalah orang yang tidak menarik, teritama kau wildrick" lisya berucap di iringi dengan senyuman geli di wajahnya.
siapa yang tak tau seperti apa pesona gina yang sangat cantik itu, sempat mengelabui seluruh kalangan sabero bahwa dia adalah keturunan afrodith bukan kah itu sudah membuktikan kalau dia sangat cantik, jikalau dirinya yak muncul mungkin kini gina sudah benar benar menikah bersama william dan membuat ibundanya bangga.
"Aku?" wildrick menunjuk dirinya dengan pandangan remeh dan tetawa.
"Mana mungkin" sahutnya lagi.
"Kita lihat saja nanti" lisya masih mengkekehkan usulan nya.
mana mungkin dirinya terpesona dengan orang yang dirinya temui tadi, lagian setelah melihat guratan wajah perempuan tadi sepertinya biasa biasa saja, kalau orang itu memiliki wajah secantik lisya ataupun lisa mungkin saja, widrick beranggapan dengan percaya diri dalam dirinya.
tak lama setelah percakapan itu berlangsung.
lisa dan zaera yang sudah mengukur baju, kini mendekat duduk di antara yang lainnya.
sebenarnya kelompok lelaki remaja tampan itu juga geli sendiri terhadap diri mereka masing masing yang sangat bergantung, dan sangat menyukai berada di sekitar anak anak ini.
Tapi apa boleh buat, wajahnya dan tingkah laku layaknya orang dewasa membuat rasa ingin memiliki mereka membuncah, di tambah dengan ke hadiran lisya sang kakak yang cantik.
"Gina memberikan salam kepada dua lady" suara yang tiba tiba datang entah dari mana di tambah gerakannya yang membungkuk hormat menarik semua perhatian menatap akan kelakuannya dan mengalihkan dari fokus kepada lisa dan zaera.
"Lady gina stop, jangan bertingkah seperti itu di sini, tetapi bertingkahlah seperti biasa saja" lisya yang panik segera berdiri dan menarik tangan gina serta menaikan kembali tubuh gina yang membungkuk secara paksa.
Ini tidak boleh terbongkar, hanya zayn yang tahu, tapi sekarang kemana anak itu?.
Lama pandangan lisa menatap hingga akhirnya tersadar dan meloncat senang .
"Kak gina" teriakan bahagia itu membuat yang lainya tersenyum kecil, gina yang awalnya menghadap ke samping bertatapan dengan lisya kini menoleh terkejut, menatap ke arah lisa yang di kerumuni oleh orang orang asing tadi, yang penasaran akan rupa gina.
lisa segera berlari dan memeluk tubuh gina erat.
"Silahkan duduk gina" suara lisya mengintrupsi pelan.
tapi gina masih bergeming di tempat tak ada niat untuk melangkah.
"kenapa?" lisya bertanya heran.
"Mereka semua jahat lady, kenapa memberikan aku pakaian yang tidak sopan seperti ini" ucap gina, lisya pun menatap kembali baju pilihan wildrick yang di pakai oleh gina,satu set pakaian yang cantik tapi juga seksi, memang pilihan wildrick tidak ada yang waras.
dengan menahan tawa lisya menatap semua reaksi orang yang ada di tempat duduknya masing-masing, tanpa mereka semua sadari kini lisya tersenyum smirk, apa tadi dia bilang mereka akan terpesona.
"Santailah pakaian itu termaksud sopan di sini gina, sekarang ayo duduk" lisya segera menuntun gina untuk ikut bergabung, di antara mereka dan dia dengan sengajanya menyuruh gina duduk di sebelah wildrick tepat di sampingnya.
"Hmmm" deheman singkat itu terdengar mengejek.
menyadarkan wildrick dari lamunannya menatap dalam wajah putih bersih seputih susu dan cantik sekali alami walau tak secantik lisya tapi ini juga termaksud kategori cantik setelah lisya dan lisa.
"Siapa tadi yang bilang tidak akan terpesona dengan percaya diri" sindir Darrel, merangkul lisya kedalam pelukannya, mendengar hal itu membuat Harry Louis dan liam sudah membuang pandangannya dan mengusap kasar wajahnya.
wildrick.??
jangan di tanya kini, lelaki itu sudah memasati wajah gina yang sangat cantik itu, dia terpesona jika boleh memutar waktu bolehkah dia menarik kembali ucapannya tadi.
"Kenapa kau melihatku seperti itu, seakan ingin menguliti" gina memasang wajah mengintimidasi dengan kuat.
"Bersikap lah biasa, kak wildrick kau menakuti kakak gina" sahut lisya mengintrupsi di iringi jawaban tawa yang lain.
"siapa itu kakak Lisa, dia begitu cantik" Kagum zaera menatap perawakan yang asing dan masih kental kerajaan tersebut.
"Tapi kakak tenang saja, hanya kak lisa yang zaera akui sebagai kakak ipar zaera" sahut zaera dengan semangat, entah kenapa tubuhnya merasakan hawa dingin.
"Memang nya kamu mau menggantikan posisi baby girl dengan siapa" suara yang datang secara tiba-tiba itu membuat tekuk zaera meremang dengan perlahan menggeser mendekat kearah lisa memeluknya erat meminta perlindungan, zayn yang baru saja datang dan mendengar kalimat zaera tadi kini menghela nafas pelan.
lisa yang melihat tertawa lepas dan lucu semua mematung memandang suara tawa bahagia lisa itu.
"kakak ipar? itu apa" sahut lisa menggedipkan mata lucu.
"ya ampun kak___ hmp" zaera yang baru akan protes dan ongin menjelaskan kepada lisa kini di bekap oleh zayn, di karenakan intruksi mata lisya yang menjelit tanda jangan memberikan adiknya kalimat yang aneh.
"Kamu!" pandangan gina menatap terkejut dengan sosok orang yang kini sudah duduk di samping lisa itu.
"Apa kah kit saling mengenal nona" zayn menaikan sebelah alisnya semakin bingung akan reaksi terkejut yang gina berikan.
"Bukan kah aku sudah bilang sebelumnya kita pernah berhubungan, jadi wajar saja gina mengenalmu" kalimat yang lisya ucapkan membuat kening lainnya berkerut bingung hanya zayn yang tidak dan memilih diam.
"Apa maksudnya sayang?" Darrel sudah merangkul lisya meminta penjelasan.
"Ceritanya panjang nanti di lain waktu saja aku akan menjelaskan" sahut lisya cepat dan menatap ke arah gina lagi.
"Sekarang jelaskan kenapa kamu bisa ada di sini gina" lisya sudah memandang gina dengan serius dan juga mengenggam jemari memberikan perlindungan.
"Banyak sekali perjuangan yang aku lakukan agar bisa kabur dari kediaman" sahut gina cepat semua hening mencoba menyimak walau tak faham.
"Selepas kalian menghilang empat tahun lalu tanpa jejak, kediaman menjadi kacau tapi ibunda seperti orang yang berpesta di atas kehilangan kalian" air mata di pelupuk gina pun mengenang.
"Dia memperlakukan aku berbeda sekarang, tapi tidak dengan Valerie seperti aset, aku mendengar salah satu kalimat dan rencana rahasia kemudian aku kabur dari kediaman banyak yang mengincarku, tapi untungnya aku berhasil walau penampilan ku begitu kotor saat itu" cerita gina cepat panjang lebar.
"aku hampir putus asa karena tak tahu harus kemana di tambah daerah yang begitu aneh di depan mataku, tapi untungnya aku melihat kalian berdua tadi" dia pun tersenyum lembut, lisya memandang senduh.
"Aku kesini ingin berbicara mengenai lady daylane" kalimat selanjutnya mampu membuat detak jantung lisya mencelos seakan berhenti berdetak, rasa rindu kembali berkumpul secara acak, saat mendengar nama itu, dirinya begitu merindukan sosok nama yang gina maksud.
secara perlahan buliran air mata mengalir dari mata lisya tapi di seka cepat, tak ada yang ingin bertanya atau pun menyela karena mereka tau ini bukan waktu yang tepat.
"La..dy daylane?" suara lisya bergetar mengucapkan nya, gina tertunduk cepat dan mengangguk lemah.
dari cara gina berbicara sepertinya ada sesuatu hal yang buruk, dia datang bukan karena suruhan william ataupun ibundanya tetapi kabur hanya ingin memberikan berita mengenai daylane ibundanya.
"Asik!! kenapa kakak gina apa kata ibunda" suara yang bahagia tiba tiba menyelah membuat yang lainnya menoleh cepat memandang lisa.
seperti nya lisya melupakan sesuatu di sini ada lisa! iya lisa ini sangat berbahaya.
dengan pandangan memohon lisya menatap gina di suruh untuk bekerjasama agar dapat memanipulasi lisa kecilnya.
gina yang faham segera tersenyum lembut dan mengelus kepala lisa pelan.
"Kata ibundanya lady, dia akan datang ke sini minggu depan menjemput kamu dan kakak lisya tepat pada hari ulang tahun mu lady, dia bilang sangat merindukan kalian" gina yang memberikan kalimat manis membuat lisa tersenyum bahagia, dirinya begitu senang.
mata lisya terpejam erat seakan menahan gejolak sesuatu.
"Zayn tolong bawa lisa untuk berkeliling, dia menginginkan caramel tadi" kalimat itu yang lisya ucapkan tanpa banyak bertanya dia segera membawa lisa menjauh tetapi sebelum itu mengintruksikan pada Louis untuk mengajak zaera menjauh juga.
walaupun mereka penasaran tatapi tetap mengikuti hal itu, orang bodoh pun mengerti kalau lisya tidak ingin hal ini di dengar oleh adiknya dan itu tadi adalah sebuah kalimat mengusir secara halus mereka sangat faham itu.
selepas kepergian lisa dan zaera mata lisya segera menatap gina dengan pandangan serius.
"Jadi, ada apa yang telah terjadi dengan ibunda gina" mata lisya segera bertanya dengan pandangan menajam.