Chereads / Trouble Is A Friend / Chapter 19 - Terima Kasih, Arsen!

Chapter 19 - Terima Kasih, Arsen!

Happy Reading...

***

PLAKK...

Satu tamparan yang mendarat mulus ke wajah putih bersih milik Natasha. Siapapun yang melihatnya akan meringis dan merasakan perih. Disudut bibirnya mengeluarkan cairan merah. Indera perasa Natasha merasakan rasa asin dan indra penciumnya juga menghirup bau darah yang sedikit anyir.

"Jangan kurang ajar Kamu!" tunjuk Cika-tante Natasha itu. Beberapa menit lalu, Natasha dimarahi habis-habisan oleh tantenya itu. Dan disaat Natasha melawan, tantenya marah besar. Ini masalah mengenai kerugian tantenya, ia harus membayar besar kerugian kepada mucikari itu.

"Kenapa gak tante aja gantiin aku?" luapan kata itu membuat Cika marah, dan menampar Natasha.

Dita-sepupu Natasha itu hanya bisa melihat pertengkaran keduanya. Bahkan sebelum Natasha dia sudah kena marah, gara-gara rencana mengeluarkan Natasha gagal begitu saja.

Natasha langsung pergi dari tempat itu, ia memasuki kamarnya. Rasanya sesak, hidup dengan orang-orang yang sama sekali tak menyayanginya. Ia ingin memberontak, berteriak dan bilang kalau dia sama sekali tidak bahagia. Ia rindu akan pelukan Mamanya, ia rindu akan pelukan Papanya juga. Dengan sekuat tenaga Natasha menahan tangisnya agar tak keluar suara. Ia menekan kuat-kuat rasa sakitnya.

"Keluar Natasha! Kamu memang biang masalah. Gara-gara kamu, saya harus ganti rugi."

Natasha menutup kupingnya, tak mau mendengar ucapan tantenya itu. Mengingat pekerjaannya itu ia benar-benar jijik, sangat jijik.

***

Ada hal yang Natasha rasa ia belum selesaikan. ia harus menemui Arsen. Ia harus berterima kasih padanya. Natasha menghubungi Aryo dan Aryo bilang Arsen ada di Apartemen. Dan rencananya ia akan menemui Arsen ke Apartemennya itu.

Perasaannya belum membaik sebenarnya, rasa perih akibat luka yang sedikit robek di sudut bibirnya itu masih membekas. Namun ia sama sekali tidak peduli, toh itu sebenarnya bukan pertama kali ia mendapat tamparan.

Seseorang yang berprestasi di sekolah, seseorang yang selalu mematuhi aturan dan sama sekali tidak pernah terlibat masalah apapun. Yah... Natasha berusaha menjaga reputasinya, ia berusaha menjadi orang yang kehidupannya normal, jangan sampai kehidupan diluarnya ia diketahui.

Tidak akan ada yang benar-benar mengerti mengenai hidupnya, orang lebih penasaran dibanding peduli. Ia tak mau menambah masalah lain. Cukup selingkup keluarganya saja. Namun ada hal yang entah ia harus bersyukur atau menyesal, bertemu dengan Arsen. Cowok itu memang membantu dirinya sedikit demi sedikit untuk keluar dari zona masalah itu. Namun Arsen membuatnya juga menambah masalah di zona lain.

Menyusuri lorong Apartemen Arsen membuat Natasha entah kenapa merasa tak enak hati. Tapi Ia harus menemui Arsen. Mungkin setelah ini Ia benar-benar harus membentengi dirinya kembali dengan orang-orang. Menjauhi Arsen mungkin lebih baik, menjadi dirinya yang dulu – yang tak mengenal Arsen.

"Aryo..." panggil Natasha, cowok yang memakai seragam itu menoleh ke arah suara.

"Apa kamu yakin akan menemui Arsen? Sepertinya suasana hatinya sedang dalam keadaan tak baik-baik saja."

"Gue cuman mau bilang terima kasih aja sama Arsen, setelah itu gue gak ganggu atau hubungin dia lagi."

Aryo mengangguk, entah lah ia harus merespon seperti apa. Yang pasti ia sednag dalam keadaan bingung saat ini. Aryo pun mempersilahkan masuk Natasha, dan ia bilang juga kalau Arsen ada di Balkon.

"Arsen..."

Natasha mememanggil cowok yang sedang mendongak keatas, menatap langit hitam tanpa bintang, akibat dari cahaya-cahaya lampu di kota, membuat bintang yang bertabur di langit tak terlihat.

"Kenapa Lo telat tadi?" tanya Natasha, dia hanya berbasa-basi sebelum berterima kasih. Niatnya mengajak Arsen berbicara dulu sebelum ucapan terima kasihnya terlontar.

"Ada urusan apa kesini?" suara berat cowok itu terdengar tak bersahabat, sikap dingin yang mungkin ditakutkan orang-orang itu baru muncul saat ini. Entahlah mungkin malam ini Natasha sedikit lebih sensitif dan peka, padahal mungkin memang biasanya Arsen dingin, dia hanya saja tak menyadari itu semua.

"Lo aneh, apa ada masalah?" Natasha kepalang penasran dengan sikap Arsen ini.

"Kalo gak ada urusan apa-apa lebih baik Lo pergi dari sini," ujar Arsen kembali.

Sedari tadi Arsen mengehela napas berkali-kali, mengepalkan tangannya kuat-kuat berusaha meredam emosi. Dia berusaha menahannya supaya tak terlampiaskan kepada orang-orang yang sama sekali tak bersalah. Dan kali ini Natasha yang berada didekatnya, ia menahan kuat-kuat emosinya.

"Lo tuh kalo ada masalah cerita, jangan dipendem sendiri. Siapa tahu gue bisa bantu."

"GAK AKAN ADA YANG BISA BANTU GUE. LO NYADAR GAK SIH, LO ITU BIANG MASALAH, YANG ADA MASALAH GUE LEBIH GEDE KALO LO TERLIBAT!!!" dengan satu helaan napas kesal, dan luapan emosi yang sedari kemarin terpendam kini keluar begitu saja, masalahnya sama sekali tidak bersangkutan dengan Natasha. Dan karena Natasha ada di sini dan membuatnya mau tidak mau jadi limpahan kesalnya Arsen.

Netra itu tiba-tiba mengeluarkan kristal, mengambang seakan-akan sang empu menahannya. Sial, kristal cair itu mendesak keluar, mengalir begitu saja seakan-akan air hujan yang turun dari langit tanpa aba-aba.

Natasha memalingkan wajahnya, ini lebih sakit dari tamparan tantenya.

"Gue cuman mau bilang terima kasih, karena Lo udah bantu gue, siapa tahu gue juga bisa bantu Lo. Ya udah, gue akan pergi. Dan gak akan pernah deket-deket Lo lagi, gue emang biang masalah Sen, bukan cuman Lo aja yang bilang kayak gitu..." Suaranya benar-benar dipaksa tegar, bahkan ia sulit untuk melanjutkan ucapannya, ia mengusap kasar air matanya itu.

"Sekali lagi, makasih," ucap Natasha, setelah itu ia benar-benar pergi dari hadapan Arsen. Hatinya terasa tersayat, dadanya terasa sesak. Matanya terus saja mengeluarkan cairan, semakin ditahan semakin deras keluar.

Terima kasih Arsen atas pengakuannya, terima kasih kamu sudah menyadarkan siapa aku. Aku pikir aku bukan penyebab dari semua masalah dan malam ini, karena kamu aku sadar, aku penyebab dari semua masalah.

***