Happy Reading...
***
Atmosfernya terasa berbeda, terasa mencekam. Natasha kini dilihat Bu Reta layak pisau yang siap menikam, jarum siap menusuk. Rasanya untuk menelan ludah sendiripun sulit. Tubuhnya pun terasa kaku dan panas dingin. Ia merapalkan satu nama yang membuatnya setengah kesal.
Tok...tok...tok...
"Permisi."
Keduanya menoleh. Natasha bernafas lega, suara itu, suara yang di tunggu-tunggu. Demi apapun ia sangat kesal pada laki-laki yang baru saja datang itu. Arsen masuk lalu mendudukan dirinya di sofa, tepat sebelah Natasha dan menghadap Bu Reta.
"Disana Natasha bersama saya," terang Arsen langsung.
Suara anak-anak yang sedang mengintip begitu terdengar berisik. Mereka saling berbisik, menyampaikan apa yang diucapkan Arsen.
Seseorang yang sama sedang menunggu diluar, ia harap-harap cemas. Jika Natasha tak dibebaskan begitu saja, ia akan kena masalah oleh Mamanya. Seseorang itu Dita, sepupu Natashna anak dari tantenya itu. Foto itu beredar karena Dita, ia menyebarkannya dan tentunya di suruh oleh Mamanya-Cika.
"Jadi bebaskan Natasha dari hukuman," ucap Arsen kembali. Bu Reta berdiri dari duduknya, ia menutup pintu ruangan itu.
"Tapi untuk apa kamu dan Natasha disana?"
Arsen mendesah kesal. Hari ini ia sedang tidak mood untuk berbicara.
"Ibu bisa tanya Papa Saya, beliau yang akan menjelaskan."
"Baik, kalian boleh keluar."
Arsen langsung pamit dan keluar ruangan. Di susul Natasha, "terima kasih Bu."
"Hm.."
***
Tatapan nyalang dari Sheryl membuat Natasha lelah. Ia sudah tidak mau berhadapan lagi dengan orang-orang seperti Sheryl ini.
"Lo ada urusan sama gue," ucap Sheryl.
"Gue gak punya urusan sama siapapun, permisi."
Satu lagi, tatapan tak suka dari sepupunya. Natasha menatap Dita.
"Gak tahu diri."
Dita meradang, dia yang bersiap akan mencakar wajah Natasha, namun Natasha lebih dulu pergi.
Menyusuri setiap lorong, Natasha mencari Arsen. Ia tak berhasil ketemu, sampai bel masuk pun berbunyi.
Natasha akhirnya memutuskan untuk masuk ke kelas. Ia mencoba menghubungi Arsen. Namun ternyata Arsen tak aktif.
"Kenapa sih tuh anak," gerutu Natasha kesal.
"Woy," tegur Nindy sambil menyenggol bahu Natasha.
"Kok bisa sama Arsen? Lo ada hubungan apa sama Arsen?" dengan penuh penasaran, Nindy menyerang Natasha.
"Gak ada hubungan apa-apa. Gue cuman disuruh Arsen buat nemenin dia aja disana."
"NEMENIN ARSEN DI CLUB?" teriak Nindy. Natasha segera menutup mulut Nindy.
"Ish, nanti orang ngiranya aneh-aneh."
"Ya lagian, Lo disuruh nemenin Arsen ke Club. Dan foto itu tepat di kamar Sha..."
"Ya tapikan ada ceritanya... Kenapa si mikirnya negatif?"
"Ya gimana gak negatif Natasha... situasi dan kondisinya itu Loh..."
"Udah...udah, Pak Jana bentar lagi masuk!"
Natasha menghela napas, sekarang ia benar-benar khawatir dengan keadaan Arsen. Kenapa sikap Arsen begitu, ya memang Arsen itu kadang terkesan bosy, suka ngatur-ngatur, ngomong seenaknya. Tapi ini untuk pertama kalinya bagi Natasha, Arsen tanpa sepatah kata pun.
"Aryo.. yah gue harus tanya Aryo," putus Natasha dalam pikirannya. Siapa lagi yang bisa diajak bicara selain Aryo.
***