Happy Reading...
***
Hari pertama di istana alias mansion. Pantas saja Arsen tak betah, mansion mewah dan dia hanya sendiri. Sepi, apalagi yang membuat sedih selain sepi? Dalam sepi biasanya otak kita mengulang hal-hal yang tidak ingin diingat, hal-hal yang bahagia namun ujungnya kesedihan.
Seperti saat ini, Natasha berjalan menyusuri Mansion, menatap jauh ke arah lapangan luas yang tak dipakai. rerumputan yang terurus tertiup angin sejuk. Dari kejauhan ia melihat bayangan dirinya kecil yang sedang bermain dengan kedua malaikatnya. Natasha menutup matanya berusaha menghapus bayangan itu.
"Natasha..."
Yang dipanggil menoleh ke arah suara berasal.
"Aryo?"
"Tuan Reza menyuruh saya menemani kamu."
"Kemana Arsen?"
Aryo tak langsung menjawab, ia mencerna terlebih dahulu dengan apa yang ditanyakan Natasha.
"Dia di Apartemen, dia terlalu gengsi jika harus kesini."
Natasha mengangguk-anggukan kepalanya. Cowok itu egonya terlalu tinggi.
***
"Anak itu benar-benar tidak tahu diri," sosok wanita dengan mata yang terlihat emosi, dia Cika-tantenya Natasha, Ibu dari Dita-sepupunya Natasha.
Rumah mewah milik Natasha ini masih dikuasai Januar-suami Cika, Om-Natasha, ayah dari Dita. Januar adik dari Papanya Natasha, Alex.
Januar baru saja ditelpon Cika, dibrondong dengan segala omelan untuk Natasha. Natasha memang belum bilang pada Tante dan Omnya, dia seolah-olah menghilang begitu saja. Dan uang dari pembayaran Arsen itu sama sekali tak ada. Papanya Arsen-Reza sebagai penginvestasi Club itu bisa berkuasa semaunya. Uang itu sama sekali tak dibayarkan pada Mami-geremo yang menjual Natasha.
Pagi tadi Mami itu menelpon pada Cika. Ia benar-benar tidak bisa mempekerjakan Natasha lagi. Cika sempat protes namun Mami itu balik memprotes dia tidak mau ada masalah jika menjual lagi Natasha, lagi pula anak itu sangat tidak penurut, dia selalu kabur dan itu membuat Mami kewalahan mendapatkan protes dari pelanggannya. Kalau bukan Cika yang selalu mendesak dia benar-benar tidak mau mempekerjakan Natasha.
"Ditaaaaa..." teriakan Cika membuat Dita menunduk, ia tahu Mamanya ini sedang dalam mood yang tidak bagus.
"Ada apa Ma?"
"Kamu cari Natasha sampai ketemu!"
"Kalau tidak ketemu Ma?"
"Harus sampai ketemu! Mama mau membuatnya menderita. Dia benar-benar tidak tahu diuntung!"
Dita meringis takut melihat Mamanya. Seperti monster di film power ranger yang akan menghancurkan bumi.
***
Suara dering handphone membuat Arsen terbangun dari tidurnya. Ia berusaha mengumpulkan nyawanya untuk mencari dan meraih handphone itu.
"Sial!" umpat Arsen ketika setengah sadar handphonenya cukup jauh dari jangkauan. Berada di sofa hitam, sofa itu itu berada di sudut dekat jendela kamarnya, sedangkan dia berada di ranjang king sizenya.
Dengan langkah gontai dan masih berusaha menetralkan kesadarannya ia menuju sofa. Terlihat sebuah pesan masuk juga panggilan tak terjawab.
'Arsen, saya di mansion. Tuan Reza menyuruh saya menemani Natasha.'
Seketika Arsen membulatkan matanya. Bisa-bisanya Aryo meninggalkannya. Arsen dengan segera akan ke kamar mandi, dia berencana akan ke mansion.
"Apa gak aneh?" Arsen bergulat dengan pikirannya.
"Gak gak boleh. Bisa-bisa dinikahin sama dia."
Arsen melemparkan handponenya ke Sofa itu. Ia kembali berbaring di ranjang dan sama sekali tak peduli.
***